parboaboa

Sasar 8,4 Juta Anak, Sub PIN Polio Serentak di 3 Provinsi Selama Sepekan

Aprilia Rahapit | Kesehatan | 16-01-2024

Ilustrasi jarum suntik. Sebanyak 8,4 juta anak jadi sasaran suntik sub PIN polio. (Foto:RF_studio)

PARBOABOA, Jakarta - Sub Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio dilakukan serentak di Provinsi Jawa Timur, dan Jawa Tengah, dan di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. 

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) dr. Maxi Rein Rondonuwu, menyampaikan, sub PIN Polio tersebut yaitu pemberian imunisasi novel Oral Polio Vaccine Type 2 (nOPV2), dengan menargetkan 8,4 juta anak berusia 0- 7 tahun. 

Lebih rinci, dari jumlah tersebut terbagi untuk Provinsi Jawa Timur sebanyak 4,4 juta anak. Kemudian Provinsi Jawa Tengah untuk 3,9 juta anak, dan Kabupaten Sleman sebanyak 149 ribu anak. Pelaksanaan Sub PIN akan dilaksanakan selama 1 pekan, diikuti sweeping selama 5 hari yang dimulai pada Senin (15/1/2024). 

Imunisasi itu diberikan tanpa memandang status imunisasi sebelumnya. Dalam hal ini, meski status imunisasi telah dinyatakan lengkap, namun anak harus tetap mengikuti program Sub PIN Polio.

“Target cakupan sekurang-kurangnya adalah 95 persen untuk masing-masing putaran dan merata di setiap tingkatkan, mulai dari desa, kecamatan, sampai kabupaten,” ucapnya.

Sementara itu, Direktur Jenderal P2P bersama Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali mencanangkan kegiatan Sub PIN Polio di MINU Kapasan Sidoarjo, Jawa Timur dengan pemberian imunisasi tetes nOPV2 pada 144 anak.

Dirjen Maxi menuturkan, Sub PIN Polio tersebut berlangsung dalam dua putaran. Lebih rinci, putaran pertama dimulai pada 15 Januari 2024, dan putaran kedua mulai 19 Februari 2024.

Masing-masing putaran terlaksana dalam waktu satu minggu dengan jarak antarputaran minimal satu bulan.

Pemberian imunisasi tambahan juga akan dilakukan di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur yang merupakan lokasi terjadinya KLB polio.

Kemudian diikuti di Kabupaten Sleman DIY, sebagai daerah yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Klaten, atau di lokasi ditemukannya kasus polio beberapa waktu lalu.

“Peran Bapak dan Ibu semua sesuai tugas dan fungsi masing-masing serta partisipasi aktif dari seluruh masyarakat sangat dibutuhkan dalam menyukseskan kegiatan ini, karena itu kami sangat berharap adanya komitmen dari Bapak/Ibu dalam mendukung kegiatan ini,” kata dia.

Sejarah Munculnya Polio

Mengutip laman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), polio merupakan penyakit yang sangat menular, yang kebanyakan menyerang anak-anak dengan menyerang sistem saraf hingga menyebabkan kelumpuhan tulang belakang dan pernafasan, dan dalam beberapa kasus kematian.

Polio sendiri telah ada sejak zaman prasejarah,  gambar Mesir kuno menunjukkan anak-anak berjalan dengan tongkat, dengan kondisi anggota tubuh layu.

Deskripsi klinis polio sendiri pertama kali diketahui, oleh dokter Inggris Michael Underwood pada tahun 1789. Penyakit ini kemudian secara resmi diakui sebagai suatu kondisi pada tahun 1840 oleh dokter Jerman Jakob Heine.

Adapun pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, epidemi yang kerap terjadi membuat polio kini menjadi penyakit yang paling ditakuti di dunia. 

Khususnya wabah besar polio di Kota New York pada tahun 1916, yang telah menewaskan lebih dari 2000 orang, serta wabah terburuk yang tercatat di AS pada tahun 1952 menewaskan lebih dari 3000 orang. 

Tidak sedikit orang selamat dari penyakit ini menghadapi konsekuensi seumur hidup. Penderita yang cacat harus rela penyangga kaki, kruk atau kursi roda, bahkan memerlukan alat bantu pernapasan seperti paru-paru besi, alat bantu pernapasan buatan yang diciptakan untuk pengobatan pasien polio. 

Ditemukan Obat

Kemudian pada pertengahan abad ke-20, virus polio menyebar dan ditemukan di seluruh dunia hingga membuat penderitanya lumpuh hingga meninggal dunia. Bahkan lebih dari setengah juta orang setiap tahunnya. 

Kondisi itu kemudian menyebabkan vaksin menjadi kebutuhan mendesak. Sebuah terobosan ditemukan tahun 1949, di mana pada saat itu virus polio berhasil dibudidayakan dan dikaji oleh John Enders, Thomas Weller dan Frederick Robbins di Rumah Sakit Anak Boston. Kemudian karya mereka diakui dengan Hadiah Nobel tahun 1954.

Tidak lama kemudian, pada awal tahun 1950-an, vaksin pertama berhasil diciptakan oleh dokter Amerika Jonas Salk. 

Salk pun menguji vaksin virus mematikan eksperimentalnya pada dirinya sendiri dan keluarganya pada tahun 1953. Dirasa manjur, vaksin tersebut kemudian dilakukan terhadap 1,6 juta anak di Kanada, Finlandia, dan Amerika Serikat. 

Vaksin itu kemudian berhasil diumumkan pada 12 April 1955, termasuk vaksin polio tidak aktif (IPV) milik Salk dilisensikan pada hari yang sama. 

Hasilnya, pada tahun 1957, kasus polio tahunan mengalami penurunan, dari 58.000 menjadi 5.600, dan pada tahun 1961, hanya tersisa 161 kasus. 

Pada saat itu Salk berkomitmen dan memahami bahwa upaya eliminasi tidak akan berhasil tanpa vaksinasi universal yang murah atau tanpa biaya.

Bahkan, enam perusahaan farmasi memiliki izin untuk memproduksi IPV, dan Salk pun tidak mengambil keuntungan darinya. 

Tidak hanya itu, dalam sebuah wawancara pada tahun 1955, ketika ditanya siapa pemilik paten IPV, Salk menjawab: “Ya, masyarakatnya, menurut saya. Tidak ada paten. Bisakah Anda mematenkan matahari?”

Editor : Aprilia Rahapit

Tag : #polio    #anak    #kesehatan   

BACA JUGA

BERITA TERBARU