PARBOABOA, Jakarta - Serangan Israel di wilayah Timur Tengah terus berlangsung dan menjatuhkan banyak korban.
Terbaru, serangan udara Israel kembali menewaskan seorang anggota kelompok Hizbullah di sebuah rumah di Lebanon selatan, pada Selasa.
NNA (kantor berita resmi Lebanon), mengungkapkan serangan udara Israel terjadi di kota Beit Lif, selatan Lebanon.
Kemudian, sebuah rilis mengonfirmasi bahwa kelompok Hizbullah telah mengidentifikasi pejuang tersebut sebagai Hasan Hussein Malik (Bader), yang disebut tewas di jalan menuju Yerusalem.
Pernyataan itu mengacu pada perjuangan Hizbullah dalam mendukung perlawanan Palestina menghadapi serangan Israel di Gaza.
NNA juga melaporkan lebih banyak serangan Israel di Lebanon selatan, termasuk penembakan artileri di pinggiran kota Khiyam.
Korban tewas ini menjadikan jumlah pejuang Hizbullah yang tewas dalam bentrokan dengan pasukan Israel sejak 8 Oktober 2023 menjadi 387 orang, menurut perhitungan Anadolu.
Merespon hal tersebut, Pemerintah Lebanon mengungkapkan pihaknya sedang berupaya keras untuk mencegah terjadinya eskalasi konflik antara Israel dan gerakan Hizbullah.
Adapun konflik terbaru ini bermula dari serangan roket di Dataran Tinggi Golan yang menewaskan 12 korban pada akhir pekan lalu, yang diklaim oleh Israel dilancarkan oleh Hizbullah.
Namun, gerakan Lebanon tersebut membantah klaim tersebut.
Beberapa pejabat Israel menyatakan bahwa perang dengan Lebanon sudah semakin dekat.
Pada Minggu pagi (28/7/2024), angkatan bersenjata Israel menyerang sejumlah target Hizbullah di dalam wilayah Lebanon dan di selatan negara tersebut.
WNI Aman
Terkait situasi yang terus memanas tersebut, Kementerian Luar Negeri RI memastikan, sejumlah warga negara Indonesia (WNI) di Lebanon dalam kondisi aman.
Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kemlu, Judha Nugraha, mengatakan bahwa komunikasi terus dijalin untuk memantau kondisi para WNI.
"Hingga saat ini mereka dalam keadaan baik, tenang, dan selamat," jelasnya kepada media pada Selasa, 30 Juli 2024.
Menurut data dari KBRI Beirut, terdapat 203 WNI yang tinggal di Lebanon, serta sekitar 1.232 personel TNI yang bertugas di UNIFIL.
Para WNI diminta untuk meningkatkan kewaspadaan dan mempertimbangkan untuk keluar dari wilayah Lebanon mengingat penerbangan komersial masih beroperasi.
Bagi para WNI yang berada di Lebanon Selatan, disarankan untuk sementara waktu berlindung di Safe House KBRI Beirut.
Judha merincikan, terdapat 14 WNI yang menetap di wilayah Lebanon Selatan dan mereka memutuskan untuk tetap tinggal di rumah masing-masing karena merasa situasi masih relatif aman.
Walaupun demikian, demi keamanan, WNI di Lebanon diminta untuk meninggalkan negara itu guna mengantisipasi dampak konflik terbaru antara Israel dan kelompok Hizbullah.
Imbauan tersebut disampaikan oleh KBRI Beirut dan Kementerian Luar Negeri RI setelah memonitor secara dekat situasi keamanan di Lebanon, termasuk kemungkinan terjadinya eskalasi konflik bersenjata.
KBRI mengimbau seluruh WNI di Lebanon untuk selalu meningkatkan kewaspadaan dan bersiap menghadapi kemungkinan eskalasi konflik.
Pihaknya berharap, seluruh WNI di Lebanon untuk memastikan telah melakukan Lapor Diri ke KBRI Beirut.
Selainitu, mesti mempertimbangkan untuk meninggalkan Lebanon sementara waktu secara mandiri,
“Selama layanan penerbangan komersial masih tersedia," ujar KBRI Beirut dalam pernyataan resmi yang dirilis Senin (29/7/2024).
KBRI juga menyarankan WNI yang berencana mengunjungi Lebanon untuk menunda perjalanan mereka hingga situasi keamanan membaik.
Mengingat kondisi keamanan yang buruk di Lebanon Selatan, termasuk wilayah Saida, Hasbaya, Nabatiyeh, Marjeyoun, Tyre, dan Aitaroun, telah ditetapkan Status Siaga I di wilayah tersebut sejak Oktober 2023.
Sehubungan dengan hal ini, pihak KBRi mengimbau seluruh WNI di Lebanon Selatan untuk berlindung di safe house KBRI Beirut.
KBRI juga mengingatkan seluruh WNI di Lebanon agar menghindari kawasan yang rawan dan menyimpan barang serta dokumen berharga di tempat yang aman.
Selain itu, WNI diminta terus mencermati dan bersikap waspada atas perkembangan situasi keamanan setempat, antara lain dengan memantau media massa dan sumber informasi resmi otoritas setempat.