PARBOABOA, Jakarta - Kejadian tanah longsor masih menghantui seluruh provinsi di Indonesia.
Peristiwa ini umumnya terjadi di daerah pegunungan atau lereng yang curam.
Namun, tak menutup kemungkinan terjadi di daerah dataran rendah tergantung pada kondisi geologi dan cuaca.
Tak hanya kerugian material, tanah longsor juga dapat menghilangkan nyawa seseorang.
Seperti yang terjadi di Desa Bumirejo, Kecamatan Kesamben, Blitar, Jawa Timur, Minggu (30/6/2024).
Dalam kejadian tersebut, satu dua orang meninggal, satu orang luka dan seorang lainnya dalam pencarian.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga mengerahkan dua alat berat untuk membantu proses pencarian korban yang hilang itu.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari mengatakan, peristiwa tersebut terjadi karena labilnya kontur tanah di ketinggian 20 meter.
"Dan menyebabkan longsoran sedalam lima meter," katanya dalam keterangannya diterima PARBOABOA, Senin (1/7/2024).
Sebelumnya, sejumlah kejadian tanah longsor terjadi di beberapa daerah di Indonesia.
Pada Senin, 4 Maret 2024 terjadi longsor di Desa Ciherang, Lebak, banten. Beruntung tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut.
Namun dua rumah hilang tertimbun longsor dan 7 rumah lainnya mengalami kerusakan. Longsor di Ciherang juga membuat tiga lumbung padi rusak.
Kejadian longsor berikutnya terjadi pada 13 April 2024. Saat itu, sebanyak 20 warga di Makale Selatan, Tana Toraja, Sulawesi Selatan meninggal akibat longsor.
Dari jumlah itu, 16 orang ditemukan meninggal di Makale Selatan dan 4 lainnya di wilayah Lembang Randan Batu Tana Toraja.
Pada Mei 2024, kejadian longsor terjadi di jalan provinsi yang menghubungkan Kota Padang menuju Kota Bukittinggi, Sumatra Barat.
Tidak ada korban jiwa dari warga maupun pengendara saat itu.
Longsor juga menutup akses jalan provinsi sepanjang 12 meter dengan ketinggian mencapai 3-4 meter.
BNPB Kota Ambon bahkan mencatat 93 dari 140 kejadian bencana di kota tersebut sejak 3 hingga 24 Juni merupakan tanah longsor.
Sebanyak 147 kepala keluarga yang terdiri dari 248 laki-laki dan 307 perempuan terdampak bencana yang tersebut.
Bencana longsor di Ambon juga menyebabkan 2 orang meninggal dan 14 rumah rusak ringan dan sedang.
Banyaknya insiden tanah longsor menjadi salah satu ancaman serius di Indonesia. Kejadian ini harus dipahami dan dikelola dengan baik, untuk melindungi kehidupan manusia dan lingkungan.
Lantas, apa saja yang harus diantisipasi warga agar tidak menjadi korban longsor?
1. Tidak Mendirikan Rumah di Bawah Tebing
Masyarakat sebaiknya tidak membuat rumah di bawah tebing dan jika lokasi sekitar pembangunan rumah memang berbukit, pilihlah lokasi yang aman dari jangkauan luruhan tanah.
Kemudian, usahakan lokasi bangunan sejauh mungkin dari kaki tebing.
Misalnya jika tinggi suatu tebing 100 meter maka usahakan lokasi rumah atau bangunan berjarak minimal 250 meter dari kaki lereng. Sehingga sewaktu-waktu terjadi tanah longsor tidak akan mencapai bangunan tersebut.
2. Jangan Membuat Kolam/Sawah di Atas Lereng
Membuat kolam atau sawah di atas lereng sebaiknya dihindari, karena dapat meningkatkan peluang terjadinya longsor.
Kolam atau sawah bisa membuat daya hidrostatika semakin kuat menekan permukaan tanah, sehingga tanah rentan tergeser, berubah dam mengakibatkan terjadinya longsor.
Keadaan bisa semakin parah jika semua air sawah atau kolam tiba-tiba menghilang karena habis terserap ke dalam tanah.
3. Tidak Menebang Pohon di Sekitar Lereng
Aktivitas menebang pohon di sekitar lereng/tebing memang harus dihindari.
Banyak dari masyarakat yang tidak mengetahui bahwa semakin banyaknya pohon maka semakin kuat dan stabil suatu tanah.
Alasannya, akar-akar pohon menyebar dan saling bersinggungan, serta dapat membantu tanah tidak mudah longsor karena akan menjadi penahan tanah.
4. Tidak Memotong Tebing Secara Tegak Lurus
Masyarakat disarankan untuk tidak langsung memotong badan lereng secara tegak ketika ingin menggali tanah dalam jumlah besar. Misalnya untuk kebutuhan pertambangan atau pembangunan.
Hal tersebut bisa mengurangi daya penahan tanah terhadap tanah yang berada di atasnya.
5. Tidak Mendirikan Bangunan di Sekitar Sungai
Masyarakat juga sangat tidak disarankan mendirikan bangunan di sekitar sungai.
Apalagi, semakin tinggi jarak antara bibir tebing ke sungai, maka peluang terjadinya longsor akan semakin besar.
Kemudian aliran air, terutama saat musim hujan akan dengan cepat menggerus bibir sungai dan lambat laun dapat menyebabkan erosi hingga longsor.
6. Lakukan Upaya Preventif
Salah satu upaya preventif yang bisa dilakukan masyarakat yaitu dengan mengecek apakah terdapat retakan pada tanah.
Jika memang ditemukan retakan, maka celah retakan harus segera ditutup dengan tanah lempung, agar air tidak banyak masuk ke dalam celah retakan.
Kemudian, menjaga kelestarian vegetasi di sekitar tebing juga menjadi salah satu upaya pencegahan yang terbukti efektif.
Editor: Kurniati