PARBOABOA, Medan – Sumatera Utara membukukan deflasi pada Mei 2024 sebesar 0.33 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
Deflasi di Sumatera Utara (Sumut) yang terjadi pada Juni 2024 ini membuat inflasi secara year to date atau tahun berjalan 2024 menjadi sebesar 1.65 persen.
Berdasarkan rilis data Badan Pusat Statistik (BPS) dari deflasi yang terjadi, Nilai Tukar Petani (NTP) Sumut membukukan kenaikan sebesar 0.83 persen menjadi 133.22 di Juni 2024.
Beberapa komoditas yang memberikan sumbangsih besar terhadap deflasi di Sumut pada Juni 2024 di antaranya adalah daging ayam, tomat, kangkung, bayam hingga cabai merah.
Pengamat Ekonomi Sumatera Utara, Gunawan Benjamin mengatakan berdasarkan NTP masing-masing komoditas, peternakan secara umum mengalami penurunan sebesar 0.14 persen menjadi 95.97.
Indeks harga yang diterima untuk peternak unggas nilainya mengalami penurunan 1.9 persen di bulan Juni menjadi 107.47.
“Sejalan dengan penurunan harga daging ayam selama bulan Juni, serta memburuknya NTP peternakan juga dipicu oleh terkontraksinya indeks harga yang diterima peternak unggas dan hasil ternak unggas,” ujar Gunawan Benjamin pada PARBOABOA, Selasa (02/07/2024).
Gunawan Benjamin menuturkan, meski demikian untuk peternak selain unggas, NTP peternakan terpantau membaik di bulan Juni 2024.
Perayaan Iduladha telah mendorong kenaikan sejumlah kebutuhan hewan ternak yang meningkat.
Sehingga mendorong kenaikan harga jual hewan ternak. Meski begitu, dominasi peternak unggas masih lebih besar dibandingkan dengan peternak lainnya, sehingga NTP peternakan mengalami koreksi.
Akan tetapi, Gunawan Benjamin memaparkan, gambaran berbeda justru datang dari NTP tanaman hortikultura.
Di mana NTP untuk subsektor sayur-sayuran justru mengalami kenaikan indeks harga yang diterima menjadi 142.23, atau mengalami kenaikan sebesar 7.12 persen.
Secara keseluruhan NTP tanaman hortikultura naik 2.78 persen di level 102.27. Secara keseluruhan, NTP tanaman hortikultura tidak mencerminkan sejumlah harga komoditas yang justru mengalami penurunan.
“Saya menduga sejumlah komoditas hortikultura lainnya yang menyumbang deflasi justru mengalami kenaikan harga,” ujar Gunawan Benjamin.
Sementara itu, untuk NTP lainnya seperti tanaman pangan mengalami kenaikan 0.32 persen menjadi 99.
Ditambah lagi untuk tanaman perkebunan, NTP nya mengalami kenaikan 1.06 persen menjadi 174.94.
Membaiknya harga CPO yang menembus 4.000 ringgit per ton menjadi pendorong membaiknya NTP sektor perkebunan.
Selain itu, melemahnya harga karet menjadi beban bagi NTP perkebunan. Seiring dengan penurunan harga karet dari 1.83 US Dollar per kilogram ke kisaran 1.64 US Dollar per kilogram pada bulan Juni 2024.
Gunawan Benjamin menyatakan di antara sejumlah petani atau peternak di Sumut, petani tanaman perkebunan rakyat yang masih paling sejahtera di antara jenis petani atau peternak lainnya.