PARBOABOA - Apa itu tantrum pada anak, dan bagaimana cara mengatasinya? Berikut ulasannya.
Pada masa pertumbuhan, perilaku yang satu ini sering terjadi pada anak. Sebenarnya, perilaku ini merupakan perilaku yang wajar dan merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Biasanya perilaku ini terjadi pada anak usia 1 hingga 3 tahun.
Nah, sebagai orang tua, ada baiknya jika kamu mengetahui apa itu tantrum pada anak dan bagaimana cara mengatasinya.
Arti Tantrum Pada Anak
Tantrum pada anak merupakan ledakan emosi, yang biasanya terjadi pada anak yang memiliki masalah emosional. Biasanya, perilaku ini terjadi ketika anak merasa lapar, lelah, hingga merasa tidak nyaman, namun ia tidak bisa menjelaskannya. Hal ini lah yang membuat sang anak merasa frustasi dan menunjukkan perilaku yang tidak menyenangkan.
Perilaku pada anak yang satu ini biasanya ditandai dengan sikap keras kepala, menangis, menjerit, berteriak, menjerit-jerit, mengomel, dan marah.
Jenis Tantrum Pada Anak
Perilaku pada anak yang satu ini terbagi atas dua jenis, yaitu :
1. Tantrum Manipulatif
Tantrum manipulatif terjadi ketika anak menerima sebuah penolakan atas permintaan yang ia lontarkan kepada orang tua maupun orang-orang yang berada disekitar anak. Biasanya, tantrum jenis ini dilakukan oleh anak sebagai bentuk manipulatif agar orang lain mau memenuhi keinginannya.
2. Tantrum Frustasi
Tantrum frustasi terjadi pada anak yang belum mampu mengungkapkan atau mengekspresikan keinginannya dengan baik. Biasanya, tantrum jenis ini terjadi pada anak berusia 18 bulan atau pada usia anak yang belum dapat sepenuhnya bertutur kata dengan baik.
Penyebab Tantrum Pada Anak
Perilaku pada anak yang satu ini umumnya disebabkan oleh terbatasnya kemampuan anak untuk menyampaikan apa yang sedang ia rasakan. Namun pada kasus tertentu, perilaku ini juga bisa disebabkan oleh gangguan perilaku atau masalah psikologis, seperti autism dan depresipsikologis.
Adapaun aspek lingkungan yang bisa mempengaruhi anak mengalami tantrum, ialah :
1. Adanya permasalahan dalam keluarga, seperti anak yang kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang.
2. Stres
2. Lapar
3. Kelelahan
4. Stimulasi berlebihan
5. Situasi yang tidak dapat diatasi sendiri oleh anak
6. Tempramental negatif yang menyebabkan anak keras kepala, kaku, sulit untuk menerima masukan, dan selalu berprasangka negatif
Fase Tantrum Pada Anak
Berikut merupakan fase atau tahapan terjadinya perilaku pada anak yang satu ini.
1. Penolakan
Pada fase atau tahap ini, anak akan mengabaikan petunjuk atau saran dari orang tua. Atau, terpaku dengan tatapan terkejut serta tidak percaya bahwa permintaannya tidak dikabulkan.
2. Kemarahan
Biasanya, fase ini ditandai dengan perilaku anak yang kurang menyenangkan. Seperti, melempar barang-barang yang ada disekitarnya, berteriak, memukul, menendang, menangis, hingga berguling-guling untuk menunjukkan rasa emosinya.
3. Negoisasi
Fase negoisasi biasanya terjadi pada anak yang telah dapat berbicara, dan ditandai dengan perilaku anak yang menawarkan barang lain sebagai ganti dari barang yang mereka inginkan. Nah, jika orang tua masih juga tidak menyetujui negoisasi yang diajukan oleh anak, maka ia akan mencoba mencari negoisasi lain yang akan disetujui oleh orang tua.
4. Kesedihan
Setelah fase negoisasi tidak juga berhasil, biasanya anak akan masuk pada fase kesediahan, yang biasanya ditandai dengan tangisan anak.
5. Penerimaan
Pada fase ini, biasanya anak tantrum akan menjadi lebih tenang dari sebelumnya. Nah, pada fase inilah para orang tua dapat menjelaskan kepada anak secara perlahan mengapa keinginannya tidak dipenuhi.
Cara Mengatasi Tantrum Pada Anak
Walaupun perilaku pada anak yang satu ini merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan perkembangan anak, namun perilaku ini tetap tidak boleh dibiarkan begitu saja. Sebab, tantrum yang dibiarkan berkelanjutan bisa menjadi kebiasaan buruk dan mempengaruhi perkembangan sang anak di kemudian hari.
Nah, untuk mengatasi perilaku yang satu ini, kamu bisa mencoba langkah-langkah berikut ini :
1. Berusaha Untuk Tetap Tenang dan Sabar
Walau memang perilaku anak yang satu ini tak jarang membuat para orang tua merasa kesal dan marah, namun kamu tetap harus berusaha untuk tetap tenang dan sabar. Sebisa mungkin untuk menghindari kekerasan fisik, membalas teriakan anak, dan memaksa anak untuk menghentikan amukannya secara kasar.
Sikap yang tenang dan sabar akan membuat anak merasa nyaman untuk bercerita tentang penyebab mengapa ia marah. Selain itu, sikap yang tenang dan sabar ini akan membantu pikiran kamu untuk tetap jernih dalam menghadapi perilaku tatrum pada anak.
2. Cari Tahu Penyebabnya
Setelah berusaha untuk tetap tenang dan sabar, kamu bisa mulai untuk menanyakan pada anak alasan mengapa ia merasa marah dan kesal. Pasalnya, dengan mengetahui penyebab terjadinya tantrum pada anak mampu membantu kamu untuk lebih mudah menanganinya.
3. Alihkan Perhatian Anak
Anak memiliki kebiasaan mudah teralihkan dan mudah melupakan sesuatu. Nah, kamu dapat memanfaatkan kebiasaan anak yang satu ini untuk membantu kamu mengatasi tantrum pada anak. Sebagai contoh, kamu dapat memberikan mainan yang telah lama tidak dimainkan oleh anak, atau memberikan anak cemilan kesukaannya.
4. Hindari Kekerasan
Seperti yang telah dijelaskan di atas, sebisa mungkin para orang tua harus mengontrol emosinya dan menghindari kekerasan pada anak. Pasalnya, dengan memberikan anak suatu tindakan kekerasan, tidak akan membantu kamu untuk menenangkan anak. Malah sebaliknya, dengan adanya tindakan kekerasan pada anak, ia akan menjadi lebih marah dan kesal. Akibatnya, tantrum pada anak akan semakin parah.
5. Tunjukkan Rasa Kasih Sayang Kepada Anak
Dari pada memilih untuk memberikan tindakan kekerasan kepada anak, akan jauh lebih baik jika kamu memberikan pelukan atau ciuman kepada anak. Pasalnya, pelukan dipercaya mampu memberikan rasa tenang dan aman pada anak. Selain itu, dengan memberi anak pelukan dan ciuman akan menunjukan kepada anak bahwa kamu benar-benar peduli dan sayang kepada mereka.
Demikianlah ulasan seputar tantrum pada anak, lengkap dengan jenis, hingga cara mengatasinya. Walau memang perilaku istimewa pada anak yang satu ini akan menyita banyak kesabaran, namun tetaplah berusaha tetap tenang dan sabar. Semangat Parents!
Editor: -