PARBOABOA – Sukses menarik 70.000 lebih penonton, BLACKPINK, girl group asal Korea Selatan ini berhasil menyelesaikan tur Asianya di Indonesia selama dua hari. Sejumlah artis-artis besar tanah air pun seperti Nagita Slavina, Ayu Ting Ting, Shenina Cinnamon, dan artis lainnya juga turut serta dalam meramaikan konser BLACKPINK yang diadakan di Stadion Gelora Bung Karno ini.
Meski telah sukses menggelar konser di tanah air, tidak sedikit dari para BLINK (sebutan untuk fans BLACKPINK) merasakan post concert depression atau PCD. Kondisi ini memang kerap dirasakan oleh para fans diluaran sana, usai menyaksikan idola mereka tampil.
Bahkan, beberapa fans cenderung merasakan kesepian bahkan hidupnya terasa hampa karena kejadian ini. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan post concert depression atau PCD ini?
Untuk memahaminya, di bawah ini Parboaboa sudah menyiapkan ulasan mengenai arti post concert depression atau PCD dan penyebabnya. Bagi kamu para BLINK atau fans-fans di luar sana yang mungkin tengah merasakan hal ini, maka ulasan kami wajib kamu baca.
Pengertian Post Concert Depression
Post Concert Depression atau PCD adalah kondisi psikologis yang dialami oleh sebagian orang setelah menghadiri konser atau pertunjukan musik. Meskipun terdengar sepele, namun PCD bisa sangat mengganggu kesehatan mental seseorang.
PCD biasanya terjadi setelah seseorang menghabiskan waktu dan energi untuk mempersiapkan diri untuk konser, menunggu konser dimulai, dan kemudian menikmati pertunjukan. Setelah konser selesai, seseorang dapat merasa kecewa atau kehilangan karena sensasi dan kesenangan yang dirasakan saat konser telah berakhir.
Penyebab Post Concert Depression
Penyebab utama PCD adalah karena efek psikologis musik yang telah dinikmati oleh seseorang selama konser. Saat mendengarkan musik, otak kita memproduksi hormon dopamin yang bertanggung jawab atas rasa senang dan kepuasan yang dirasakan. Kondisi ini sering disebut sebagai "efek runner's high", di mana tubuh kita melepaskan endorfin dan hormon bahagia lainnya.
Namun, ketika konser berakhir, otak kita tiba-tiba kehilangan paparan musik dan tidak lagi memproduksi dopamin sebanyak saat konser. Hal ini dapat menyebabkan perasaan sedih, lelah, dan kehilangan semangat hidup. Selain itu, beberapa orang mungkin merasa sedih karena mereka merindukan pengalaman menyenangkan yang baru saja mereka alami.
Post Concert Depression (PCD) disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya:
Perasaan kecewa atau kehilangan - Setelah menghadiri konser atau pertunjukan musik yang luar biasa, beberapa orang mungkin merasa kecewa atau kehilangan saat konser berakhir. Mereka merindukan pengalaman yang baru saja mereka alami dan merasa sedih karena sudah berakhir.
Kehilangan paparan musik - Ketika kita mendengarkan musik, otak kita memproduksi hormon dopamin yang bertanggung jawab atas rasa senang dan kepuasan yang dirasakan. Saat konser berakhir, otak kita tiba-tiba kehilangan paparan musik dan tidak lagi memproduksi dopamin sebanyak saat konser. Hal ini dapat menyebabkan perasaan sedih dan lelah.
Harapan yang terlalu tinggi - Beberapa orang mungkin memiliki harapan yang terlalu tinggi sebelum konser dimulai dan merasa kecewa ketika harapan mereka tidak terpenuhi. Mereka mungkin juga merasa kecewa karena tidak mendapatkan interaksi dengan penyanyi atau band yang mereka sukai.
Pengalaman sosial yang intens - Banyak orang yang menikmati konser bersama dengan teman-teman atau keluarga, dan ketika konser berakhir, mereka mungkin merasa kesepian atau kehilangan semangat hidup karena tidak ada lagi acara yang bisa mereka nikmati bersama.
Kondisi kesehatan mental - Beberapa orang mungkin lebih rentan terhadap PCD karena kondisi kesehatan mental yang mendasar, seperti depresi atau kecemasan.
Cara Mengatasi Post Concert Depression
Berikut adalah beberapa cara untuk mengatasi Post Concert Depression (PCD):
Tetap sibuk dan terlibat dalam kegiatan yang positif - Cobalah untuk tetap sibuk dan terlibat dalam kegiatan yang positif seperti berkumpul dengan teman-teman, berolahraga, atau hobi lainnya. Hal ini akan membantu mengalihkan perhatian dari perasaan sedih dan mengurangi gejala PCD.
Dengarkan kembali musik yang disukai - Dengarkan kembali musik yang disukai dan mencoba mereplikasi sensasi konser yang telah dialami. Hal ini dapat membantu membangkitkan kembali perasaan senang dan kepuasan yang dirasakan saat konser.
Renungkan kembali pengalaman konser - Cobalah untuk merenung dan mengenang kembali pengalaman yang telah dialami selama konser, serta mengapresiasi pengalaman tersebut. Hal ini dapat membantu mengurangi perasaan sedih dan kecewa karena konser telah berakhir.
Berbicara dengan teman atau keluarga - Berbicara dengan teman atau keluarga tentang perasaan PCD dapat membantu meredakan gejala dan memberikan dukungan emosional yang dibutuhkan.
Jangan menghindari perasaan sedih - Terkadang, menghindari perasaan sedih dapat membuat PCD menjadi lebih buruk. Cobalah untuk mengakui dan merasakan perasaan sedih, dan cari cara untuk mengatasi perasaan tersebut.
Mencari bantuan profesional - Jika PCD terus berlanjut dan mengganggu kesehatan mental seseorang, sebaiknya mencari bantuan profesional dari psikolog atau konselor yang berpengalaman. Mereka dapat membantu seseorang mengatasi masalah PCD dan memberikan dukungan yang dibutuhkan.
Post Concert Depression (PCD) mungkin terdengar sepele, tetapi bisa sangat mengganggu kesehatan mental seseorang setelah menghadiri konser atau pertunjukan musik.
Namun, dengan mengenali penyebab dan cara mengatasi gejala PCD, para penggemar musik dapat menghindari dampak negatifnya dan terus menikmati pengalaman musik yang menyenangkan.
Hal-hal seperti tetap sibuk, dengarkan kembali musik yang disukai, renungkan kembali pengalaman konser, berbicara dengan teman atau keluarga, jangan menghindari perasaan sedih, dan mencari bantuan profesional dapat membantu mengatasi PCD.
Ingatlah bahwa PCD adalah sesuatu yang normal terjadi dan bukan sesuatu yang harus ditakuti atau dihindari. Selalu ingat bahwa ada banyak cara untuk mengatasi PCD dan selalu berpikir positif untuk mengalami pengalaman musik yang menyenangkan di masa depan.
Editor: Lamsari Gulo