PARBOABOA, Jakarta - Menteri Kesehatan Budi Gunandi Sadikin menerangkan, bahwa pihaknya sudah menganggarkan dana sebesar Rp17 Triliun untuk belanja alat kesehatan produk dalam negeri.
Adapun membeli produk dalam negeri merupakan pilar ketiga dalam transformasi kesehatan nasional, yakni transformasi sistem ketahanan kesehatan. Secara keseluruhan, transformasi ini terdiri dari 6 pilar.
Program tersebut dirancang mengingat lebih dari 90 persen total alat kesehatan Indonesia merupakan produk impor.
“Dari Rp 38 triliun sampai 39 triliun (alokasi) belanja (Kemenkes pada 2022), komitmen kita tahun ini sekitar Rp 17 triliun untuk belanja dalam negeri, sekarang sudah Rp 8 triliun,” terang Budi dalam siaran pers, Rabu (2/11/2022).
Budi juga menekankan, bahwa produksi dan belanja alat kesehatan dalam negeri harus dimaksimalkan. Dari jumlah alokasi belanja Rp17 triliun, ia sudah menganggarkan untuk belanja obat, vaksin, dan alat kesehatan produksi dalam negeri.
Hal ini lanjut budi, akan sangat berdampak pada kemandirian di dalam negeri.
“Pasar kita sangat besar sekali. Jika belanja sektor kesehatannya sebagian besar masuk ke Indonesia dan tidak keluar negeri, maka pertumbuhan ekonomi kita akan tertopang tinggi dengan ini,“ jelas Budi.
Meskipun begitu, untuk mencapai target tersebut, pemerintah memerlukan dukungan serta komitmen dari pelaku usaha, terutama usai pandemi Covid-19.
Untuk proses produksinya, Menkes menyarankan agar perusahaan ikut menjalin kerja sama dengan UMKM di daerah.
Adapun saat ini, beberapa perusahaan telah mampu memperoduksi alat-alat kesehatan di dalam negeri, termasuk PT Astra Komponen Indonesia (ASKI).
Produk alat kesehatan buatan Astra, yaitu produk USG 2D, Antropometri Set, dan Autoclave (sterilization unit).
Budi juga menjelaskan, produk ini memiliki kelebihan. Produk USG sepertinya sudah bersifat portable dan mempunyai fitur telemedicine. Hal tersebut memungkinkan adanya komunikasi antara operator alat dengan tenaga spesialis sekaligus bisa menyimpan hasil pemeriksaan.
Selanjutnya fungsi penyimpanan hasil pemeriksaan juga terdapat pada antropometri set yang didesain bisa terhubung dengan aplikasi Android dengan sistem pelaporan Kemenkes.
Selain itu, Budi berharap pengembangan alat kesehatan tidak hanya fokus pada alat kesehatan untuk upaya pelayanan kesehatan kuratif, tetapi juga layanan promotif dan preventif.
“Ke depannya Astra produksi alat kesehatan yang sifatnya untuk pemeriksaan dini, seperti alat tes diabetes, hipertensi, tekanan darah dan lain sebagainya. Sehingga kita tidak perlu ke lab,” pungkasnya.
Editor: -