PARBOABOA, Medan - Generasi muda di Medan, Sumatra Utara membuat sebuah film pendek berjudul Counter Coy.
Film bergenre action ini bertujuan untuk menyindir Pemerintah Kota Medan terhadap tingginya angka kriminalitas di kota itu.
Menurut Produser Film Counter Coy, Kombet, film ini dibuat dari keresahan warga Medan akan tingginya angka kriminalitas yang menghambat kegiatan masyarakat, terutama di malam hari.
"Inspirasinya itu dari tingkat kriminalitas yang terjadi di Kota Medan," katanya kepada wartawan, Jumat (1/9/2023).
Kombet menilai, tingkat kriminalitas di Kota Medan sudah terlalu buruk, seperti begal, geng motor, narkotika hingga pencurian.
"Malam tuh kawan-kawan ketakutan keluar, jadi makanya film ini tuh jadi refleksi kita, karena kejahatan bisa terjadi karena pengawasan yang kurang (dari pemerintah)," kesalnya.
Film Counter Coy ini menceritakan seorang pemuda yang menjambret tas seorang wanita penjaga ponsel yang hendak pulang kerja, yang kemudian diselamatkan seorang pria. Kemudian, pria yang menyelamatkan tas wanita tersebut dikeroyok oleh geng penjambret tersebut, yang kemudian dilerai oleh orang tua dari ketua geng penjambret tersebut.
Pria lulusan Fakultas Fisip di salah satu universitas swasta di Kota Medan ini menjelaskan, lewat Counter Coy, ia ingin meluapkan kekesalannya, agar pemimpin, baik Kota medan maupun Sumatra Utara mengetahui kota ini darurat tindakan kriminal, sehingga perlu kebijakan khusus.
"Sebuah bentuk nyata karya yang kami suarakan dari apa yang relate sama kota kita. Jadi kota kita itu memang benar-benar lagi gotham-gotham-nya, benar benar lagi rusuh-rusuhnya. Nah kita menyuarakan ini, membuat karya agar setiap dari kita itu selalu waspada," jelas Kombet
Tidak hanya itu, Kombet juga menyisipkan pesan moral di Film Counter Coy ini, terutama untuk orang tua yang memiliki anak remaja agar tetap mengawasi anaknya saat keluar malam, agar tidak terjerumus di jalan yang salah.
"Orang tua yang memiliki anak remaja harus bisa waspada, anak remaja kalau sudah keluar malam, ngumpul, nongkrong malam-malam itu, harus diawasi. Setiap orang tua itu harus menjaga dan memberi didikan khusus untuk anak-anaknya agar tidak menjadi kriminal. Itu jadi pesan moral kita," ungkap Kombet.
Ia juga mengungkapkan anggaran yang dibuat untuk film pendek berdurasi 10 menit ini tidak banyak, hanya sekitar Rp13,5 juta. Itu pun digunakan untuk operasional dan proses penyuntingan film.
Kombet mengaku ia banyak bekerja sama dengan komunitas di Kota Medan dan tidak ada intervensi kepentingan dari tokoh politik yang ada di Kota Medan.
"Hasil dari tabungan pekerjaan kita, kita kan bekerja di bidang audio visual, setiap dari persentase, kita sisihkan beberapa persen untuk kita buat karya setiap tahunnya serta bantuan kerja sama dengan kawan-kawan komunitas. Jadi tanpa ada desakan, tanpa ada titipan, tanpa ada persen dari pihak manapun. Kita memang benar-benar berkarya," jelasnya.
Kombet berharap generasi muda Medan terinspirasi untuk menciptakan karya tanpa ada tekanan dari pihak manapun dan disesuaikan dengan kemampuan.
"Harapan kita agar setiap generasi muda bisa membuat karya yang berbeda-beda dan paling relate sama kejadian sekarang. Maksudnya itu, melalui film ini harapannya supaya mereka itu bisa berkreasi dan berekspresi itu sedinamis mungkin," pungkasnya.
Film Counter Coy ini ditayangkan di bioskop CGV Mall Focal Point, Medan, Sumatra Utara.
Sementara itu, salah seorang penonton film pendek Counter Coy, Husna menilai, film tersebut sangat sesuai dengan kondisi Kota Medan saat ini, termasuk angka kriminalitasnya yang tinggi.
Husna menyebut, film ini harusnya bisa menjadi refleksi Pemerintah Kota Medan, agar lebih serius lagi menciptakan kota yang aman dan damai.
"Cocok kali bang ini sama kota kita. Harusnya ini bisa dilihat pemimpin kita, agar mereka tahu kalau Kota Medan sudah darurat keamanan dan kenyamanan bagi masyarakatnya dan bisa menjadi atensi serius," imbuhnya.