PARBOABOA, Jakarta - Kenya, sebuah negara di Afrika Timur, sedang mengalami kerusuhan besar.
Hal ini disebabkan oleh rencana pemerintah bersama parlemen setempat yang akan menaikkan pajak dan memotong pendapatan untuk asuransi kesehatan.
Rencana tersebut dituangkan dalam bentuk rancangan undang-undang (RUU).
Namun, kebijakan ini justru memicu protes besar dari warga Kenya, yang menggelar demonstrasi massal berujung ricuh di gedung DPR di ibu kota Nairobi.
Melansir Associated Press, demonstran Kenya menuntut anggota DPR untuk tidak meloloskan RUU yang dianggap menambah beban masyarakat itu.
Namun, pada sidang parlemen yang diadakan pada Selasa, 25 Juni, RUU ini akhirnya disahkan dan dijadwalkan untuk segera menjadi undang-undang.
RUU ini memicu protes karena memuat kenaikan pajak pada bahan bakar dan minyak nabati yang dikhawatirkan akan meningkatkan harga bahan pokok di negara tersebut.
Selain itu, dalam RUU ini juga ditetapkan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 16 persen untuk produk roti dan kendaraan bermotor.
Tak hanya itu, RUU tersebut juga menetapkan potongan 2,75 persen pendapatan untuk mendanai asuransi medis nasional Kenya.
Demonstran kemudian menilai kenaikan pajak ini akan memberatkan perekonomian dan pendapatan masyarakat.
Apalagi sebelumnya, Presiden Kenya, William Ruto dalam kampanyenya pernah berjanji meringankan pajak dan menurunkan biaya hidup masyarakat.
Dengan mengesahkan undang-undang tersebut, demonstran menilai, Ruto tidak menepati janjinya itu.
Selain ricuh, aksi demonstrasi ini juga menimbulkan banyak korban jiwa akibat bentrokan antara massa aksi dan polisi setempat.
Demonstran berhasil membakar sebagian dari gedung parlemen tersebut, sementara polisi merespons dengan menggunakan gas air mata dan meriam air.
Setelah gas air mata dan meriam tak cukup membubarkan massa, polisi setempat lantas mengeluarkan menembakkan peluru tajam untuk mengusir pengunjuk rasa.
Auma Obama, aktivis Kenya yang juga saudara tiri mantan Presiden Amerika Barack Obama menjadi satu dari ratusan pengunjuk rasa yang terkena gas air mata dalam aksi tersebut.
Tak hanya Nairobi, kerusuhan juga meluas ke sejumlah kota lain di Kenya.
Kantor berita Reuters melaporkan, setidaknya 23 orang tewas dan puluhan lainnya luka dalam kerusuhan di seluruh Kenya. Kemudian, lebih dari 200 orang ditangkap dalam aksi kerusuhan tersebut.
Presiden Kenya, William Ruto lantas mengecam aksi demonstran tersebut dan berjanji akan membubarkan paksa.
Menurutnya, aksi tersebut menandai titik balik krusial pemerintah merespons ancaman terhadap keamanan nasional.
Ruto juga menyebut aksi di Nairobi sebagai pengkhianatan.
Indonesia Siapkan Rencana Kontingensi
Kerusuhan besar di Kenya membuat sejumlah negara khawatir akan keselamatan warga negara mereka di sana, tak terkecuali Indonesia.
Pemerintah Indonesia, melalui Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Nairobi, telah menyusun rencana kontingensi untuk mengantisipasi kemungkinan kerusuhan yang semakin memburuk.
Saat ini, sebanyak 99 warga Indonesia di Kenya dilaporkan dalam kondisi aman.
Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri, Judha Nugraha mengingatkan warga Indonesia di Kenya untuk meningkatkan kewaspadaan serta menghindari kerumunan dan area demonstrasi.
Dalam konferensi pers yang dipantau PARBOABOA secara daring, Judha juga mengingatkan WNI di Kenya untuk selalu membawa identitas jika hendak bepergian.
Ia juga meminta WNI untuk terus memantau informasi dari otoritas setempat dan menghubungi hotline KBRI Nairobi di +254-748763122 jika terjadi kondisi darurat.
Editor: Kurniati