parboaboa

RTH di Pematangsiantar Minim, Pengaruhi Tingkat Stres Masyarakat?

Ronald Sibuea | Daerah | 25-06-2024

Salah satu ruang terbuka hijau di Pematangsiantar. (Foto: PARBOABOA/Ronald Sibuea)

PARBOABOA, Pematangsiantar – Pertumbuhan penduduk di Kota Pematangsiantar, Sumatra Utara terus mengalami peningkatan.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, jumlah penduduk di kota itu pada 2023 sebanyak 274,838 jiwa.

Namun, tingginya pertumbuhan populasi penduduk itu masih belum sejalan dengan ketersediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Pematangsiantar. 

Padahal RTH menjadi salah satu instrumen menjaga lingkungan tetap hijau dan lestari.

Tak hanya itu, Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang juga mengamanatkan bahwa 30 persen dari wilayah kota harus berwujud RTH.

Jika dirinci lagi, dari 30 persen itu, 20% di antaranya RTH publik dan 10% RTH privat.

Sementara berdasarkan jurnal yang ditulis pada 2021 menyebut, RTH di Pematangsiantar hanya seluas 18,574 km persegi atau 23,22 persen, dari total luas kota Pematangsiantar yang mencapai 79,91 km persegi.

Pengamat tata ruang, Marulam Simarmata mengkhawatirkan kondisi tersebut. Ia tak menyangkal, minimnya RTH bisa berimplikasi pada tingginya tingkat stres masyarakat Pematangsiantar. 

Ia pun membenarkan kenaikan populasi dan ketersediaan RTH yang sedikit mempengaruhi kesehatan mental masyarakat Pematangsiantar.

“Kenapa banyak yang stres? Yang kita hadapi setiap hari hiruk-pikuk, keramaian, suara motor,” katanya kepada Parboaboa, Kamis (20/6/2024).

Oleh karena itu, ketersediaan RTH menjadi sangat penting di tengah kemajuan zaman dan peningkatan populasi. 

“Ke mana kita bisa duduk tenang sambil baca koran? Jauh dari keributan, dengar gemericik air, kicauan burung, ke mana?,” ungkap Marulam Simarmata.

Namun, tak semua sepakat dengan pernyataan pengamat tata ruang tadi. Salah satunya, Duta Kemanusiaan dan Sosial Kemasyarakatan, Nurhazlina Hasibuan.

Menurutnya, banyaknya faktor dan kebutuhan manusia yang menyebabkan stres meningkat. 

Dalam wawancara dengan Parboaboa, Nana, begitu ia akrab disapa mengatakan, urgensi RTH terhadap penurunan tingkat stres masyarakat tidak terlalu tinggi.

RTH, lanjut Nana, hanya bagian kecil dari kebutuhan self healing atau konsep memulihkan diri sendiri dengan berbagai kegiatan. Sehingga, keberadaan RTH di Pematangsiantar pun belum begitu berdampak. 

"Kebanyakan di Pematangsiantar itu lebih ke masalah pekerjaan, ekonomi, dan keluarga. Jadi kalau cari solusi ya dari situ aja," katanya, Selasa, (25/6/2024).

Dalam pandangannya, Nana menjelaskan di Pematangsiantar ada banyak tempat yang bisa dimanfaatkan untuk self healing, tidak melulu ruang terbuka hijau aja. 

Misalnya saja, beberapa kedai kopi atau tempat rekreasi lain di sekitar Pematangsiantar.

“Di sini ada banyak tempat yang bisa kita temukan kalau untuk mencari ketenangan itu, misal aja ke beberapa coffee shop, atau ke beberapa tempat di sekitar Pematangsiantar,” ungkapnya.

Selain itu, tingkat stres juga tidak dipengaruhi lokasi-lokasi tertentu.

Nana menambahkan, kebutuhan untuk meredakan stres dan masalah mental bisa ditemukan lewat konseling dan sharing.

Kemudian, istirahat yang cukup, mendengarkan lagu yang disuka, dan melakukan kegiatan yang disuka juga bisa membantu mengurangi tingkat stres.

“Kita ngga bisa menilai dari sisi lingkungan saja, kita perlu tahu juga bagaimana seseorang mengelola manajemen stres dan kisah yang dialaminya. Karena terkadang untuk masalah mental, orang-orang tidak hanya butuh solusi, bisa jadi hanya mencari tempat bercerita,” pungkasnya.

Editor : Kurniati

Tag : #ruang terbuka hijau    #populasi    #daerah    #pematangsiantar    #self healing    #tingkat stres masyarakat   

BACA JUGA

BERITA TERBARU