PARBOABOA, Medan - Akun WhatsApp (WA) sejumlah aktivis yang kerap melaksanakan Aksi Kamisan di Medan diretas. Aksi ini diduga berkaitan dengan kedatangan Presiden Jokowi, Kamis (9/2/2023).
Sebelum peretasan terjadi, salah seorang aktivis awalnya mendapatkan pesan lewat WA dari nomor tidak dikenal, Rabu (8/2/2023) malam. Dalam pesannya pemilik nomor itu mengaku sebagai anggota kepolisian.
Usai mengirimkan pesan, pemilik nomor lalu menghubungi dan menanyakan perihal aksi unjuk rasa yang tiap hari Kamis digelar di depan Kantor Pos Medan. Pemilik nomor juga mengajak ngopi namun permintaannya ditolak.
Keesokan harinya Kamis sekitar pukul 10.00 WIB, giliran lima aktivis lain mengalami serupa. Akun WA diretas dan dibekukan.
"Beberapa orang diretas keamanan digitalnya, bicara soal keamanan itu kan salah satu bentuk perlindungan kita," ujar salah seorang orator aksi Lidia saat berunjuk rasa, Kamis sore.
Ia mengatakan peretasan ini merupakan hal yang sangat mengkhawatirkan dan tidak dibenarkan dengan alasan apapun.
"Dengan dalih pengamanan mengambil paksa alat komunikasi kita, tahu nggak bahwa itu tak boleh dilakukan," ujarnya.
Massa Aksi Kamisan menduga, peretasan ada kaitannya dengan kedatangan Presiden Jokowi ke Medan.
"Belajar dari kedatangan Pak Jokowi tahun lalu, kelihatan memang semenakutkan itu anak-anak muda yang berdiri di sini, kami gak bawa senjata tajam," kata Lidia.
"Belajar dari tahun lalu gak sampai 10 orang berdiri hanya meneriakkan hidup korban! tapi puluhan aparatur di robeknya poster kami diambilnya spanduk-spanduk yang kami buat. Emang kami melukai? Emang kami bakal pukul presiden kalau lewat dari sini," sambungnya.
Lidia mengatakan hal yang wajar bila masyarakat memilki harapan untuk menyampaikan aspirasi secara langsung dengan presiden.
"Wajar dong kami menyampaikan aspirasi, menyampaikan keresahan kami yang selama ini tidak tersampaikan," ungkapnya.
Massa aksi juga menyampaikan mereka berunjuk rasa karena masih banyak hal yang patut dikritisi.
"Setiap kamis kami berdiri di sini, artinya apa kalau bapak-bapak sekalian mau kami berhenti berdiri di sini melakukan aksi Kamisan ya berbenah. Kalau kami berdiri di sini pelanggaran terhadap HAM masih ada," tukasnya.
Dalam aksinya, massa aksi yang berjumlah puluhan orang ini turut menyuarakan aksi perampasan tanah yang terjadi di Sumut.
"Tanah itu milik rakyat, bukan milik negara," kata orator aksi lainnya.
Editor: Betty Herlina