PARBOABOA, Jakarta - Gangguan geomagnetik baru-baru ini dideteksi terjadi pada Jumat (10/5/2024) hingga Minggu (12/5/2024) lalu.
Informasi ini disiarkan melalui akun Instagram resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), @infoBMKG.
Menurut Koordinator Bidang Geofisika Potensial di BMKG, Muhammad Syirojudin, puncak dari gangguan tersebut terjadi pada Sabtu (11/5/2024).
Ia juga menjelaskan bahwa badai skala G4 telah berlangsung sejak Jumat, "dan intensitasnya meningkat menjadi skala G5 pada Sabtu (11/5/2024)," tuturnya kepada media, Sabtu (11/05/2024).
Ia menambahkan, gangguan magnetik Bumi ini disebabkan oleh badai matahari yang berasal dari fenomena lontaran massa corona mass ejection (CME) yang terjadi di permukaan matahari pada 7 hingga 9 Mei 2024.
Merujuk pada informasi dari Pusat Prediksi Cuaca Antariksa Amerika Serikat (NOAA), Syirojudin juga menerangkan bahwa pada Jumat, 10 Mei 2024, terdeteksi tujuh ledakan massa Corona dari Matahari.
Diperkirakan dampak dari ledakan ini terasa di Bumi mulai tengah hari Jumat hingga Minggu, 12 Mei 2024 lalu.
Adapun ledakan di bintik Matahari ini mempengaruhi kemagnetan Bumi karena melepaskan gelombang radiasi yang bergerak dari permukaan Matahari hingga mencapai Bumi, yang dikenal sebagai lontaran massa CME.
Dia menambahkan, saat CME ini bertabrakan dengan medan magnet di sekitar Bumi, partikel bermuatan yang terdapat dalam CME tersebut akan dibelokkan oleh lapisan magnetosfer Bumi menuju garis lintang Kutub Utara dan Selatan.
Untuk diketahui, magnetosfer Bumi adalah lapisan medan magnet yang mengelilingi Bumi dan melindungi planet ini dari radiasi partikel angin Matahari.
Lapisan ini berbentuk mirip lingkaran, dengan kekuatan terbesar di lintang rendah. Tabrakan CME dengan magnetosfer ini dapat menyebabkan gangguan pada badai magnet Bumi.
Efek ini terasa paling signifikan di daerah lintang tinggi. Di sisi lain, di daerah dataran rendah, seperti Indonesia, pengaruhnya terasa lebih kecil.
Skala Gangguan Magnet Bumi di Indonesia
Syirojudin menyampaikan bahwa sensor magnet bumi milik BMKG yang tersebar di seluruh Indonesia telah mendeteksi badai magnet Bumi berskala moderat pada hari Sabtu.
Sumber badai ini adalah ledakan bintik matahari yang terjadi pada tanggal 7-9 Mei 2024, menurut laporan dari NOAA.
Aktivitas permukaan Matahari tersebut menyebabkan pelepasan energi radiasi yang besar dalam bentuk CME, yang bisa mengakibatkan badai magnet Bumi skala kuat, atau skala G5. Untuk diketahui, dampak badai magnet Bumi dapat diukur dengan skala G1 hingga G5.
Hasil pemantauan BMKG menunjukkan bahwa puncak peristiwa ini terjadi pada pukul 7 UTC, 11 Mei 2024, dan bisa berlangsung hingga tiga hari.
Kp-indeks, yang merupakan rata-rata K-indeks dari beberapa wilayah di Indonesia, memberikan informasi tentang tingkat gangguan medan magnet Bumi setiap tiga jam.
Nilai Kp-indeks maksimum yang tercatat adalah 8, menandakan badai magnet Bumi berskala kuat.
Ia mengungkapkan, gangguan magnet Bumi dengan indeks KP 8 menyamai gangguan magnetik sebesar 240 nT yang berdampak signifikan pada daerah lintang menengah hingga tinggi.
Hal ini memicu kebutuhan koreksi pada sistem pembangkit listrik tenaga tinggi di daerah tersebut. Selain itu, indeks KP 8 juga mengganggu navigasi satelit dan radio frekuensi rendah.
Dampak lain termasuk munculnya aurora dengan intensitas rendah yang tercatat di Illinois dan Oregon, AS.
Untuk wilayah berlintang rendah, seperti di Indonesia, Syirojudin menambahkan bahwa gangguan ini bisa mempengaruhi jaringan komunikasi satelit, sehingga menyulitkan konektivitas dengan layanan seperti Starlink.
Apa Itu Medan Magnet Bumi?
Medan magnet Bumi medan geomagnetik adalah wilayah di sekitar planet yang terpengaruh oleh gaya magnet Bumi.
Melansir situs Kemendikbud, medan magnet ini dapat mempengaruhi batang magnet yang diletakkan bebas di sekitar permukaan Bumi.
Hal ini menunjukkan adanya gaya tarik yang signifikan dari Bumi yang berperan sebagai magnet raksasa.
Bumi dianalogikan sebagai magnet raksasa dengan dua kutub, yaitu kutub utara magnet dan kutub selatan magnet.
Lokasi kutub utara magnet Bumi berada di dekat kutub selatan geografis Bumi, sedangkan kutub selatan magnet berada di dekat kutub utara geografis Bumi.
Ketidaksesuaian lokasi ini dikenal sebagai deklinasi magnetik. Selain itu, sudut inklinasi menjelaskan sudut antara medan magnet Bumi dengan permukaan horizontal Bumi.
Fungsi Medan Magnet Bumi
Pertama, Perlindungan Terhadap Radiasi Kosmik
Medan magnet Bumi berperan vital sebagai pelindung kehidupan di Bumi dari radiasi kosmik yang berbahaya, seperti partikel listrik dari Matahari atau benda langit lainnya.
Medan ini mengalihkan partikel tersebut ke kutub-kutub magnet Bumi, di mana mereka menabrak atmosfer dan terionisasi, membentuk plasma lemah yang menyebabkan fenomena cahaya indah yang dikenal sebagai Aurora.
Kedua, Navigasi dalam Migrasi Hewan
Banyak hewan, seperti burung merpati, penyu, ikan salmon, dan ikan paus, menggunakan medan magnet Bumi untuk navigasi selama migrasi.
Kepekaan terhadap medan magnet ini memungkinkan hewan tersebut untuk menciptakan semacam 'peta' magnetik yang membantu mereka dalam perjalanan jarak jauh.
Fenomena ini, dikenal sebagai biomagnetik, tidak hanya membantu dalam navigasi tetapi juga dalam mencari mangsa dan menghindari predator.
Ketiga, Pentingnya Studi Medan Magnet Bumi
Pemahaman mendalam tentang medan magnet Bumi penting untuk berbagai aplikasi praktis, termasuk navigasi dan perlindungan terhadap fenomena alam.
Penelitian lebih lanjut dapat membantu kita memahami bagaimana makhluk hidup di Bumi berinteraksi dengan fenomena geomagnetik ini pada tingkat biologis dan ekologis.