Wulan | Pendidikan | 13-09-2022
PARBOABOA – Peserta didik merupakan objek pembelajaran utama saat duduk di bangku sekolah. Kesuksesan peserta didik dalam belajar tentu menjadi tanggung jawab semua pihak terkait seperti, guru, lingkungan, orang tua, teman, dan sebagainya.
Sebagai guru, Bapak/Ibu tidak bisa menghalau faktor di luar kewenangan mereka. Oleh karenanya, Bapak/Ibu harus terus berupaya agar peserta didik bisa mendapatkan pengetahuan serta menerapkannya dalam kehidupan.
Jika peserta didik sudah tidak bisa diberi pembelajaran satu arah, Bapak/Ibu bisa mencoba pembelajaran yang sifatnya membangun atau konstruktivisme, yaitu mereka diminta untuk bereksplorasi dengan media dan bahan ajar yang ada dan aktif guna menggali informasi di dalamnya.
Lantas, seperti apa teori belajar konstruktivisme itu?
Teori belajar konstruktivisme adalah teori belajar yang mengedepankan kegatan mencipta serta membangun dari sesuatu yang sudah dipelajari. Mengapa demikian?
Kegiatan membangun bisa memacu peserta didik untuk selalu aktif, sehingga kecerdasannya akan meningkat. Lalu, bagaimana pengertian teori belajar konstruktivisme menurut para ahli?
1. Hill
Tindakan mencipta seuatu makna dari apa yang sudah dipelajari seseorang.
2. Shymansky
Aktivitas yang aktif, ketika peserta didik melatih sendiri pengetahuannya, mencari tahu apa yang sudah dipelajari, dan merupakan proses menyelesaikan konsep dan ide baru dengan kerangka berpikir sendiri.
3. Karli dan Margareta
Proses belajar yang diawali dengan adanya konflik kognitif, sehingga akhirnya pengetahuan dibangun sendiri oleh peserta didik lewat pengalaman dan interaksi dengan lingkungan sekitarnya.
4. Tobin dan Timmons
Pembelajaran berlandaskan pandangan konstruktivisme yang harus memperhatikan empat hal, yakni pengetahuan awal seseorang, belajar lewat pengalaman, interaksi sosial, dan tingkat kepahaman.
5. Samsul Hadi
Sebuah upaya membangun tata susunan hidup berbudaya modern.
Langkah teori belajar ini diuraikan ke dalam empat tahap, yaitu sebagai berikut.
1. Tahap pertama
Pada tahap awal, guru harus bisa memancing peserta didik tentang suatu pokok bahasan atau konsep, misalnya dengan memberikan sejumlah pertanyaan yang bersifat clickbait di kehidupan sehari-hari.
2. Tahap kedua
Di tahap ini, Bapak/Ibu meminta peserta didik untuk mencari solusi atau menyelidiki konsep yang sudah dijabarkan di tahap pertama. Kegiatan tersebut bisa diisi dengan membaca buku, mencari referensi dari berbagai sumber, atau mengorganisasi ilmu-ilmu yang relevan.
3. Tahap ketiga
Tahap ketiga berisi kegiatan lanjutan dari hasil penyelidikan dan eksplorasi di tahap kedua. Pada tahap ini, peserta didik diminta untuk memberikan pemaparan tentang konsep yang dirumuskan berdasarkan pengetahuan yang telah diperolehnya.
4. Tahap keempat
Untuk mengoptimalkan ketiga tahap sebelumnya, Bapak/Ibu bisa mengondisikan suasana belajar di kelas menjadi lebih hangat, santun, dan penuh wibawa. Dengan demikian, Bapak/Ibu bisa mendorong peserta didik untuk bisa menerapkan pemahaman konseptual yang telah diperolehnya di kehidupan sehari-hari.
Adapun keunggulan teori belajar konstruktivisme dibandingkan teori belajar lainnya adalah sebagai berikut.
Jika Bapak/Ibu ingin menerapkan teori belajar ini di kelas, perhatikan langkah-langkah berikut.
Pak Andre merupakan seorang guru Matematika. Saat ini, Matematika Pak Andre di kelas VII memasuki materi Nilai Rata-Rata. Beliau membuat suatu instruksi agar para peserta didik bisa mulai menerapkan teori belajar konstruktivisme di kelas. Untuk menentukan suatu nilai rata-rata, peserta didik diminta mengikuti langkah berikut.
Itulah pembahasan Parboaboa.com tentang teori belajar konstruktivisme. Semoga bisa menginspirasi Bapak/Ibu saat akan melakukan pembelajaran di kelas. Jangan lupa untuk selalu jaga kesehatan dan tetap semangat.
Editor : -
Tag : #teori belajar konstruktivisme #pengertian #pendidikan #contoh teori belajar konstruktivisme