Joe Biden Ragu Jika Invasi Batal Dilakukan, Meski Rusia Tiba-Tiba Tarik Mundur Pasukan dari Perbatasan Ukraina

Presiden Joe Biden (dok ANTARA/Reuters)

PARBOABOA, Pematangsiantar - Ketegangan antara Rusia dan Ukraina sudah memanas sejak awal tahun ini, setelah ratusan ribu pasukan Rusia tiba-tiba dikerahkan ke perbatasan dengan Ukraina. Spekulasi bermunculan menyebutkan jika Rusia sedang bersiap untuk menginvasi negara tetangganya tersebut.

Memanasnya hubungan kedua negara pecahan Uni Soviet tersebut membuat Amerika Serikat dan sejumlah negara sekutu lainnya mengirimkan bantuan, berupa peralatan dan pasukan militer. Amerika juga mengancam akan menjatuhkan sanksi ekonomi berat kepada negara pimpinan Presiden Vladimir Tersebut tersebut, jika invasi benar-benar dilakukan.

Jika menurut prediksi Amerika, invasi akan dimulai para Rabu (16/2) dini hari waktu Rusia. Namun anehnya, tepat pada hari yang diprediksi tersebut, Rusia mengumumkan telah menarik sebagian pasukannya dari perbatasan.

Sama seperti pengakuan dari awal, Kementrian Pertahanan Rusia mengatakan jika mereka selama ini hanya melakukan latihan militer. Sehingga setelah menyelesaikan latihan, pasukan tersebut dikembalikan ke pangkalan militer.

Memang tidak disebutkan mengenai seberapa banyak pasukan yang ditarik tersebut, namun ini menjadi pengumuman penarikan pasukan yang pertama dilakukan Rusia setelah konflik memanas.

Menanggapi penarikan pasukan ini, Presiden Amerika Joe Biden mengatakan, dirinya masih tidak percaya jika Rusia batal menyerang Ukraina, karena Amerika sejauh ini belum memverifikasi mengenai penarikan pasukan tersebut. Bahkan Biden tetap mengingatkan jika Invasi masih mungkin untuk terjadi.

"Kami belum mempervifikasi unit militer Rusia kembali ke pangkalan mereka, para analis kami menunjukkan bahwa mereka tetap berada dalam posisi mengancam, dan faktanya saat ini Rusia memiliki lebih dari 150 ribu tentara yang mengelilingi Ukraina dan Belarus. Invasi tetap mungkin terjadi," kata Joe Biden, dikutip dari CNNIndonesia, Rabu (16/2).

Sehingga Presiden Amerika tersebut tetap menyarankan warga negaranya untuk meninggalkan Ukraina.

Adapun konflik kedua negara ini terjadi setelah Ukraina berencana untuk bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). NATO sendiri merupakan pasukan pertahanan yang berdiri usai Perang Dunia ketiga berakhir yang didirikan untuk melawan ekspansi Rusia. Pada awalnya, NATO beranggotakan Belgia, Kanada, Denmark, Perancis, Islandia, Italia, Luksemburg, Belanda, Norwegia, Portugal, Inggris, dan Amerika Serikat.

Adapun rencana Ukraina untuk segera bergabung dengan NATO ini membuat Rusia takut eksistensi mereka akan terancam, karena Ukraina berbatasan langsung dengan mereka. Terlebih karena sebagian negara-negara Eropa seperti Lituania, Latvia dan Estonia kemudian ada Polandia dan Rumania sudah bergabung.

Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab memanasnya hubungan kedua negara tersebut. Namun semoga saja masalah ini segera diselesaikan dengan negosiasi tanpa mengerahkan pasukan militer.

Editor: -
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS