PARBOABOA, Jakarta - Situasi politik di Amerika Serikat (AS) kembali memanas setelah Donald Trump ditembak dalam kesempatan kampanye di Pennsylvania, Sabtu (13/07/2024).
Trump yang kini mencalonkan diri sebagai presiden pada pemilihan umum November mendatang, mengalami luka di telinga kanan.
Sementara penembaknya dan satu peserta kampanye dikabarkan meninggal, serta dua lainnya mengalami luka.
Pasca kejadian, Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, segera menyerukan diakhirinya kekerasan politik.
Tim kampanye Biden juga menangguhkan semua komunikasi politik, termasuk iklan kampanye.
Mengutip laman Reuters, Biden menyebut "tidak ada tempat di Amerika untuk kekerasan." Baginya, peristiwa semacam ini menjijikkan, alih-alih tidak menunjukkan kondisi demokrasi.
Biden menambahkan dirinya telah mendapatkan pengarahan menyeluruh mengenai insiden dan berencana untuk berbicara dengan Trump.
Saat penembakan terjadi, presiden berusia 81 tahun itu, sedang berada di gereja Pantai Rehoboth, Delaware.
Setelah menyampaikan pernyataan tertulis, ia langsung menuju ke departemen kepolisian setempat untuk berbicara di depan kamera mengenai insiden tersebut.
Ketika ditanya apakah penembakan merupakan upaya pembunuhan, Biden hanya menjawab bahwa dirinya punya pendapat, "tapi tidak punya semua fakta."
Ia juga telah berbicara dengan Trump melalui telepon, namun Gedung Putih tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai panggilan tersebut.
Senator J.D. Vance, kandidat calon wakil presiden Trump, mengkritik tim kampanye Biden karena menggambarkan Trump sebagai seorang otoriter yang "harus dihentikan dengan cara apa pun."
Menurutnya, model kampanye yang demikian turut memicu lahirnya serangan terhadap Trump.
Siapa Tersangkanya?
Biro Investigasi Federal (FBI) telah mengungkap identitas tersangka penembakan bernama Thomas Matthew Crooks, seorang pria berusia 20 tahun.
Crooks berasal dari Bethel Park, Pennsylvania yang berjarak sekitar 70 kilometer dari Butler, lokasi kejadian.
Pria bersenjata ini ditembak mati agen Dinas Rahasia AS, sebuah unit elit yang juga bertugas melindungi presiden dan mantan presiden AS.
Pada awalnya, FBI tidak merilis nama tersangka karena menunggu hasil tes DNA untuk konfirmasi identitas.
Insiden penembakan di tengah kerumunan massa kampanye, lanjut mereka, dikategorikan sebagai "percobaan pembunuhan."
Agen Khusus FBI, Kevin Rojek, mengafirmasi insiden tragis tersebut sebagai bagian dari "percobaan pembunuhan mantan presiden, Donald J. Trump."
Ia juga menambahkan proses penyelidikan masih berlanjut dan sejumlah agen telah dikerahkan ke tempat kejadian untuk mengumpulkan bukti dan melakukan investigasi lebih lanjut.
Hingga kini, FBI belum dapat menentukan motif di balik serangan tersebut.
Intrik Politik di Sekitar Kampanye Trump
Penembakan terhadap Trump memicu berbagai reaksi publik. Beberapa pihak menganggap insiden ini sebagai puncak polarisasi politik antara Partai Republik dan Demokrat.
Media di AS menyinggung bentuk polarisasi politik mulai tampak sejak Barack Obama dari Demokrat terpilih sebagai presiden pada 2008 silam.
Sejak saat itu, pendukung Demokrat menjadi semakin liberal, sementara pendukung Republik semakin konservatif.
Dalam dua dekade terakhir, Amerika telah menyaksikan serangan bermotif politik dan protes kekerasan.
Pada 8 Januari 2011, misalnya, anggota Kongres Demokrat Gabby Giffords terluka dalam insiden penembakan di Arizona dan menewaskan enam orang.
Selanjutnya, pada 14 Juni 2017, seorang pria bersenjata menembaki sesi latihan untuk Pertandingan Bisbol Kongres tahunan dan melukai Steve Scalise, pemimpin mayoritas DPR dari Partai Republik.
Menurut pengamat hubungan internasional Universitas Padjajaran, Teuku Rezasyah, penembakan terhadap Trump menyimpan intrik politik tersendiri.
Bagi Reza, insiden penembakan justru berpotensi meningkatkan elektabilitas Trump dalam Pilpres AS 2024.
"Sampai Pemerintah AS memberikan pernyataan resmi tentang kondisi kesehatan Donald Trump, ini otomatis akan menaikkan rating Trump dan partai," ujarnya pada Minggu (14/07/2024).
Di sisi lain, Reza mengungkapkan kemungkinan munculnya persepsi publik AS mengenai dugaan keterlibatan internal Joe Biden dan Partai Demokrat.
Pennsylvania, tempat terjadinya insiden adalah kampung halaman Biden sekaligus markas Partai Demokrat.
Menurut Reza, masyarakat tentu akan bertanya mengapa insiden terjadi di Pennsylvania yang merupakan wilayah Partai Demokrat dan tempat kelahiran Joe Biden
"Meskipun Biden dibesarkan di Delaware, namun dia tidak lepas dari Pennsylvania," jelas Reza.
Ia juga menambahkan insiden tersebut dapat mempengaruhi swing voters dalam Pilpres AS 2024.
Beberapa pemilih mungkin akan berpihak pada Biden dengan argumen pemerintahannya dapat menyelesaikan kasus penembakan.
"Swing voters yang berpikir Biden memiliki tanggung jawab yang belum terselesaikan, seperti menghadapi Rusia, China, krisis Timur Tengah dan Ukraina, bisa berpihak kepadanya," pungkas Reza.
Namun, di sisi lain, ada juga pemilih yang mungkin merasa simpati dengan Trump pasca-insiden.
Editor: Defri Ngo