PARBOABOA, Jakarta – Menteri Badan Usaha milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan tidak akan menghapusakan Liquefied Petroleum Gas (LPG) walaupun program konversi ke kompor listrik akan segera diberlakukan. Namun, penggunaannya akan disesuaikan untuk meminimalisir biaya impor. Pasalnya, biaya impor produk ini mencapai RP70 triliun setiap tahunnya.
"LPG bukan berarti kita harus hapuskan, tidak mungkin. Tapi harus kita seimbangkan,” ujar Erick saat berkunjung ke Pasar Murah Purwakarta, Jawa Barat, Jumat (23/09/2022) lalu.
Program konversi listrik merupakan implementasi transisi dari LPG ke energi yang lebih ramah lingkungan. Namun, program ini hanya dilakukan kepada masyarakat yang berminat. Contoh dari target pasar program ini adalah pasangan muda yang biasanya berminat untuk beralih ke sesuatu yang lebih sederhana.
"Kalau ada yg berkeinginan mengganti kompor listrik, misalnya anak-anak muda Indonesia, kan anak-anak muda ini enggak mau ribet. Di mana kompor LPG-nya dicolok, ditukar, dibeli, anak muda biasanya nggak mau ribet kan. Nah dengan kompor listrik kan mereka bisa langsung proses," kata Erick.
Sedangkan masyarakat yang menjalankan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah tentu masih membutuhkan gas LPG. Hal itu menjadi alasan mengapa tidak ada penghapusan untuk LPG meski ada kompor listrik.
“Karena masyarakat kita yang di bawah, pedagang asongan, dan lain-lain, harus ada alternatif penggunaan kompor,” imbuhnya.
Program uji coba penggunaan kompor listrik sudah dilakukan uji coba di dua kota, yaitu kota Solo dan Denpasar. Uji coba dilakukan dengan membagikan 1.000 paket kompor listrik di masing-masing kota. Sementara untuk rencana selanjutnya, tahun ini pemerintah akan membagikan kompor listrik ke 300 ribu rumah tangga, dengan syarat sudah terdaftar di Data Terpadu Kesejahteraan Sosial.
Selain itu, untuk mempercepat program ini, Erick juga memaparkan program ini mendapat banyak peminat sebab lebih praktis dan ramah lingkungan.
“Saat ini kami mendorong di apartemen dan rumah yang dibangun perusahaan-perusahaan BUMN memanfaatkan kompor listrik,” tuturnya.
Sementara itu, Direktur Utama PT. Perusahaan Listrik Negara, Darmawan Prasodjo memaparkan bahwa penggunaan kompor listrik memang lebih efisien daripada penggunaan gas LPG. Jika dibandingkan, penggunaan kompor listrik lebih hemat Rp8.000 per kg LPG.
“Tentu saja dengan adanya penghematan ini, kita mengubah energi impor dengan energi domestik, kemudian juga energi yang mahal menjadi lebih murah,” ungkapnya.