Digitalisasi Wirausaha Indonesia Tertinggal dari Beberapa Negara Tetangga di Asia

Ilustrasi digitalisasi wirausaha atau bisnis. (Foto: graduate.binus.ac.id)

PARBOABOA, Jakarta - Sistem digital pendukung wirausaha di Indonesia masih sangat tertinggal dibandingkan dengan Malaysia, apalagi Singapura dan Korea Selatan.

Data dari Global Index of Digital Entrepreneurship Systems (GIDES) yang dirilis oleh Asian Development Bank (ADB) pada April 2024 menunjukkan skor GIDES Indonesia hanya 20,4 dari 100, menempatkannya di peringkat 11 dari 21 negara Asia. 

Sebagai perbandingan, Singapura berada di posisi pertama dengan skor 81,3, Korea Selatan di posisi kedua dengan skor 54,1, dan Malaysia di posisi ketiga dengan skor 43,1.

Albert Park, Chief Economist ADB dalam acara 18th Bulletin of Monetary Economy & Banking International Conference (BMEB) and Call for Papers 2024, Senin, (29/7/) mengatakan, skor tertinggi Singapura maupun Korea Selatan menunjukkan kinerja mereka yang sangat baik.

"Malaysia dan Tiongkok juga melakukannya dengan cukup baik," tegas Albert Park.

Untuk diketahui, penilaian terhadap indeks sistem digital pendukung kewirausahaan oleh ADB didasarkan pada delapan aspek utama yang terbagi dalam dua kategori: kondisi kerangka umum dan kondisi kerangka spesifik.

Kondisi kerangka umum mencakup budaya dan lembaga informal, lembaga formal, regulasi, dan perpajakan, kondisi pasar, serta infrastruktur fisik.

Sedangkan kondisi kerangka spesifik meliputi sumber daya manusia, penciptaan dan penyebaran pengetahuan, keuangan, serta jaringan dan dukungan.

Untuk aspek budaya dan lembaga informal, ADB memberikan nilai rendah kepada Indonesia dengan skor hanya 10,4, sangat jauh di belakang Malaysia yang memperoleh skor 46,7. 

Dalam indikator kondisi pasar, Indonesia juga hanya meraih skor 14,7 dibandingkan Malaysia yang mencapai 43,4.

Pada aspek sumber daya manusia, yang merupakan salah satu nilai tertinggi untuk Indonesia dengan skor 29, masih jauh tertinggal dari Malaysia yang mencapai 58,5. 

Selain itu, dalam jaringan dan dukungan, Indonesia mendapatkan skor 30,4 sementara Malaysia sudah mencapai 48,9.

Albert menegaskan,  ada hal penting dan utama yang harus dilakukan untuk menjadikan digitalisasi inklusif, yakni "harus menyelesaikan kondisi dasar ini agar orang-orang dapat mengakses layanan digital ini."

Berbagai macam sistem digital pendukung wirausaha

Sistem digital pendukung wirausaha atau bisnis ada bermacam-macam. Melansir beberapa sumber terpercaya, berikut beberapa diantaranya:

  • Teknologi cloud native 

Salah satu sistem digital pendukung wirausaha yang harus disediakan dalah teknologi cloud native. Teknologi ini memberikan kecepatan, skalabilitas, dan elastisitas yang bermanfaat bagi bisnis dari berbagai ukuran.

Solusi canggih tersebut dapat dibangun dan dijalankan di lingkungan cloud publik, privat, atau hybrid dengan menggunakan container, microservices, infrastruktur tidak berubah, API, dan serverless computing. 

Saat ini, teknologi cloud native menjadi teknologi arus Utama yang mendorong transformasi bisnis bagi perusahaan dan pengusaha. 

  • Pemantau data bertenaga mesin

Alat teknologi modern memungkinkan pengumpulan data yang sangat berharga. Dengan memahami lebih dalam tentang pelanggan atau efisiensi proses, bisnis dapat melakukan perubahan penting untuk meningkatkan profitabilitas. 

Namun, mengumpulkan data hanyalah langkah awal; yang terpenting adalah memanfaatkannya. Itulah sebabnya banyak startup menggunakan alat pembelajaran mesin yang secara otomatis memantau tren data.

Dengan mengubah data menjadi informasi yang berarti, pengusaha dapat segera mengambil tindakan untuk meningkatkan bisnis mereka.

  • Perangkat lunak manajemen atau CRM

Perangkat lunak manajemen hubungan pelanggan (CRM) dirancang khusus untuk menangani hubungan penting dengan pelanggan. Alat ini memberikan perusahaan kemampuan lebih dalam mengelola interaksi pelanggan. 

Penggunaan CRM yang efektif dapat meningkatkan keuntungan secara signifikan. Menurut survei Capterra, 47% pengguna CRM melaporkan peningkatan besar dalam retensi dan kepuasan pelanggan.

  • Alat pemasaran

Era digital menghadirkan berbagai teknik pemasaran baru yang penting bagi wirausahawan untuk menjangkau pelanggan mereka. Media sosial, kampanye email, SEO, dan PPC adalah sumber lalu lintas dan pelanggan utama bagi brand. 

Startup seringkali tidak memiliki dana untuk menyewa biro iklan, sehingga alat pemasaran menjadi solusi yang lebih mudah dan terjangkau. 

Contohnya, HootSuite memungkinkan penjadwalan posting media sosial berminggu-minggu sebelumnya, dan Mailchimp membantu dalam pembuatan serta pengelolaan kampanye email.

Editor: Gregorius Agung
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS