PARBOABOA, Jakarta - HN (17) terbaring lemas di kasur saat Parboaboa mengunjungi rumahnya di Desa Sukarapih, Kecamatan Tambelang, Kabupaten
Bekasi, Selasa (11/7/2023).
HN tak mampu bergerak dengan lincah seperti anak seusianya. Ia mengalami lumpuh setengah, dari pinggang sampai ujung kaki mati rasa.
Kakinya pun tak lagi bisa digunakan berjalan, termasuk untuk pergi ke kamar mandi. HN terpaksa buang air besar dan kecil di atas kasur.
Kondisi itu dialami HN sudah hampir 7 bulan. Siswa kelas III SMK Negeri 1 Tambelang ini terpaksa mengikuti kegiatan belajar secara online di rumahnya dengan kondisinya seperti itu.
Setengah kelumpuhannya itu disebabkan oleh kerusakan saraf tulang belakang setelah HN menjadi korban pembacokan oleh pelajar SMK lain dengan celurit berkarat.
Senjata tajam itu bersarang di punggung HN, menembus hingga 3 centimeter dan membuat sarafnya rusak. Ia dioperasi selama 7 jam di Rumah Sakit EMC Cikarang.
“Pas dioperasi dokter bilang, ini tuh ada kemungkinan kena saraf tulang belakang. Nah, risikonya kata dokter, ini ada kelumpuhan tapi karena dia masih muda harus ada terapi juga nanti bisa sembuh,” kata Wike, kakak HN.
Setelah operasi itu, HN harus dirawat di ruang ICU selama seminggu dengan total biaya Rp312 juta. Ia juga harus menjalani terapi hingga saat ini dengan biaya Rp500 ribu untuk 30 menit.
HN juga harus berkonsultasi mengenai kondisinya ke dokter bedah, jantung, dan paru-paru yang biayanya Rp2,3 juta untuk satu kali pertemuan.
Jadi Korban Pembacokan Pelajar SMK
HN masih ingat betul kejadian yang membuatnya lumpuh setengah. Waktu itu, 14 Desember 2022, sekira pukul 11.00 WIB.
Saat itu HN dan dua temannya, SM dan R hendak mengambil motor milik paman SM di daerah Babelan, Kabupaten Bekasi. Mereka boncengan dengan satu sepeda motor.
Ketika melewati SMK Negeri 1 Tambun Utara, mereka berpapasan dengan segerombolan pelajar yang tanpa diduga mengejarnya.
Pelajar itu berjumlah enam orang dengan mengendarai dua sepeda motor merek Honda Beat dan Honda PCX berwarna merah.
“Itu masih lolos, karena macet, karena motor dia PCX masih lolos jadinya,” ujar HN.
Lantas, HN dan temannya masuk ke area POM Bensin untuk menghindar dari kejaran. Segerombolan pelajar itu pun putar balik, tak melanjutkan pengejarannya di dalam POM Bensin.
HN kemudian melanjutkan perjalanan menuju Babelan untuk mengambil motor. Ia sempat menunggu satu jam sebelum akhirnya pulang dengan membawa motor paman SM.
“Saya nunggu dulu sekitar satu jam. Nungguin dia (gerombolan pelajar) enggak ada dulu, baru pergi. Sejaman baru saya berangkat lagi pulang,” ceritanya.
Dalam perjalanan pulang, HN mengendarai motor membonceng SM, sementara R membawa motor satunya.
Sesampainya di Jalan Kampung Pulo Dadap, Desa Srimahi, Tambun Utara, mereka kembali dikejar oleh segerombolan pelajar tadi.
Motor HN dipepet pelajar itu, ia dan temannya panik hingga terjatuh.
HN jatuh telungkup ke tengah jalan raya, sementara SM jatuh ke pinggir jalan dekat selokan. Tetiba, seorang pelajar dengan jaket hitam yang mengejarnya membacok di bagian punggung belakang HN. Setelah membacok, gerombolan pelaku kabur.
“Dia ngejar saya, saya jatuh terus dibacok. Dibacok di bagian punggung belakang. Dibacok pakai celurit, nancap. Dibacoknya juga telungkup,” jelas HN.
Melihat HN tertancap celurit di punggung, SM panik dan bergegas menelepon teman sekolahnya.
Tak lama berselang sekitar 5 orang datang membantu. Mereka membawa HN ke sebuah klinik. Namun karena lukanya yang parah, HN dioper ke puskesmas untuk kemudian dirujuk ke rumah sakit.
Orang tua HN juga diberitahu. Namun yang datang ke Puskesmas hanya Wike, Kakak HN yang akhirnya mendampingi adiknya hingga ke rumah sakit Cibitung Medika.
Dari RS Cibitung Medika, HN kembali dirujuk ke rumah sakit EMC Cikarang untuk menjalani operasi pencabutan celurit yang menancap.
Saat itu HN tidak mengerti mengapa dirinya menjadi sasaran pembacokan pelajar SMKN 1 Tambun Utara itu.
HN hanya ingat kata-kata yang dilontarkan pelaku, “Gua matiin lu, gua matiin lu dan pas udah kena gerombolan pembacok panik dan berkata, kena-kena. Ayo lu, ayo lu!”
Hal senada juga disampaikan SM yang juga mengaku tak tahu alasan pelaku mengejarnya. SM juga tidak berniat memancing keributan, apalagi tawuran dengan para pelaku.
“Saya cuma lewat aja gitu. Nggak ada mancing-mancing mereka, nggak mau janjian tawuran lah. Saya emang niatnya mau ngambil motor, nah tiba-tiba diuber-uber aja.
Nggak ada niat nyerang atau gimana gitu, ya masa saya nyerang berdua orang doang, ya kan nggak mungkin,” ujar SM kepada Parboaboa.
Proses Hukum di Polsek Tambun Mandek
Kasus pembacokan HN telah dilaporkan ke Polsek Tambun pada 15 Desember 2022. Laporan itu tercatat dengan nomor LP/B/1315/XII/2022/SPKT/Polsek Tambun.
“Saya besoknya paginya langsung lapor ke Polsek Tambun. Karena untuk asuransi juga butuh surat laporan polisi,” ujar Riki Apriatna, kakak laki-laki HN.
Dalam laporan polisi itu, tercatat kasus pembacokan HN sebagai tindak pidana pengeroyokan sesuai dengan Pasal 170 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP).
Riki juga telah menyerahkan barang bukti berupa tas, celana, jaket, baju, dan celurit kepada polisi pada 15 Desember sore hari. Namun, saat itu, ia tak mendapat surat tanda terima penyerahan barang bukti.
Kemudian pada 22 Desember 2022, keluar Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyelidikan (SP2HP) yang isinya menyebut bahwa telah diperiksa Riki Apriatna sebagai pelapor dan saksi SM dalam kasus dugaan pengeroyokan tersebut.
Pada 5 Februari, HN diperiksa polisi di kediamannya di kecamatan Tambelang, Bekasi.
“Penyidiknya ini pernah ngomong, udah Ki kamu aja sendiri yang ngurusin adik kamu ini di kepolisian. Kamu harus percaya dengan tim saya. Oh ya udah bang, nanti kalo ada apa-apa abang telepon saya aja,” ujar Riki menirukan pernyataan penyidik Polsek Tambun.
“Iya, nanti kamu kalau dapat informasi dari saya jelaskan ke keluarga kamu. Jangan berbondong-bondong keluarga kamu datang ke mari, kayaknya nggak percaya banget dengan kepolisian,” sambungnya.
Setelah hampir 7 bulan berlalu, belum ada kabar lanjutan dari proses hukum HN. Laporan itu mandek di Polsek Tambun. Bahkan polisi pun tidak memberitahu keluarga terkait perkembangan kasus tersebut hingga saat ini.
“Terakhir itu nge-chat tanggal 11 Februari. Dia bilang, Ki nanti saya tanya Pak Sis lagi ya perkembangannya di lapangan gimana. Dan, sampai sekarang enggak ada kabar lagi,” ujar Riki.
Ia hanya berharap pelaku bisa segera ditangkap dan diadili. Apalagi saat ini kondisi adiknya HN cacat permanen akibat pembacokan tersebut.
PARBOABOA lantas mengkonfirmasi perkembangan kasus ini kepada penyidik Polsek Tambun, Aipda Sistriwandi melalui aplikasi perpesanan.
“Malam, besok saya cek berkasnya. Besok diinfokan,” ujar Sistriwandi, Selasa (11/7/2023) malam.
Rabu (12/7/2023) pagi, PARBOABOA kembali menanyakan perkembangan kasus tersebut pukul 09.21 WIB, tapi tak direspons.
Sekira pukul 13.15 WIB Parboaboa kembali menghubungi penyidik Polsek Tambun, Sistriwandi dan direspons pada pukul 13.34. Dalam pesannya, Sistriwandi menyuruh Parboaboa datang ke Polsek Tambun hari Jumat mendatang.
“Silakan hari Jumat selesai jumatan datang sama pihak korban atau pelapornya ya, nanti dijelaskan di kantor. Terima kasih,” tulisnya.
PARBOABOA lantas meminta penyidik menjelaskan perkembangan kasus lewat telepon, namun penyidik tetap menyuruh PARBOABOA datang ke Polsek Tambun pada Jumat 14 Juli 2023 mendatang.