PARBOABOA - Seorang karyawan keuangan di Hong Kong ditipu untuk membayar US$ 25 juta (Rp392,97 miliar) kepada penipu menggunakan teknologi deepfake.
Korban ditipu dengan disuruh untuk menghadiri panggilan video yang disebut akan dihadiri oleh beberapa beberapa anggota staf lainnya.
Namun semuanya sebenarnya adalah palsu, kata polisi Hong Kong, dikutip dari CNN International, Senin (6/2/2024).
"(Dalam) konferensi video yang dihadiri banyak orang, ternyata semua orang yang [dia lihat] adalah palsu," kata pengawas senior Baron Chan Shun-ching kepada stasiun penyiaran publik kota RTHK.
Chan mengatakan pekerja tersebut menjadi curiga setelah dia menerima pesan yang konon berasal dari kepala keuangan perusahaan yang berbasis di Inggris.
Awalnya, pekerja tersebut mencurigai itu adalah email phishing, karena berisi permintaan pelaksanaan transaksi rahasia.
Namun, pekerja tersebut mengesampingkan keraguan awalnya setelah panggilan video tersebut. Sebab, kata Chan, orang lain yang hadir terlihat dan terdengar seperti rekan kerja yang dia kenal.
Karenanya, pekerja tersebut setuju untuk mengirimkan total US$200 juta dolar Hong Kong atau sekitar Rp392,97 miliar.
Deepfake sendiri adalah kecerdasan buatan (AI) yang digunakan untuk membuat foto, video, atau audio palsu yang bisa menyerupai asilnya, serta tampil cukup meyakinkan.
Dalam sesi video call, karyawan A diminta untuk mentransfer total 200 juta dollar Hong Kong (sekitar Rp 403 miliar), ke berbagai rekening bank Hong Kong secara bertahap sampai 15 kali transfer.
Karyawan A juga setuju mengirimkan uang tersebut karena keraguannya sirna. Seminggu kemudian, A menghubungi kantor pusat perusahaan Inggris yang diklaim penipu tadi. Dari sini lah dia sadar bahwa ia menjadi korban penipuan.
Kasus ini lantas ditangani kepolisian Hong Kong. Namun, pihak kepolisian tidak membeberkan karyawan maupun nama perusahaan di Hong Kong yang terdampak penipuan deepfake ini.
Daam penyelidikannya, polisi sudah mengidentifikasi delapan kartu identitas Hong Kong yang dicuri untuk membuat 90 permohonan pinjaman dan 54 pendaftaran rekening bank pada Juli-September 2023.
Adapun pemilik aslinya melaporkan bahwa kartu identitasnya hilang, dihimpun dari CNN, Selasa (6/2/2024).
Tidak hanya di Hong Kong, Taylor Swift juga menjadi korban teknologi deepfake pada akhir Januari lalu. Saat itu, foto berbau pornografi yang menampilkan "Taylor Swift" beredar di internet.
Setelah diselidiki, gambar-gambar yang beredar tersebut merupakan gambar palsu alias deepfake hasil olahan kecerdasan buatan alias AI.
Menurut laporan yang beredar di internet, gambar-gambar deepfake AI yang menampilkan Taylor Swift konon pertama kali beredar dari sebuah grup di Telegram yang gemar memproduksi konten sejenis.
Setelah viral, gambar-gambar pornografi buatan AI itu dihapus dari sejumlah platform di internet, terutama di X Twitter.
Media sosial X Twitter itu bahkan sempat memblokir kata kunci "Taylor Swift" dari fitur pencariannya, setelah konten deepfake tersebut beredar.
Kini blokir kata kunci tersebut sudah dicabut, sehingga pengguna bisa menelusuri Taylor Swift lagi lewat X Twitter.
Teknologi deepfake telah menimbulkan banyak kekacauan dalam beberapa minggu terakhir, karena teknologi AI telah menjadi begitu meyakinkan sehingga sulit untuk membedakan apa yang nyata dan apa yang tidak.