PARBOABOA, Jakarta - Perwakilan Hamas mengunjungi Kairo, Mesir untuk membahas isu kritis seperti gencatan senjata dan pertukaran sandera juga tahanan dengan Israel.
Wakil Hamas menyebut, pembahasan ini telah direncanakan sejak minggu lalu, namun baru akan terjadi pada hari ini, Jumat (29/12/2023).
Pertemuan ini berlangsung setelah kunjungan pemimpin Hamas dan Jihad Islam ke Mesir.
Menurut sumber yang berbicara kepada AFP, akan ada tiga poin utama yang dibahas dalam pertemuan hari ini.
Pertama, adalah mengenai pembaruan gencatan senjata yang sudah ada.
Kedua, membahas pertukaran sandera Hamas dan tahanan Israel.
Ketiga, mencari jalan menuju gencatan senjata permanen yang dapat mengakhiri konflik berkepanjangan.
Selain itu, juga dibahas rencana pembangunan kembali Gaza setelah perang.
Mereka akan memberikan tanggapan dari berbagai faksi Palestina terhadap rencana yang telah disusun oleh Mesir.
Salah satu fokus utama mereka adalah bagaimana pertukaran tahanan akan dilakukan, jumlah tahanan Palestina yang akan dibebaskan, serta jaminan penarikan pasukan militer Israel dari Gaza.
Mesir sebagai Mediator Gencatan Senjata
Dalam proses gencatan senjata pertama yang terjadi pada Jumat (24/11/2023), Qatar dan Mesir merupakan mediator antara Hamas dan Israel.
Mereka berperan dalam negosiasi gencatan senjata sebelumnya yang berhasil membebaskan 80 sandera Israel sebagai imbalan atas pembebasan 240 tahanan Palestina.
Diaa Rashwan, Kepala Layanan Informasi Negara Mesir, menegaskan bahwa Mesir telah menyusun ‘kerangka kerja’ untuk menyatukan pandangan semua pihak.
Tujuannya adalah untuk mengakhiri pertumpahan darah di Palestina, menghentikan agresi di Jalur Gaza, dan mengembalikan perdamaian serta keamanan di kawasan tersebut.
Rashwan menyebut bahwa usulan ini terdiri dari tiga tahap yang saling terkait dan ditujukan untuk mencapai gencatan senjata.
Pertemuan ini menjadi langkah penting dalam mencari solusi damai di kawasan.
Semua pihak yang terlibat diharapkan dapat menemukan kesepakatan bersama yang tidak hanya menghentikan konflik, tetapi juga membawa perdamaian dan stabilitas jangka panjang untuk semua pihak yang terlibat.
Editor: Atikah Nurul Ummah