PARBOABOA, Jakarta - Belum lama ini, Mahkamah Agung Israel membuat sebuah kebijakan baru dengan menetapkan aturan wajib militer bagi warganya.
Namun, keputusan tersebut mendapat penolakan keras dari salah satu organisasi terbesar di sana bernama Yahudi Ultra-Ortodoks atau kelompok Haredim.
Dalam aksinya pekan lalu, Haredim sempat menyerang mobil Menteri Perumahan Israel sekaligus Ketua Partai UTJ, Yitzhak Goldknopf.
Sikap Haredim menolak menolak wajib militer dilakukan persis di tengah aksi brutal Israel di jalur Gaza yang menyebabkan 37.800 warga palestina dan ratusan tentara Zionis tewas.
Melansir AP News, para pendemo mengatakan, menolak menjadi tentara untuk agenda Zionis. Menurut mereka, Israel bukanlah negara Yahudi melainkan negara Zionis.
"Orang Yahudi bukanlah Zionis, dan kami tidak akan mengorbankan anak-anak kami," kata kelompok Haredim.
Selama beberapa dekade, kaum Yahudi Ultra-Ortodoks memang dikecualikan dari wamil dengan alasan keagamaan. Hal ini diprediksi menimbulkan gejolak sehingga bisa saja meruntuhkan pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Sejauh ini, Pemerintah Israel sendiri belum merespons aksi demonstrasi yang dilakukan oleh ribuan kelompok Yahudi Ultra-Ortodoks.
Netanyahu mengatakan pihaknya sedang fokus mencapai tujuan negara, yaitu melanjutkan perjuangan sampai Hamas benar-benar dikalahkan.
Siapa kelompok Haredim?
Yahudi Ultra-Ortodok adalah kelompok Yudaisme yang paling taat di Israel. Demi menjunjung tinggi ketaatan tersebut mereka memisahkan diri dari masyarakat dan mengabdi secara total kepada agama.
Mereka disebut Haredim merujuk pada istilah Ibrani. Dalam bahasa Ibrani, orang Yahudi Ortodoks disebut Heredim, bentuk jamak dari kata Heredi.
Orang-orang Haredim juga punya kekhasan khusus terutama dari segi berpakaian. Kaum laki-laki biasanya mengenakan jas hitam dan topi sementara perempuan memakai pakaian panjang dan penutup kepala.
Selain itu, mereka mempunyai cara hidup berbeda dari masyarakat umumnya. Haredim selalu berusaha menjaga diri dan komunitas mereka terisolasi dari dunia luar.
Bagi kelompok Haredim ada pengecualian untuk tidak ikut wajib militer. Aturan ini dikenal dengan nama torato umanuto yang artinya tugas utama mereka adalah mempelajari hukum taurat.
Aturan ini bahkan telah disetujui sebelum negara Israel dibentuk.
Pengecualian wajib militer juga diberikan kepada sejumlah siswa senior yang belajar kitab suci Yahudi di sekolah agama yang dikenal sebagai Yeshiva.
Ini didasarkan pada keyakinan bahwa mempelajari atau membaca Taurat memberikan perlindungan bagi Israel dari berbagai ancaman.
Apalagi, kaum ultra-Ortodoks, mulanya adalah kelompok kecil di Israel sehingga pengecualian ini tidak dianggap sebagai masalah besar.
Namun, jumlah Haredim di Israel telah meningkat pesat. Sekarang ini sekitar 13.000 pemuda ultra-Ortodoks mencapai usia wajib militer setiap tahun, tetapi sekitar 90 persen dari mereka tidak mendaftar.
Pada tahun lalu, 66.000 Haredim juga tidak mendaftar untuk wajib militer.
Seiring bertambahnya komunitas Haredim, pemerintah Israel mulai mempertimbangkan pencabutan pengecualian wajib militer bagi mereka.
Pada 25 Juni lalu, Mahkamah Agung Israel akhirnya memutuskan bahwa militer akan mulai merekrut semua warga termasuk siswa dari sekolah Yeshiva.
Editor: Gregorius Agung