PARBOABOA, Jakarta - Calon presiden nomor urut dua, Prabowo Subianto, mengaku masih sedih menerima skor 11 dari 100 dari calon presiden nomor satu, Anies Baswedan, saat debat capres kedua pada 7 Januari 2024.
Hal itu diakuinya dalam sebuah acara kampanye besar Kirab Kebangsaan yang diadakan di Lapangan Simpang Lima, Semarang, Jawa Tengah, Minggu (28/1/2024).
Dia juga mengisahkan pengalamannya tidak pernah ada guru memberikan penilaian seburuk itu saat bersekolah di luar negeri.
Selama ia bersekolah, Prabowo menyebut bahwa tidak ada satu pun guru begitu kejam memberikan penilaian.
Namun di sisi lain, ia sendiri tidak ingin terlalu dipusingkan oleh skor tersebut. Prabowo juga menyampaikan terima kasih kepada pendukung memberinya skor sempurna, 100 dari 100.
Sebelumnya, Anies Baswedan menilai rendah kinerja Kementerian Pertahanan dipimpin oleh Prabowo.
Anies berpendapat bahwa kinerja kementerian tersebut tidak optimal, terutama kebijakan tidak menguntungkan prajurit TNI. Seperti soal tunjangan dan pembelian peralatan militer bekas.
Sebelumnya, Ganjar juga memberikan skor 5 untuk kinerja Kementerian Pertahanan dipimpin oleh Prabowo. Ganjar kemudian menantang Anies untuk tidak ragu dalam memberikan skor.
Anies kemudian merespons bahwa kesejahteraan prajurit TNI lebih baik di masa kepemimpinan Presiden keenam RI, Susilo Bambang Yudhoyono, ketimbang di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo, dengan menunjukkan fakta bahwa ada sembilan kali kenaikan gaji prajurit TNI.
Skor untuk Kementerian Pertahanan 11 dari 100 pada akhirnya keluar dari ucapan Anies Baswedan. Dengan nada humoris, Ganjar merespons dan menyatakan bahwa Anies menunjukkan keberanian.
Perjalanan Akademis Sang Jenderal
Jenderal (Purn) Prabowo Subianto, merupakan salah satu tokoh militer dan politik terkemuka Indonesia, dengan latar belakang pendidikan yang mengesankan, ia terkenal disiplin militer dan kecerdasan strategis.
Awal perjalanan pendidikan formal Prabowo dimulai di TK Sekolah Sumbangsih, Jakarta pada1956-1957.
Tidak lama setelah itu, ia melanjutkan pendidikan dasarnya di The Dean School, Singapura dari 1957 hingga 1960. Pengalaman ini membuka pandangan Prabowo terhadap dunia internasional sejak usia dini.
Selanjutnya, Prabowo pindah ke Glenealy Junior School di Hong Kong. Ia menuntut ilmu dari 1960 sampai 1962.
Perpindahan ini menandai kelanjutan dari pendidikan internasionalnya, yang memberi dampak besar terhadap wawasannya yang luas.
Pada tahun 1962, Prabowo melanjutkan studinya di SMP Victoria Institute di Kuala Lumpur, Malaysia, hingga 1964. Ini diikuti oleh pendidikan di SMP Zurich International School dari 1964 hingga 1966.
Pendidikan di berbagai negara tidak hanya memperluas wawasan globalnya. Tetapi, juga mengasah kemampuan beradaptasi dan komunikasi lintas budaya.
Langkah penting berikutnya dalam pendidikan Prabowo adalah ketika ia bersekolah di SMA The American School in London, Inggris, dari 1966 hingga 1968.
Pengalaman di sekolah ini memperkuat pemahaman Prabowo tentang dunia Barat dan mempersiapkannya untuk tantangan lebih besar.
Puncak perjalanan pendidikan Prabowo terjadi ketika ia memasuki Akademi Militer Nasional (AKABRI) di Magelang pada 1970 hingga lulus pada 1974.
Di sana, Prabowo menjalani pelatihan militer yang ketat, memperoleh keterampilan kepemimpinan, dan taktik militer mengantarkannya pada karir militer cemerlang.
Riwayat pendidikan Prabowo Subianto beragam dan internasional ini tidak hanya membentuk dasar bagi karir militernya. Tetapi, juga memberikan perspektif global membantu karir politiknya.
Jejak Militer
Karier militer Prabowo dimulai pada 1976 sebagai Komandan Peleton di Grup Komando-1 Kopassandha. Sebuah unit pasukan khusus di Indonesia.
Kepemimpinan ditunjukkannya membawanya ke posisi Komandan Kompi Komando di Grup yang sama pada tahun berikutnya.
Pada 1983, Prabowo menapaki tangga karier lebih lanjut dengan menjadi Wakil Komandan Detasemen-81 Kopassus, unit elit anti-teror Indonesia.
Kepemimpinannya di sana berlangsung hingga 1985, Prabowo kemudian diangkat sebagai Wakil Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara Kostrad.
Tak lama setelah itu, pada 1987, Prabowo mendapatkan promosi menjadi Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 328 Kostrad, posisi yang dipegangnya hingga 1991.
Selanjutnya, ia menjabat sebagai Kepala Staf Brigade Infanteri Lintas Udara 17/Kujang I/Kostrad selama dua tahun.
Meningkat dalam hierarki militer, Prabowo menjadi Komandan Grup-3/pusat pelatihan Pasukan Khusus dari 1993 hingga 1995. Pada 1994, ia diangkat sebagai Wakil Komandan Komando Pasukan Khusus (Kopassus), dan tahun berikutnya, menjadi Komandan Kopassus.
Puncak karier militernya terjadi ketika ia diangkat menjadi Panglima Komando Pasukan Khusus dari 1996 hingga 1998. Posisi prestisius ini menandakan pengakuan atas keahlian dan kepemimpinan militer Prabowo.
Tahun 1998 menjadi tahun penting karier militer Prabowo dengan penunjukannya sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad), salah satu posisi tertinggi dalam militer Indonesia. Di tahun yang sama, ia juga menduduki posisi sebagai Komandan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat.
Editor: Aprilia Rahapit