Pelajaran Berharga dari Filosofi Teras

Novel Filosofi Teras karya Henry Manampiring. (Foto: Instagram/@lanroujay)

PARBOABOA - Depresi dan gangguan mental semakin sering dijumpai di kalangan anak muda masa kini, khususnya generasi Z.

Dari hasil penelitian University College London, gangguan mental sering terjadi pada generasi Z dibandingkan milenial.

Penulis sekaligus blogger terkenal, Henry Manampiring pun turut mengalami fenomena ini.

Sebagai orang yang pernah mengalami gangguan psikis, pria yang akrab disapa Piring ini menuliskan pengalaman berharga dalam melawan kemurungan yang dihadapinya.

Ia menemukan filosofi teras atau apa yang disebutnya sebagai way of life yang membuatnya sembuh sebelum masa pengobatan selesai. 

Dari kisah kepahitan yang telah dialaminya, Piring menawarkan way of life, yang ditulisnya dalam buku berjudul Filosofi Teras.

Dilansir dari situs resmi Kementerian Kesehatan, gangguan psikis atau yang lebih akrab dikenal dengan gangguan mental adalah kondisi kesehatan yang dapat mempengaruhi cara seseorang berpikir, merasakan, bertindak, atau suasana hatinya, atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut.

Sebagai penyakit yang tidak tampak secara fisik, seringkali orang salah mengira penderitanya dengan gangguan mental, dan meskipun tampak normal, penyakit ini dianggap tidak bisa disembuhkan karena gejalanya tidak terlihat jelas.

Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit di Kementerian Kesehatan, dr. Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, Covid-19 ternyata membawa dampak negatif terhadap kesehatan mental. Hal ini dikarenakan isolasi yang diprogramkan oleh pemerintah. 

Penyakit ini seringkali dianggap biasa saja oleh orang sekitar, sehingga tidak mencari solusi terhadap penyakit yang dideritanya, bahkan dibiarkan begitu saja tanpa mencari solusi atas apa dan bagaimana cara untuk mencegah. 

Setelah melakukan survei nasional secara online, pada 11-18 November 2017 dengan melibatkan 3.634 responden yang diisi perempuan 70%, semuanya memiliki kekhawatiran dari berbagai aspek hidup yang umum bagi generasi milenial, seperti pendidikan, relationship, pekerjaan/bisnis, sampai topik yang lebih besar seperti kondisi sosial politik di indonesia. 

Berdasarkan pengalamannya, Henry Manampiring menyadari bahwa depresi adalah masalah serius yang membutuhkan pendampingan dan penanganan yang tepat melalui pengobatan. 

Oleh karena itu, buku ini ditulis tidak hanya sebagai terapi mental bagi dirinya, tetapi juga untuk meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa gangguan mental, termasuk depresi, adalah kondisi serius yang dapat mempengaruhi fungsi organ tubuh dan keseimbangan kimia otak.

Dalam bukunya, Piring banyak mengangkat nilai-nilai dari para filsuf. Ia memulai dengan kisah seorang Kaisar Romawi, Marcus Aurelius, yang merenungkan peristiwa yang tak dapat dihindari, yaitu perang yang dipicu oleh terbunuhnya dua utusan Romawi oleh kaum barbar.

Setelah mendengar kabar itu, Kaisar Marcus Aurelius memerintahkan jenderalnya, Maximus, untuk memimpin serangan.

Meskipun pasukannya berhasil mengalahkan kaum barbar, Marcus Aurelius tidak merasa senang dengan kemenangan tersebut. Sebaliknya, ia mempertanyakan apakah perang itu memang perlu dilakukan.

Filosofi Teras adalah sebuah buku yang ditulis oleh Henry Manampiring, yang mengadaptasi konsep filsafat Stoisisme dari Yunani-Romawi kuno.

Buku ini dimulai dari sebuah survei mengenai kekhawatiran nasional yang semakin meluas, sekaligus menyajikan sekilas tentang kehidupan penulis yang dipenuhi dengan emosi negatif yang berlebihan.

Lebih dari 2000 tahun lalu, sebuah mazhab filsafat menemukan akar permasalahan serta solusi bagi banyaknya emosi negatif. 

Filsafat ini dikenal sebagai Stoisisme atau filsafat Stoa, yang dalam buku ini diperkenalkan sebagai Filosofi Teras

Filosofi Yunani-Romawi Kuno ini membantu kita mengatasi emosi negatif dan membangun ketangguhan mental dalam menghadapi pasang surut kehidupan.

Dalam buku tersebut, filsafat Stoa dijelaskan dengan sederhana, terutama konsep dikotomi kendali—di mana manusia bisa membedakan hal-hal yang dapat dikendalikan dan yang tidak, sebagai kunci dalam menentukan kebahagiaan. 

Namun, Wiliam Irvine memperkenalkan konsep trikotomi kendali, yang menambahkan kategori baru: hal-hal yang sebagian berada di bawah kendali kita.

Buku Filosofi Teras ini berbeda dari buku filsafat lainnya karena menggambarkan filsafat Stoa melalui analogi kejadian nyata dalam kehidupan sehari-hari, menggunakan bahasa yang relevan bagi generasi Milenial dan Gen-Z.

Yang menarik dari Filosofi Teras adalah tujuannya, yaitu hidup dalam ketenangan dan terbebas dari emosi negatif. 

Setiap bab menyajikan pelajaran penting, salah satunya adalah pentingnya hidup selaras dengan alam.

Filosofi Teras terbit pertama kali oleh PT. Kompas Media Nusantara pada tahun 2018, dengan jumlah halaman yaitu 298 halaman. 

Pada 2019, Filosofi Teras mendapatkan penghargaan “Book Of The Year” di Indonesia International Book Fair. 

Selain itu, buku ini ternyata menjadi buku yang paling best seller dengan total penjualan lebih dari 300.000 eksemplar pada 2023.

Penulis: Aris Suwandi

Editor: Rista
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS