Kenaikan HET Minyakita: Berpotensi Memperburuk Ekonomi Masyarakat

Ilustrasi minyak goreng curah, minyakita. (Foto: PARBOABOA/Krisna)

PARBOABOA, Jakarta - Harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng curah, Minyakita di pasaran resmi naik menjadi Rp15.700 dari harga sebelumnya sebesar Rp14.000 per liter, atau naik Rp1.700 per liter. 

Harga tersebut saat ini sudah berlaku di pasar, meski Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 41 Tahun 2022 tentang Tata Kelola Minyak Goreng Kemasan Rakyat, yang mengatur harga eceran tertinggi Minyakita belum rampung.

"Memang sudah berlaku," kata Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan di Jakarta, Jumat (19/7/2024).

Zulhas, begitu ia akrab disapa mengaku tengah menyiapkan revisi Permendag tersebut. Ia beralasan, tingginya biaya produksi dan pelemahan nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menjadi salah satu pertimbangan Kementerian Perdagangan menaikkan harga Minyakita.

Namun, kenaikan harga Minyakita ini disayangkan berbagai kalangan, mulai dari pengamat ekonomi hingga masyarakat.

Menurut ekonom UPN Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat, alasan yang disampaikan pemerintah menaikkan harga Minyakita tidak masuk akal. Apalagi Indonesia merupakan penghasil kelapa sawit terbesar se Indonesia.

Dalam catatannya, Achmad menyebut, produksi minyak sawit mentah (CPO) Indonesia di 2023 mencapai 50,07 juta ton. Jumlah itu mengalami kenaikan sebesar 7,15% dibandingkan produksi 2022 yang mencapai 46,73 juta ton. 

"Data itu menunjukkan bahwa untuk menghasilkan minyak goreng, Indonesia tidak perlu impor, sehingga alasannya biaya produksi dan nilai tukar rupiah menjadi sumir. Apalagi sebagian besar bahan baku utama berasal dari dalam negeri," katanya kepada PARBOABOA, Jumat (19/7/2024).

Achmad yang juga pengamat kebijakan publik ini mempertanyakan urgensi kenaikan harga bagi pemerintah. Ia juga khawatir karena kenaikan ini akan berdampak sangat besar pada masyarakat kecil dan UMKM. 

Ia juga menilai, kebijakan menaikkan HET minyak goreng curah tidak tepat dan berpotensi memperburuk ekonomi masyarakat yang saat ini justru memerlukan dukungan dan stimulus untuk mengatasi kelesuan ekonomi.

"Aktivitas ekonomi saat ini sedang melambat. Kenaikan harga barang kebutuhan pokok seperti minyak goreng hanya akan memperburuk situasi dengan menekan daya beli masyarakat," jelas Achmad.

Selain itu, kebijakan menaikkan HET minyak goreng juga berisiko mengurangi daya beli masyarakat, karena minyak goreng merupakan kebutuhan pokok bagi banyak rumah tangga di Indonesia. 

Kenaikan harga minyak goreng, tambah dia, dapat memaksa keluarga berpenghasilan rendah mengurangi konsumsi atau mencari alternatif yang lebih murah tetapi mungkin kurang sehat, sehingga mempengaruhi kualitas hidup mereka.

Tidak hanya itu, UKM sektor kuliner juga akan sangat merasakan dampak signifikan dari kenaikan harga minyak goreng. 

Bukan tak mungkin, kata Achmad, kenaikan harga Minyakita dapat mengancam keberlangsungan UKM tersebut. 

Suara Netizen soal Kenaikan HET Minyakita

Kenaikan harga minyak goreng curah, Minyakita memberikan dampak signifikan pada jatah belanja rumah tangga sehari-hari.

Seperti yang disampaikan Arta (45), yang mengaku harus menyiapkan biaya tambahan untuk belanja sehari-hari, imbas kenaikan harga minyak goreng.

"Pusing! Anggaran belanja keluarga nambah jadinya," katanya kepada PARBOABOA.

Arta mengaku biasa membeli minyak goreng di warung kelontong dekat rumahnya. 

Ia menyebut, dengan HET Rp14 ribu saja, warung menjualnya dengan harga Rp15 ribu hingga Rp15.500 per liter. 

Jika HET mencapai Rp15.700, bisa jadi warung kelontong menjual minyak goreng di harga Rp17.000 hingga Rp17.500 per liter.

"Akhirnya saya jadi lebih sering membeli di supermarket dengan ukuran 2 liter yang harganya sedikit lebih murah daripada di warung," kata Artha.

Keluhan yang sama juga disampaikan Zulkarnaen (34) yang menyebut pemerintah hanya selalu menaikkan harga kebutuhan pokok. 

"Harga naik mulu!," katanya kepada PARBOABOA.

Dengan naiknya HET minyak goreng, Zulkarnaen hanya kepikiran untuk menyiasati cara mengolah makanan. Seperti mengurangi menggoreng menggunakan minyak dalam jumlah banyak. 

"Kemungkinan hanya dikukus atau steam saja. Atau menggunakan mentega untuk menumis masakan," katanya.

Ia hanya menitipkan harapan agar pemerintah juga bisa menaikkan pendapatan masyarakat dan membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya, tidak sekedar menaikkan harga kebutuhan pokok.

"Termasuk memberi kesempatan pada semua orang untuk bisa memperoleh pekerjaan," imbuh Zulkarnaen.

 

Editor: Kurniati
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS