PARBOABOA, Jakarta - Peperangan antara Hamas-Israel yang terus berlanjut telah menciptakan situasi yang kritis bagi penduduk Gaza, Palestina.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengungkapkan bahwa populasi di Gaza, Palestina menghadapi bahaya besar.
Kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, menyebut kondisi di Gaza semakin memburuk lantaran kelaparan akut dan putus asa yang dialami warga Gaza.
Tidak hanya penduduk yang mengalami bahaya, tetapi juga keselamatan para relawan yang berupaya membantu mereka dengan luka parah, kelaparan, dan risiko penyakit serius.
Tedros juga menegaskan bahwa kemampuan WHO untuk menyediakan obat-obatan, persediaan medis, dan bahan bakar semakin sulit.
Padahal, keamanan staf WHO dan kelangsungan operasi mereka sangat bergantung pada kedatangan lebih banyak makanan ke seluruh Gaza.
Sebelumnya pada Selasa (26/12/2023), WHO telah mengirimkan persediaan obat-obatan ke dua rumah sakit di utara dan selatan Gaza.
Namun, perang telah menyebabkan 21 dari 36 rumah sakit di Gaza berhenti beroperasi.
Kondisi ini menambah kesulitan dalam menyediakan layanan kesehatan yang memadai bagi penduduk.
Hampir Seluruh Rumah Sakit di Gaza Berhenti Beroperasi
Menurut Sean Casey, Koordinator Tim Medis dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), pada Selasa (26/12/2023), menyebut hampir semua layanan rumah sakit di Gaza telah berhenti beroperasi.
Ia mengungkap kapasitas kesehatan saat ini hanya sekitar 20 persen dari yang ada 80 hari lalu.
Berbagai faktor seperti kerusakan fasilitas, pengungsian staf, kekurangan listrik, dan persediaan medis membuat layanan rumah sakit hampir lumpuh.
Padahal, korban perang terus berjatuhan dan membutuhkan pengobatan yang serius.
Misalnya, pasca-serangan udara Israel di kamp pengungsi Maghazi pada Malam Natal, RS Al-Aqsa menerima lebih dari 100 pasien dengan luka serius dalam waktu singkat.
Selain itu, sekitar 100 korban meninggal juga dibawa ke rumah sakit tersebut.
Adapun masalah lain yang timbul ialah bangak orang dengan penyakit kronis seperti kanker, diabetes, atau penyakit jantung, menjadi sulit mendapatkan perawatan, karena banyak orang yang perlu perawatan darurat.
Editor: Atikah Nurul Ummah