PARBOABOA, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat, setidaknya ada 1.079 gempa yang telah mengguncang Jayapura, Papua sejak 2 Januari 2023 lalu hingga hari ini, Kamis (9/2/2023).
Kepala BMKG Wilayah V Yustus Rumakiek mengatakan, dari jumlah tersebut, 125 kali di antaranya dirasakan masyarakat. Total gempa itu terakhir kali terhitung hari ini sekitar pukul 14:49:10 WIT dengan kekuatan M 2,7.
"Episenter gempa bumi terletak pada koordinat 2.51° LS dan 140.67° BT, pada jarak 8 km Timur Laut KOTA-JAYAPURA-PAPUA. Gempa bumi ini berlokasi di darat dengan kedalaman 11 km," tutur Yustus kepada wartawan, Kamis (9/2/2023).
Yustus menjelaskan bahwa gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas sesar lokal yang melintas di wilayah Kota Jayapura.
"Gempa bumi dirasakan oleh masyarakat di daerah Kota Jayapura dengan skala intensitas II MMI. Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang," katanya.
Di lain sisi, Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono menyebut bahwa kondisi batuan yang rapuh di wilayah tersebut menjadi alasan Jayapura bisa diguncang gempa hingga lebih dari 1000 kali.
"Banyak sekali gempa [di Jayapura], ini menunjukkan batuan di daerah itu sangat rapuh sehingga gempa dapat terjadi," ujar dia.
"Kedalaman gempa bumi ini relatif dangkal, di mana pembentukan batuan itu tidak sekompak pada kedalaman puluhan hingga ratusan kilometer. Sehingga sangat mudah dengan pergerakan itu sangat mudah mengalami getaran-getaran tadi," lanjutnya.
Jika dibandingkan dengan gempa yang terjadi di Jayapura pada 2 Januari dan hari ini, Daryono mengungkap ada perbedaan mekanisme sumber.
Gempa pada Januari, katanya, punya mekanisme sumber gempa akibat sesar naik. Sementara, lindu saat ini punya mekanisme geser. Dengan begitu ada potensi memicu gerakan sesar lain di dekat titik gempa.
Namun, Daryono mengatakan lambat laun gempa di wilayah Jayapura semakin berkurang dan stabil.
"Zona patahan tidak hanya satu zona, sehingga patahan sebelumnya dapat diduga berpengaruh memicu pergerakan pada patahan di sekitarnya. Namun seperti kejadian-kejadian sebelumnya, lambat laut gempa semakin berkurang dan stabil," tandas dia.
Editor: Sondang