PARBOABOA, Cirebon - Petani garam di Desa Rawaurip, Kabupaten Cirebon mengeluhkan ratusan hektare lahan pertanian garam terendam air laut dan membuat gagal panen akibat meluapnya air laut pasang atau banjir rob yang sudah terjadi sejak Juli kemarin.
Menyikapi hal itu, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengungkap, abrasi dan rob yang terjadi di Desa Rawaurip sudah berlangsung dalam waktu dua tahun terakhir.
Saat kunjungan kerjanya 8 Oktober 2021, Moeldoko sudah mendengar berbagai aduan petani garam. Salah satunya soal abrasi dan rob. Dia pun telah berkoordinasi dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan lembaga terkait untuk penanganan kerusakan ekosistem mangrove di sana.
"Bersama Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk-Cisanggarung, kami juga telah menangani pendangkalan sungai Cimanis Bangka Deres akibat sedimentasi, dengan melakukan pengerukan," kata Moeldoko dalam keterangan pers di Jakarta, Jumat (26/8/2022).
Menurut dia, abrasi dan rob dikarenakan lingkungan sekitar terutama bibir pantai mengalami kerusakan, sehingga tidak ada tanggul alami untuk mencegah air laut masuk ke area tambak garam.
“Memang salah satu yang dikeluhkan oleh petani saat saya berkunjung ke sana (Desa Rawaurip) pada akhir tahun lalu yaitu soal abrasi dan rob. Sebab kondisi lingkungan di bibir pantai rusak dan butuh revitalisasi,” ujar Moeldoko.
Moeldoko menambahkan, hal itu dilakukan bukan tanpa kendala. Diketahui, lokasi penanaman tidak kondusif karena tingginya pasang surut air laut.
Oleh karena itu, untuk pendangkalan saluran air, Kantor Staf Presiden (KSP) memfasilitasi koordinasi dengan BBWS Kemen Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) untuk pengerukan.
"Semuanya sudah dieksekusi," tegas Moeldoko.
Editor: -