PARBOABOA, Pematangsiantar - Perdana Menteri Inggris Boris Johnson lolos dari mosi tidak percaya pada Senin waktu setempat.
Pemungutan suara menunjukkan 211 anggota parlemen memberikan suara mendukung Johnson, sementara 148 melawan.
Dilansir Reuters, Selasa (7/6/2022), Johnson berada di bawah tekanan yang terus meningkat karena menggelar pesta alkohol bersama para stafnya di kantor dan kediamannya di Downing Street.
Diketahui, saat itu Inggris tengah menerapkan lockdown untuk menekan penyebaran pandemi Covid-19.
Namun demikian, meski Johnson lolos dari mosi tidak percaya, terjadi pemberontakan besar terhadap Partai Konservatif nya. Hal tersebut memberikan pukulan besar bagi PM 57 tahun itu yang sedang berjuang meraup dukungan.
Pemungutan suara mosi tidak percaya merupakan pukulan bagi Johnson. Tercatat 41 persen anggota parlemennya memberikan suara menentang kepemimpinannya.
Skandal 'Partygate' Johnson itu telah menimbulkan pertanyaan akan kemampunanya memerintah Inggris sekaligus menjatuhkan posisinya di mata masyarakat.
Namun demikian, Johnson berpendapat bahwa pemungutan suara itu sebagai "hasil yang menentukan".
Itu berarti, menurut Johnson, pihaknya dapat melanjutkan pemerintahan dan fokus kepada hal-hal yang menurutnya benar-benar penting bagi rakyat.
"Kami dapat fokus pada apa yang kami lakukan untuk membantu orang-orang dengan biaya hidup, apa yang kami lakukan untuk membersihkan simpanan COVID, apa yang kami lakukan untuk membuat jalan-jalan dan komunitas lebih aman dengan menempatkan lebih banyak polisi," tukas Johnson.
Ia sebelumnya mencoba mengalihkan pembicaraan nasional dari 'Partygate' selama berminggu-minggu.
Menurur Reuters, pemungutan suara mosi tidak percaya itu merupakan perubahan nasib bagi Johnson serta menggambarkan betapa besarnya kemarahan terhadapnya.
Ejekan demi ejekan dilontarkan kepadanya. Itu terlihat pada perayaan 70 tahun Ratu Elizabeth II berkuasa, atau Platinum Jubilee, pekan lalu.
Beberapa anggota parlemen mengatakan, hasil pemungutan suara itu lebih buruk dari yang diharapkan bagi seorang PM.
Johnson tampaknya tak tergoyahkan setelah memenangi mayoritas terbesar Konservatif dalam lebih dari tiga dekade.
Editor: -