PARBOABOA, Jakarta - Bidang Perlindungan Jemaah PPIH Arab Saudi memperluas pencarian jemaah haji yang masih hilang hingga ke Jeddah, Arab Saudi.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Bidang Perlindungan Jemaah PPIH Arab Saudi, Harun Al-Rasyid pada Selasa, 11 Juli 2023 di Makkah, Arab Saudi.
Adapun ke-2 jemaah yang belum ditemukan itu adalah Suharja Wardi Ardi (69) dari Embarkasi Kertajati Kloter (KJT 10) dan Idun Rohim Zen (87) dari Embarkasi Palembang Kloter 20 (PLM 20).
Harun menyatakan bahwa pihaknya telah melakukan koordinasi dengan pihak kepolisian dan maktab terkait 2 jemaah yang masih hilang.
Sekadar informasi, dilansir dari laman Kementerian Agama (Kemenag), maktab adalah kantor yang diberi kewenangan oleh Pemerintah Arab Saudi untuk mengurus penyiapan layanan jemaah haji, termasuk dari Indonesia.
Dia menyebut, pencarian akan dilanjutkan pada Rabu, 12 Juli 2023 dengan kembali mendatangi rumah sakit (rs) yang sebelumnya pernah dikunjungi.
Kepala Bidang Perlindungan Jemaah PPIH Arab Saudi berharap ada nama Suharja dan Idun dalam pencarian di rs tersebut.
Harun mengatakan bahwa pencarian kedua jemaah haji yang belum ditemukan itu akan diperluas areanya hingga ke Jeddah, Arab Saudi.
Disinggung soal batas waktu pemakaman bagi jenazah yang belum diketahui identitasnya, dia menyatakan jika proses tersebut baru akan dilakukan apabila telah diketahui siapa penanggung jawabnya.
Maka, sambungnya, dapat dipastikan jika jenazah yang belum memiliki identitas dan penanggung jawabnya tidak akan mudah untuk memproses pemakamannya.
Pernyataan ini terkait dengan salah satu dari jemaah haji yang hilang bernama Niron.
Diketahui, Niron merupakan jemaah hilang pertama yang ditemukan PPIH Arab Saudi pada Selasa, 11 Juli 2023 dalam keadaan telah meninggal dunia.
Jenazah Niron ditemukan di RS An-Noor, Makkah usai hilang sejak Kamis, 29 Juli 2023 karena terpisah dari rombongannya ketika melintasi terowongan yang mengarah ke jamarat untuk melempar Jumrah Ula.
Setelah mendapat kepastian dari pihak keluarga, yakni sang istri bernama Kamsani dan pengecekan melalui paspor, visa dan sidik jari, jenazah Niron pun diperbolehkan untuk dikuburkan.
Setelah disalatkan di Masjidil Haram selepas Maghrib, almarhum langsung dikebumikan di area pemakaman daerah Soraya.
Diyakini Masih Hidup
Teman sekamar Kamsani yang bernama Nanik Nu’naiha menceritakan bagaimana istri almarhum semasa suaminya belum ditemukan.
Nanik mengatakan bahwa pada periode tersebut, Kamsani meyakini bahwa suaminya masih hidup hingga pada siang hari Waktu Arab Saudi (WAS) sebelum jenazah Niron ditemukan.
Dia mengungkapkan jika saat peristiwa hilangnya Niron, ia mendampingi Kamsani berjalan beriringan dengan rombongan laki-laki untuk melempar Jumrah Ula.
Ketika itu Niron berada di barisan belakang, sedangkan dirinya dan Kamsani di bagian depan barisan.
Nanik mengaku bahwa ia sempat meminta Kamsani untuk menyapa sang suami yang ada di belakang, tetapi saat menoleh kebelakang, Niron sudah tidak terlihat lagi.
Menurutnya, meski sudah tak terlihat, Kamsani dan dia mengira bahwa Niron masih berada bersama rombongan. Namun, setelah seluruh rombongan tiba di tenda, almarhum tak kunjung terlihat.
Nanik menuturkan, tidak kembalinya Niron pun langsung diinforkan kepada ketua kelompok terbang (kloter) dan diteruskan kepada petugas.
Pencarian Niron lalu dilakukan dibantu oleh jemaah satu rombongan dengan menyisir jalur melempar jumrah hingga dua kali.
Namun sayang, Niron tetap tak ditemukan hingga proses tinggal di Mina selesai dan kembali ke hotel.
Sebelum almarhum, tas pinggang miliknya yang berisi identitas dan kartu pengenal jemaah lebih dulu ditemukan, tapi lokasi dan siapa penemunya tidak jelas. Karenanya, Niron hilang tanpa memiliki identitas.
Nanik mengungkapkan, selama masa pencarian Niron, Kamsani sakit-sakitan hingga harus diberikan pendampingan khususu oleh petugas termasuk mengawasi asupan makanan sebab ia tidak mau makan.
Dia menambahkan, meski tengah bersedih, Kamsani masih mengikuti kegiatan dalam rombongan, termasuk pergi ke Masjidil Haram.
Editor: Maesa