PARBOABOA, Medan - Pengamat ekonomi dari Universitas Islam Sumatra Utara, Gunawan Benjamin menilai, potensi ekspor karet tahun ini belum terlalu menggembirakan.
Apalagi menurutnya, banyak negara maju di dunia yang terancam resesi, sehingga mengalami perlambatan ekonomi.
"Banyak ekonomi negara besar yang terancam resesi dan mengalami perlambatan, AS (Amerika Serikat) diperkirakan akan masuk dalam jurang resesi di kuartal ketiga atau keempat," katanya kepada Parboaboa, Kamis (8/6/2023).
Keraguan itu disampaikan Gunawan, karena melihat lambatnya pertumbuhan ekonomi negara-negara dengan ekonomi besar di dunia, termasuk Jepang yang merupakan pasar ekspor terbesar karet asal Sumut.
"Jepang memang mengalami pemulihan di kuartal pertama tahun ini sebesar 1,6 persen, tetapi tetap saja masih diragukan, apakah pertumbuhannya akan mampu di atas 1 persen di tahun ini," ungkap Gunawan Benjamin.
Sebelumnya, Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatra Utara mengakui ada kenaikan volume ekspor karet hingga 29.137 ton pada Mei 2023.
Jumlah ini meningkat sekira 30,15 persen jika dibandingkan pada Mei 2022, yang hanya 11,85 persen atau sekira 26.051 ton.
"Artinya ini mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya," kata Sekretaris Eksekutif Gapkindo Sumut, Edy Irwansyah.
Namun, jika dibandingkan dengan 2012, kinerja ekspor karet Sumut saat ini terus mengalami penurunan, rata-rata hanya 35 ribu ton setiap tahunnya.
"Kinerja ekspor karet Sumatera Utara dari sejak 2012 terus menunjukkan penurunan," katanya.
Edy melanjutkan, ada 5 negara tujuan utama dari total 30 negara tujuan ekspor karet Sumut di Mei 2023. Yaitu Jepang dengan 28,48 persen, USA (Amerika Serikat) 19,09 persen , Turki 8,61 persen, India 5,92 persen dan China 5,56 persen.
"Kenaikan ini didorong adanya pertumbuhan penjualan ban Bridgestone (pabrikan ban asal Jepang) sebesar 27 persen di Amerika Serikat yang disusul penjualan saham Goodyear (pabrikan ban asal Amerika Serikat)," jelasnya.
Edy Irwansyah menambahkan, produksi karet di Sumut masih terbilang rendah karena Indonesia memasuki musim kemarau.
"Produksi kebun karet di Sumatra Utara diperkirakan masih belum normal karena adanya anomali cuaca panas yang akan berlanjut. Ini salah satu dampak dari fenomena El Nino," jelasnya.
Sementara data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut menyebut ekspor karet pada April 2023 mengalami penurunan.
"Ada penurunan USD24,7 juta untuk ekspor karet dan produk turunannya pada April 2023, dari sebelumnya USD76,7 juta menjadi USD51,9 juta," ungkap kepala BPS Sumut Nurul Hasanuddin.