PARBOABOA - Trust issue adalah kondisi seseorang yang punya masalah kepercayaan dengan orang lain. Hal ini bisa dipicu oleh pengalaman traumatik di masa lalu, ketidakpastian, kekecewaan, ataupun rasa tidak aman.
Akibatnya, penderitanya akan menjadi sulit membangun rasa percaya kepada orang-orang di sekitarnya. Baik itu keluarga, teman, pacar, maupun orang asing.
Jika dilihat dari sisi psikologi, trust issue artinya merujuk pada kondisi mental seseorang yang takut atau trauma untuk mempercayai orang lain selain dirinya sendiri.
Orang yang mengalami ini cenderung memutuskan untuk tidak percaya supaya terhindar dari rasa kecewa bagi dirinya. Ini juga dianggap sebagai langkah yang paling mudah, padahal efeknya justru dapat mengarah kepada gangguan kecemasan, pesimisme, stress, hingga depresi.
Kemudian dari aspek sosial, trust issue dapat merusak kualitas hubungan antara si penderita dengan orang-orang di sekitarnya.
Pasalnya, mereka sulit percaya pada orang lain dan menghindari untuk berada dalam hubungan yang terlalu dalam.
Misalnya di lingkungan kerja, seseorang yang mengalami krisis kepercayaan berpotensi menghambat produktivitas pekerjaan, menggangu kolaborasi, dan menciptakan suasana kerja yang tidak sehat.
Agar lebih memahaminya, berikut penjelasan mengenai apa itu trust issue. Mulai dari arti, penyebab, dampak, contoh, hingga cara mengatasinya.
Apa Itu Trust Issue?
Rasa percaya merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan bersosial. Pengalaman-pengalaman seperti dikhianati, ditelantarkan, dikecewakan, dan dibohongi dapat membuat seseorang mengalami krisis kepercayaan atau yang disebut dengan trust issue.
Secara harafiah, trust issue berasal dari bahasa Inggris yang artinya yakni masalah kepercayaan.
Dengan demikian, pengertian trust issue adalah masalah internal seseorang dalam memercayai orang lain yang dapat terwujud dalam bentuk sikap, perkataan, maupun perilaku.
Menurut pakar psikologi dari Universitas Northeastern, Dr. David DeSteno, traumatis ini sering kali dipicu oleh kombinasi faktor psikologis dan sosial.
Ia menekankan bahwa kepercayaan adalah aspek penting dalam hubungan antar manusia dan trust issue dapat muncul ketika seseorang merasa rentan atau takut untuk membuka diri.
Mekipun pada tahun 2018 sebuah penelitian mendapati bahwa kecenderungan untuk percaya dipengaruhi oleh genetik.
Kendati begitu, tidak bisa dipungkiri bahwa faktor sosialisasi, termasuk dinamika dan keluarga juga berpengaruh besar terhadap pembentukan fobia kepercayaan.
Hal ini amat penting untuk diperhatikan demi menjaga hubungan sosial yang sehat, aman, dan menyenangkan bagi pribadi dan orang lain.
Itu sebabnya, orang yang mengalami trust issue artinya mereka yang memerlukan pendekatan holistik.
Pendekatan tersebut melibatkan pemahaman mendalam tentang faktor-faktor individual dan konteks sosial yang memainkan peran dalam pembentukan serta pemeliharaan kepercayaan.
Penyebab Trust Issue
Menurut pakar psikologi klinis sekaligus pendiri Psych Central, Dr. John M. Grohol, beberapa penyebab trust issue adalah sebagai berikut:
1. Pengalaman Traumatis
Tak bisa dipungkiri bahwa pengkhianatan, penipuan, atau kehilangan kepercayaan dalam hubungan dapat menciptakan ketidakamanan emosional.
Pengalaman traumatis ini dapat membuat seseorang menjadi waspada dan sulit untuk membangun kepercayaan pada orang lain.
2. Rendahnya Harga Diri
Individu yang mengalami trust issue adalah mereka yang merasa rendah diri dan cenderung kurang percaya pada kemampuan mereka untuk diterima atau dicintai.
Perasaan tersebut dapat meningkatkan kekhawatiran akan penolakan atau pengkhianatan, menghambat proses membangun kepercayaan.
3. Kombinasi Faktor Psikologis, Sosial, dan Lingkungan
Krisis kepercayaan bersifat kompleks dan melibatkan berbagai faktor, termasuk kondisi psikologis, pengaruh lingkungan, dan interaksi sosial.
Dalam hal ini, diperlukan pendekatan holistik untuk pemahaman mendalam terhadap pengalaman dan kondisi individu.
4. Didikan Orang Tua
Pola asuh orang tua juga ternyata memiliki dampak besar pada perkembangan trust issue psikologi anak.
Jika seorang anak tumbuh dalam lingkungan di mana kepercayaan dan keterbukaan dihargai, kemungkinan besar ia akan lebih mudah membangun hubungan yang sehat dan saling percaya di masa dewasanya.
Dengan kata lain, munculnya trust issue adalah akibat didikan yang otoriter, kurangnya dukungan emosional, atau ketidakpastian dalam hubungan dengan orang tua. Hal tersebut memicu timbulnya traumatis kepercayaan di kemudian hari.
5. Hubungan Asmara
Pengalaman dalam hubungan asmara juga dapat memberikan pengaruh signifikan dalam pembentukan traumatis ini.
Pengkhianatan atau kegagalan dalam hubungan sebelumnya dapat meninggalkan luka emosional dan membuat seseorang menjadi lebih sulit untuk mempercayai pasangan baru.
Selain itu, penyebab trust issue adalah pola hubungan yang tidak sehat (toxic relationship), seperti kontrol berlebihan, kecemasan yang berlebihan, atau kurangnya komunikasi.
Ciri-Ciri Trust Issue
Orang yang mengalami trauma ini cenderung menunjukkan beberapa ciri khas yang mencerminkan kesulitan mereka dalam mempercayai orang lain. Beberapa ciri-ciri trust issue adalah sebagai berikut:
1. Waspada dan Skeptis
Orang yang mengalami krisis kepercayaan sering kali menjadi sangat waspada terhadap niat dan motivasi orang lain.
Mereka mungkin memiliki sikap skeptis terhadap pernyataan atau tindakan orang lain, mencari tanda-tanda atau konfirmasi tambahan sebelum benar-benar mempercayai.
2. Sulit Membuka Diri
Kesulitan untuk berbagi perasaan, pikiran, atau pengalaman pribadi dengan orang lain. Mereka mungkin merasa rentan atau takut bahwa informasi pribadi mereka akan disalahgunakan atau digunakan melawan mereka.
3. Selalu Was-was Akan Pengkhianatan
Kecenderungan untuk selalu was-was dan khawatir akan pengkhianatan atau penipuan. Pengalaman traumatis atau hubungan sebelumnya yang merugikan dapat memperkuat rasa takut ini.
4. Kurang Percaya Diri
Kurang percaya diri dalam membuat keputusan atau mengambil inisiatif, karena khawatir akan membuat kesalahan atau menjadi sasaran penipuan.
5. Sulit Memulihkan dari Pengkhianatan
Individu yang mengalami trust issue adalah orang yang akan kesulitan untuk pulih dan membangun kepercayaan kembali setelah mengalami pengkhianatan atau pengalaman merugikan dalam hubungan.
6. Pola Hubungan yang Sulit
Trust issue dalam hubungan dapat menunjukkan pola ikatan yang sulit, seperti menjaga jarak emosional atau menghindari keterlibatan yang mendalam.
7. Cenderung Mencurigai
Cenderung memiliki tingkat kecurigaan yang tinggi terhadap motif orang lain, bahkan tanpa bukti yang jelas.
Contoh Trust Issue
Berikut adalah beberapa contoh trust issue yang kerap dialami oelh banyak orang, di antaranya:
1. Sulit Percaya pada Pasangan
Traumatis kepercayaan dalam konteks hubungan percintaan bisa muncul ketika salah satu atau kedua pasangan mengalami kesulitan dalam mempercayai niat dan tindakan pasangannya.
Ini dapat dipicu oleh pengalaman masa lalu, ketidakpastian emosional, atau peristiwa tertentu yang merusak kepercayaan.
2. Korban Penipuan
Ketika seseorang pernah menjadi korban penipuan, baik dalam bentuk keuangan, emosional, atau lainnya, trust issue adalah menciptakan ketidakpercayaan yang mendalam terhadap orang lain di masa depan.
Misalnya, seseorang yang pernah tertipu dalam transaksi bisnis online mungkin mengembangkan ketidakpercayaan terhadap penjual atau platform online lainnya.
3. Sulit Mempercayai Orang Baru
Beberapa individu mungkin mengalami ketidaknyamanan atau keragu-raguan dalam membangun kepercayaan terhadap orang yang baru dikenal, terutama jika mereka memiliki pengalaman buruk atau trauma sebelumnya yang terkait dengan kepercayaan.
Mereka dapat merasa sulit untuk mempercayai niat baik orang baru, meskipun orang tersebut tidak memberikan alasan konkret untuk meragukan kepercayaan.
4. Kecenderungan untuk Selalu Menyelidiki
Individu yang mengalami trust issue adalah orang yang merasa perlu untuk terus-menerus memeriksa atau menyelidiki perilaku, aktivitas, atau informasi terkait dengan orang yang mereka curigai.
Misalnya, dalam konteks hubungan percintaan, seseorang yang memiliki istilah trust issue ini cenderung untuk memeriksa ponsel atau media sosial pasangannya secara berlebihan, mencari tanda-tanda atau bukti yang mungkin menegaskan atau menghilangkan kekhawatiran mereka.
Dampak Trust Issue
Tingkat krisis kepercayaan juga bervariasi pada setiap individu, sehingga dampak yang timbul pun cukup beragam dan tergantung dari individu yang mengalaminya. Beberapa dampak trust issue yang umum terjadi adalah sebagai berikut:
1. Sering Mengalami Overthinking
Bagi individu yang sedang mengalami krisis kepercayaan, cenderung terjadi kecenderungan untuk berlebihan dalam berpikir atau overthinking.
Hal tersebut dipicu oleh ketidakpercayaan terhadap orang lain, sehingga berbagai pertanyaan muncul secara berulang dalam pikirannya.
Biasanya orang yang mengalami krisis kepercayaan akan selalu berfikir, "Apakah orang tersebut dapat dipercaya atau sebaliknya? Bagaimana jika mereka hanya memanfaatkan situasi dan memiliki niat yang tidak baik?"
Beragam asumsi keraguan terus-menerus berkecamuk dalam benaknya sehingga menciptakan rasa takut dan menghambat kemampuan untuk berinteraksi dengan orang baru.
2. Merasa Sepi
Individu yang mengalami trauma ini dapat merasakan kesepian yang signifikan. Meskipun dikelilingi oleh banyak orang, mereka mungkin tetap merasa sendiri dan terisolasi.
Dampak trust issue ini disebabkan oleh keengganan untuk terbuka kepada orang di sekitar. Rasa takut untuk berbicara tentang masalah yang dihadapi menyebabkan mereka memendam sendiri perasaan tersebut.
Padahal, sebagai makhluk sosial, interaksi dan dukungan dari orang sekitar merupakan hal yang penting dalam menjalani kehidupan.
3. Retaknya Hubungan Antarsesama
Ketidakpercayaan pada orang lain oleh individu yang mengalami krisis kepercayaan dapat membawa dampak serius terhadap hubungan interpersonal.
Orang-orang di sekitar yang merasakan bahwa kehadiran mereka tidak dihargai cenderung mengalami keretakan hubungan.
Penting diingat bahwa rasa percaya dan komunikasi yang kuat adalah kunci dalam menjaga kualitas hubungan. Tanpa adanya kepercayaan, suatu hubungan dapat mengalami kerenggangan yang dapat merugikan kedua belah pihak.
Cara Mengatasi Trust Issue dan Menghadapinya
Menurut pandangan professor emeritus psikologi Universitas Washington, Dr. John Gottman, beberapa cara mengatasi trust issue adalah sebagai berikut:
1. Kejujuran
Umumnya, cara mengatasi trust issue adalah dengan berlaku jujur dalam setiap situasi. Mengungkapnya perasaan disertai dengan alasan di baliknya akan membuka peluang bagi orang lain untuk melakukan hal yang sama.
Perlahan namun pasti, rasa percaya di antara kedua belah pihak akan kembali terjalin seperti sedia kala.
2. Menetapkan dan Menghormati Batasan
Cara menghilangkan trust issue dalam diri seseorang juga bisa diupayakan dengan membuat dan menghormati batasan-batasan tertentu yang dianggap penting oleh masing-masing pihak.
Beberapa batasan yang dimaksud adalah seperti hal privasi, ruang pribadi, ataupun kebutuhan waktu sendiri (me time). Hal itu bisa menjadi langkah konkrit untuk menciptakan kondisi dan situasi nyaman satu sama lain.
3. Menjadi Pribadi yang Konsisten
Menunjukkan integritas dan konsistensi dalam pendirian menjadi salah satu cara menghilangkan trust issue. Dengan mempertahankan keyakinan dan konsistensi, rasa percaya dapat tumbuh kembali, menghilangkan krisis kepercayaan.
4. Memahami Diri Sendiri dan Sesama
Memahami diri sendiri menjadi langkah penting dalam menangani krisis kepercayaan. Dengan pemahaman diri, kita dapat mengetahui perasaan dan jenis interaksi komunikasi yang dibutuhkan.
Selain itu, memahami orang sekitar juga menjadi hal penting untuk bisa membangung kembali kepercayaan.
5. Komunikasi yang Baik
Sebagai kunci utama dalam hubungan yang baik, cara mengatasi trust issue adalah dengan komunikasi yang baik untuk menjaga kepercayaan.
Membangun komunikasi yang intens dan berkualitas dengan orang-orang di sekitar membantu mencegah asumsi yang tidak perlu, menjaga kejelasan, dan mengatasi masalah yang mungkin mengganggu hati.
Demikian penjelasan tentang apa itu trust issue, lengkap dengan pengertian, akar penyebab, dampak, hingga cara untuk mengatasinya dengan baik dan bijak. Selamat membaca dan semoga bermanfaat.
Editor: Juni