PARBOABOA, Jakarta - Seni lukis merupakan karya seni yang sering dianggap memiliki nilai jual tinggi, terlebih seni lukis memiliki karakteristik khas, mulai dari corak, bahan hingga teknik pengerjaannya.
Salah seorang seniman lukis, Mudili Mahfudz (50) telah menjalani profesi melukis selama puluhan tahun.
Pria yang akrab disapa Atu Lukis ini mengaku, mulai menekuni seni lukis sejak duduk di bangku SMA.
"Saya mulai melukis dari tahun 1996, saat saya masih SMA menang ada bakat melukis," kata Atu kepada Parboaboa saat ditemui di pusat perbelanjaan, Blok M Square, Sabtu (17/6/2023).
Kepada Parboaboa, Atu lantas menceritakan awal mula ia tertarik mengasah bakatnya, menggeluti bidang seni lukis hingga menjadikannya mata pencaharian utama membantu perekonomian keluarga.
Saat itu, Atu tak sengaja melihat pelukis di kawasan Blok M Square, Jakarta Selatan.
Dari sanalah Atu mulai belajar membuat beberapa karya seni lukis.
"Waktu itu, saya lihat pelukis di Blok M terus saya tertarik. Akhirnya bergaul kemudian belajar secara otodidak dan ilmu-ilmu melukis terus saya tekuni sampe sekarang," ujar Atu.
Menurutnya, masing-masing pelukis memiliki cara tersendiri untuk menuangkan ide dan inspirasinya menjadi sebuah karya.
"Mau yang sudah mahir atau belum tetap ada nilai pembelajarannya, karena setiap pelukis punya kelebihan serta kekurangan tersendiri," ungkap Atu.
Di awal melukis, Atu hanya mengandalkan hubungan pertemanan untuk menerima pesanan jasa melukisnya.
"Awalnya di tahun 1996 itu, ada teman yang ingin dilukis fotonya, terus saya lukis. Ya, sambil saya belajar juga, teman saya ngasih seikhlasnya," katanya.
Atu Terima Pesanan Lukisan Wajah dan Karikatur
Seiring berjalannya waktu, Atu kemudian banyak menerima pesanan lukisan terutama wajah dan karikatur.
Untuk satu lukisan wajah atau karikatur ini Atu mematok harga sekitar 400 hingga 700 ribu tergantung ukuran.
"Kalau sekarang pakai tarif, biasanya harga standar itu Rp400 sampai 700 ribu tergantung ukuran," ungkap Atu.
Kendati demikian, Atu juga mengaku tidak merasa terganggu dengan adanya perkembangan teknologi yang semakin canggih. Seperti kehadiran beberapa aplikasi gambar yang dapat digunakan secara instan.
"Enggak merasa terganggu karena menurut saya itu aneh aja, masa ada orang melukis pake komputer. Bolehlah dibantu teknologi, tapi kalau hampir semua ya itu bukan pelukis," ungkapnya.
Ia pun menjelaskan istilah seni modern art yang memadukan manual dengan teknologi digabung menjadi satu dengan tetap mempertahankan sisi manualnya.
"Ya balik lagi itu pilihan, karena lukisan yang manual pasti lebih mahal ketimbang menggunakan teknologi dan sah-sah saja," jelasnya.
Dalam seminggu, Atu mengaku menerima dua hingga tiga lukisan, dengan durasi pengerjaan dua hingga tiga hari untuk satu lukisan.
"Bagi saya tiga pesanan dalam seminggu itu sudah banyak karena pengerjaannya bisa sampai dua hari, jadi kalau satu minggu ada tiga jadinya pas," ungkapnya.
Atu berharap, di usianya yang tak muda lagi, ia masih bisa menghasilkan karya seni dan menghidupi keluarganya.
"Karena bagi saya karya seni adalah sebuah keindahan yang mana orang lain bisa menikmatinya," imbuh Atu.