Jesika | Sains | 22-08-2023
PARBOABOA - Hujan asam merupakan sebuah fenomena yang tak terlihat namun memiliki dampak lingkungan yang sangat serius. Mengapa demikian?
Setiap hari, kendaraan terus menerus melintasi jalan raya sementara pabrik-pabrik beroperasi dengan mesin yang membara, menghasilkan pembakaran yang mengisi udara dengan beragam zat kimia berbahaya.
Gas-gas sisa hasil pembakaran dari kendaraan dan pabrik ini mengandung senyawa-senyawa seperti belerang dioksida dan nitrogen oksida. Meskipun tak terlihat mata, gas-gas ini terlempar ke atmosfer, menciptakan lapisan pencemaran yang menebal.
Pada tahap selanjutnya, gas-gas tersebut larut dalam titik-titik air di awan membentuk asam sulfat dan nitrat. Ketika hujan turun, larutan ini bercampur dan turun bersama hujan. Proses inilah yang dinamakan dengan hujan asam.
Dalam gambaran yang lebih luas, hujan asam adalah bukti bagaimana aktivitas manusia dapat menciptakan efek domino yang merusak lingkungan.
Lalu, apa saja dampaknya? Dalam artikel ini, Parboaboa telah merangkum dari berbagai sumber tentang pengertian hujan asam, proses terjadi, ciri-ciri, dan dampaknya terhadap manusia, tumbuhan, serta hewan.
Sebelum mengetahui bagaimana proses terjadinya fenomena alam ini, kamu juga harus mengetahui pengertiannya. Dilansir dari buku IPA Fisika jilid 3, karya Mikrajuddin, hujan asam adalah hujan dengan derajat keasaman (pH) yang sangat rendah pada tetesan airnya.
Sementara itu, dilansir situs resmi United States Environmental Protectio Agency, Hujan asam adalah istilah luas yang mencakup segala bentuk presipitasi dengan komponen asam, seperti asam sulfat atau nitrat yang jatuh ke tanah dari atmosfer dalam bentuk basah atau kering. Ini bisa termasuk hujan, salju, kabut, hujan es atau bahkan debu yang bersifat asam.
Proses hujan asam dimulai dari emisi polutan ke atmosfer dari berbagai sumber, seperti kendaraan bermotor, pabrik, dan pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar fosil. Emisi ini terdiri dari gas-gas seperti sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen oksida (NOx). Ketika gas-gas ini mencapai atmosfer, mereka mengalami berbagai reaksi kimia yang kompleks.
Sulfur dioksida (SO2) berinteraksi dengan oksigen di udara dan berubah menjadi sulfur trioksida (SO3). Kemudian, SO3 tersebut bereaksi dengan uap air di atmosfer dan membentuk asam sulfat (H2SO4). Di sisi lain, nitrogen oksida (NOx), termasuk nitrogen oksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2), juga mengalami reaksi dengan oksigen atmosfer. NOx ini kemudian berinteraksi dengan uap air dan partikel lainnya di udara, membentuk asam nitrat (HNO3) dan asam nitrit (HNO2).
Setelah pembentukan asam sulfat, asam nitrat, dan asam nitrit ini, senyawa-senyawa tersebut dapat diangkut oleh angin dan akhirnya mengendap kembali ke permukaan bumi melalui presipitasi, seperti hujan, salju, atau kabut. Air hujan yang terbentuk dalam proses ini mengandung asam sulfat, asam nitrat, atau asam nitrit dalam konsentrasi yang lebih tinggi daripada air hujan biasa.
Ketika hujan ini mencapai permukaan tanah, ia dapat merusak lingkungan dengan mengasamkan tanah, air sungai, dan danau. Dampak negatifnya dapat dirasakan oleh ekosistem, tanaman, dan kehidupan akuatik.
Dilansir dari buku Modul Konsep Dasar Ipa Energi, karya Prof.Drs. Sentot Budi Rahardjo dan rekan-rekannya, Terdapat dua penyebab umum terjadinya pengendapan asam. Pertama secara alamiah, contohnya gunung meletus dan kedua karena kegiatan manusia. Adapun kegiatan manusia tersebut adalah sebagai berikut;
Pabrik-pabrik dan fasilitas industri seringkali melepaskan gas beracun ke udara, seperti sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen oksida (NOx), sebagai hasil dari proses produksi dan pembakaran bahan bakar fosil.
Kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar fosil, seperti bensin dan diesel, menghasilkan emisi yang signifikan dalam bentuk nitrogen oksida dan partikel-partikel yang dapat berkontribusi pada pengendapan asam.
Pembangkit listrik yang menggunakan batu bara atau minyak bumi sebagai sumber energi juga merupakan sumber emisi utama SO2 dan NOx.
Batu bara adalah salah satu bahan bakar fosil yang paling umum digunakan untuk menghasilkan listrik dan panas. Saat dibakar, batubara melepaskan SO2 ke atmosfer.
Pemakaian pupuk nitrogen dalam pertanian dapat meningkatkan emisi nitrogen oksida ke udara, yang kemudian berkontribusi pada pengendapan asam.
Beberapa industri dan fasilitas menghasilkan limbah beracun yang jika tidak diolah dengan benar dapat mencemari air dan menyebabkan fenomena hujan ini ketika terjadi pengendapan.
Selain dari aktivitas manusia, alamiah juga dapat memainkan peran dalam pembentukan pengendapan asam. Misalnya, letusan gunung berapi dapat melepaskan gas-gas beracun yang dapat mencemari udara dan berkontribusi pada pengendapan asam.
Semua sumber emisi ini berperan dalam menciptakan kondisi yang mendukung pembentukan pengendapan asam saat polutan-polutan ini tercampur dalam atmosfer dan mengalami reaksi kimia dengan partikel-partikel lainnya.
Adapun beberapa ciri-ciri dari fenomena alam ini adalah sebagai berikut;
Fenomena alam ini memiliki dampak serius terhadap makhluk hidup dan lingkungan secara keseluruhan. melansir dari buku IPA Kimia Jilid 1, oleh Lutfi, adapun dampak yang dtimbulkan oleh hujan asam adalah sebagai berikut;
Mencegah kerusakan akibat hujan ini merupakan tanggung jawab semua orang dalam melindungi lingkungan dan menjaga keseimbangan ekosistem. Berikut adalah beberapa cara yang dapat diambil untuk mencegah kerusakan akibat pengendapan asam:
1. Reduksi Emisi Gas Beracun
Salah satu langkah paling penting adalah mengurangi emisi gas beracun seperti sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen oksida (NOx) ke udara. Ini dapat dicapai dengan mengadopsi teknologi yang lebih bersih dalam industri, transportasi, dan pembangkit listrik, serta mengurangi penggunaan bahan bakar fosil.
2. Transisi ke Energi Bersih
Beralih ke sumber energi bersih seperti energi matahari, angin, dan hidro dapat mengurangi emisi polutan dan mengurangi risiko pengendapan asam.
3. Transportasi Ramah Lingkungan Menggunakan transportasi umum, bersepeda, atau berjalan kaki dapat mengurangi emisi gas beracun dari kendaraan bermotor.
4. Pemilihan Kendaraan Rendah Emisi
Jika memerlukan kendaraan pribadi, memilih kendaraan yang efisien dan rendah emisi, seperti mobil listrik atau hibrida, dapat membantu mengurangi dampak pengendapan asam.
5. Pengelolaan Limbah
Mengelola limbah dengan bijak dan mendaur ulang dapat mengurangi sumber polusi yang dapat berkontribusi pada pengendapan asam.
6. Pertanian yang Berkelanjutan
Meminimalkan penggunaan pupuk dan pestisida kimia dalam pertanian serta menerapkan praktik pertanian yang berkelanjutan dapat mengurangi emisi gas beracun ke udara.
7. Konservasi Energi
Mengurangi penggunaan energi listrik dengan menggunakan peralatan hemat energi dan mematikan peralatan yang tidak digunakan dapat membantu mengurangi emisi dari pembangkit listrik.
8. Pendidikan dan Kesadaran
Meningkatkan kesadaran tentang pengendapan asam dan dampak polusi udara melalui edukasi publik dapat mendorong orang untuk mengambil langkah-langkah berkelanjutan.
9. Peran Pemerintah
Mendorong pemerintah untuk mengadopsi kebijakan lingkungan yang ketat, mengatur emisi industri, dan mendorong transisi ke energi bersih adalah langkah penting dalam mencegah pengendapan asam.
Kerja sama seluruh pihak tentu dalam mengurangi dari pencemaran udara yang mengakibatkan hujan asam.
Tanpa memandang batasan geografis atau perbedaan kepentingan, tindakan kolektif akan menjadi pendorong utama dalam mencapai lingkungan yang lebih bersih dan sehat.
Upaya pemerintah, industri, masyarakat, serta komunitas ilmiah haruslah beriringan, saling menguatkan dalam mendukung inovasi dan regulasi yang berfokus pada perlindungan alam.
Editor : Sari
Tag : #hujan asam #proses terjadinya hujan asam #sains #pengertian hujan asam #dampak hujan asam bagi manusia