PARBOABOA, Tebing Tinggi - Lemang merupakan salah satu makanan khas Kota Tebing Tinggi. Lemang merupakan kuliner berbahan baku beras ketan yang dicampur dengan santan. Campuran itu yang membuat cita rasa lemang menjadi enak dan legit.
Kedai lemang yang paling terkenal di Kota Tebing Tinggi adalah Lemang Batok. Kedai ini sudah berjualan selama bertahun-tahun. Resepnya pun diturunkan dari generasi ke generasi.
Generasi pertama sekaligus pemilik Lemang Batok adalah Abu Bakar Sikumbang dan istrinya Siti Maimunah Sinaga yang sudah wafat.
Kini, Lemang Batok masih diteruskan oleh generasi ketiga yakni cucu-cucu dari Abu Bakar Sikumbang.
Lemang Batok ini sendiri diproduksi dan dijual dari tempat yang terpisah.
Lemang Batok diproduksi di Jalan Badak, Kampung Semut Kota Tebing Tinggi, sementara kedai yang menjual Lemang Batok terletak di Jalan KH Ahmad Dahlan atau dikenal dengan sebutan Cong Api, tepat di depan Masjid Raya Kota Tebing Tinggi.
Salah satu generasi ketiga Lemang Batok, Rini (39) mengatakan, ia bergantian setiap satu minggu dengan keluarganya menjalankan usaha lemang batok ini.
“Minggu ini giliran saya yang berjualan, nanti Minggu depannya lagi ganti. Pokoknya setiap Minggu itu kami berganti yang jualan. Kalau anggota yang kerja tetap itu juga orangnya, cuman tokenya saja yang berganti. Siapa pun gilirannya, lemang itu tetap diproduksi di satu tempat. Karena ini kan warisan turun temurun dari leluhur kami sejak tahun 1970,” katanya saat ditemui Parboaboa, Sabtu (27/5/2023).
Rini menjelaskan, asal mula lemang milik keluarganya itu dinamakan Lemang Batok, karena cara membakar lemang tersebut menggunakan batok kelapa.
“Terkadang pakai kayu bakar juga kami membakarnya. Kalau proses pembuatannya dari awal sampai tanak itu kurang lebih empat jam. Bahan-bahannya itu seperti beras pulut, batang bambu, daun pisang yang masih muda, santan, garam, dan daun pandan,” jelasnya.
Rini lantas menjelaskan proses pembuatan Lemang Batok. Pertama-tama, kata dia, beras pulut dicuci terlebih dahulu.
“Setelah beras pulut tadi dicuci bersih, kemudian dimasukkan ke dalam bambu yang di dalamnya sudah dilapisi daun pisang. Habis itu dimasukkan santan, garam, dan perasan daun pandan. Lalu selanjutnya dibakar la lemang-lemang tadi di samping api besar dalam posisi berdiri sampai warnanya kehitaman,” ujarnya.
Yang membedakan lemang batok dengan lemang-lemang yang lain katanya, karena dibuat dengan bahan-bahan pilihan.
“Kualitas bahannya kami pilihan semua. Seperti kualitas beras pulutnya itu nomor satu yang kami ambil, kelapa kami pun kelapa pesisir. Itu lah yang membuat lemang kami beda dengan lemang-lemang yang lain. Terus juga, kami dalam satu hari itu masaknya bisa sampai empat kali. Pagi, siang, sore, dan malam. Jadi lemang itu tadi selalu fresh, karena masih panas. Kalau lemang-lemang yang lain kan cuman sekali saja masaknya dalam sehari,” tambahnya.
Rini menyebut, lemang batok dijual dengan harga bervariasi, mulai dari Rp25 ribu sampai Rp50 ribu per batang.
“Tergantung ukuran dia, ukuran jumbo spesial harganya Rp50 ribu. Untuk selainya kita jual Rp10 ribu per buah,” sebutnya.
Rini mengatakan, dalam sehari dirinya bisa menjual lemang batok sebanyak 150 batang.
“Alhamdulillah lemang yang terjual itu bisa 150 batang per harinya. Kalau Sabtu Minggu bisa sekitar 200 batang terjual. Alhamdulillah juga keluar dari modal, keuntungan yang saya dapat itu bisa mencapai Rp1 juta atau Rp2 juta dalam sehari,” pungkas dia.
Editor: Kurnia Ismain