PARBOABOA, Simalungun – Belakangan, penyakit mulut dan kuku (PMK) atau foot and mouth disease (FMD) dilaporkan masih menyerang ternak lembu di Desa Dolok Sinumba, Huta Bayu Raja, Simalungun, Sumatra Utara.
Akibatnya, sekitar 15 ekor lembu dilaporkan mati dalam jangka waktu dua bulan, dengan kerugian diperkirakan mencapai 85 juta rupiah.
Anto (52), salah satu penjaga lembu selama 13 tahun, menjelaskan bahwa gejala umum dari penyakit ini meliputi perubahan warna kuku lembu menjadi hitam dan perlahan mengalami pembusukan.
Selain itu, lembu juga mengeluarkan air liur berlebihan dari mulut, mengalami demam, dan mengalami penurunan drastis dalam nafsu makan.
Tidak jauh berbeda dengan Anto, pemilik lembu lainnya bernama O'ot (58) juga menghadapi masalah serupa, meskipun hewan ternaknya tidak ada yang mati.
O'ot mengakui bahwa ketika virus ini menyerang, dia segera memberikan perawatan, termasuk memberikan oli pada kuku dan obat-obatan baik herbal maupun racikan dokter langsung kepada hewan ternaknya.
Dalam beberapa kasus, teman-teman O'ot bahkan harus memanggil seorang dokter hewan atau ahli ternak ketika mereka melihat lembu-lembu mereka mengeluarkan air liur secara berlebihan atau tidak mau makan. Namun, tetap saja ada lembu yang mati.
Ia menambahkan, para pemilik lembu di desa tersebut telah menghadapkan masalah ini kepada pihak desa. Selama diskusi, perangkat desa memberikan respon positif dan berjanji untuk segera melaporkannya ke dinas terkait agar ternak warga bisa diberikan vaksin khusus.
Namun, hingga saat ini, vaksin tersebut belum juga diberikan kepada ternak warga. O'ot mengaku, dirinya tidak berani bersikeras terkait vaksin dari pemerintah, mengingat ternak tersebut adalah milik pribadi dan tidak ada keterkaitan langsung dengan pemerintah.
"Ya obatin sendiri aja lah, kalau nunggu vaksin dari pemerintah lama. Udah keburu sembuh duluan", ucapnya sarkas sambil tersenyum.
Dikonfirmasi terpisah, Dinas Pertanian Kabupaten Simalungun melalui Kepala Bidang Peternakan, Resna Siboro mengaku belum menerima pengaduan apapun terkait penyakit mulut dan kuku pada ternak lembu dalam beberapa bulan terakhir.
"Terakhir tahun lalu (pengaduan). Memang kalau di sana sedikit sulit mengobatinya, karena ternak tidak pernah di kandang dan selalu dilepas di kebun. Tahun ini belum ada pengaduan apapun," ucap Resna Siboro kepada Parboaboa Rabu (20/09/2023).
Kendati demikian, Resna menegaskan bahwa pihaknya siap untuk bertindak jika menerima keluhan dari masyarakat terkait penyakit tersebut.
“Biasanya pengaduan kami terima melalui tim yang di lapangan atau bisa dari perangkat desa. Kita akan langsung terjun kelapangan melakukan pengobatan,” jelasnya.
Sementara itu, hingga berita ini terbit, Tim Parboaboa mencoba untuk melakukan konfirmasi dan mencoba untuk menemui Kepala Desa Dolok Sinumbah di kantornya, Rizal Panjaitan. Namun, pihak bersangkutan sedang tidak berada di tempat.
Editor: Yohana