PARBOABOA – Memahami aspek-aspek yang berkaitan dengan keimanan dan syahadat merupakan hal yang sangat penting bagi umat Islam.
Melansir buku Tidak Semua Syahadat Diterima Allah, oleh Badiatul Muchlisin Asti (2012), telah disinggung betapa pentingnya kalimat syahadat.
Dalam shahih Muslim disebutkan riwayat dari Utsman yang mengatakan bawah Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ مَاتَ ÙˆÙŽÙ‡ÙÙˆÙŽ يَعْلَم٠أَنَّه٠لا Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‡ÙŽ Ø¥Ùلا اللَّه٠دَخَلَ الْجَنَّةَ
Artinya: "Barangsiapa yang meninggal dunia, sedang ia mengetahui bahwa tidak ada Tuhan yang disembah kecuali Allah, ia masuk surga." (HR. Muslim)
Namun, di balik pemahaman umum mengenai salah satu rukun Islam ini, terdapat beberapa faktor pembatal syahadat yang mungkin belum banyak diketahui oleh sebagian besar umat Islam.
Melansir buku Rukun Islam, oleh Slamet Mulyono (2012), dalam mengucapkan kalimat syahadat, Anda harus mengetahui makna yang terkandung di dalamnya.
Tidak hanya sekadar mengucapkan, menghafalkan lafal atau bacaannya saja, tetapi harus dihayati maknanya, diyakini dalam hati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dihayati maknanya, artinya Anda mengetahui arti yang terkandung dalam syahadat tersebut. Diyakini dalam hati artinya mengakui kebenarannya bahwa tiada Tuhan Selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah.
Diamalkan dalam perbuatan artinya Anda melaksanakan perintah Allah dan Rasul Nya dan menjauhi segala larangan Allah dan Rasul-Nya, termasuk pembatal syahadat.
Syahadat merupakan jalan pembuka bagi seseorang untuk memasuki agama Islam, ketika seseorang melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar batas ketentuan Islam maka rusaklah ibadahnya dan dianggap keluar dari Islam, dengan demikian rusak dan batal syahadatnya.
Melansir buku Buku Pintar Muslim dan Muslimah oleh Rina Ulfatul Hasanah (2015), berikut ini adalah beberapa macam perbuatan yang dapat membatalkan syahadat seseorang:
1. Syirik (Menyekutukan Allah SWT)
Perbuatan menyekutukan Allah SWT, yang dikenal sebagai syirik, merupakan pelanggaran serius dalam ajaran Islam.
Syirik terjadi ketika seseorang atau sesuatu dianggap setara dengan Allah dalam ibadah atau keesaan-Nya.
Hal ini adalah dosa besar dalam pandangan Islam, dan dijelaskan dalam Al-Qur'an Surat an-Nisaa' ayat 48, sebagai satu dosa yang tidak akan diampuni jika seseorang mati dalam keadaan berbuat syirik.
Ø¥Ùنَّ اللَّهَ لَا يَغْÙÙر٠أَن ÙŠÙشْرَكَ بÙه٠وَيَغْÙÙر٠مَا دÙونَ Ø°ÙŽÙ„ÙÙƒÙŽ Ù„ÙÙ…ÙŽÙ† يَشَاء٠وَمَن ÙŠÙشْرÙكْ بÙاللَّه٠Ùَقَد٠اÙْتَرَى Ø¥Ùثْمًا عَظÙيمًا
Artinya: "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar." (QS. an-Nisaa': 48)
2. Menyembah Makhluk Lain sebagai Perantara Allah
Orang-orang menghadirkan makhluk lain sebagai perantara antara dirinya dengan Allah SWT termasuk ke dalam orang yang telah melakukan perbuatan musyrik yang membatalkan syahadat.
3. Mengabaikan Ajaran Nabi
Seseorang yang mengabaikan ajaran Nabi dan mengambil ajaran kepada selain Nabi. Salah satu perbuatan ini dapat menjadi pembatal syahadat.
4. Membenci Ajaran Nabi
Orang yang benci kepada sunnah Nabi dan yang senang mengolok-olok apa yang disampaikan Nabi termasuk telah melakukan perbuatan 10 pembatal syahadat.
وَلَئÙÙ† سَأَلْتَهÙمْ Ù„ÙŽÙŠÙŽÙ‚ÙولÙنَّ Ø¥Ùنَّمَا ÙƒÙنَّا Ù†ÙŽØ®Ùوض٠وَنَلْعَب٠قÙلْ أَبÙاللَّه٠وَءَايَتÙÙ‡ÙØŒ وَرَسÙولÙÙ‡Ù ÙƒÙنتÙمْ تَسْتَهْزÙئÙونَ لَا تَعْتَذÙرÙوا قَدْ ÙƒÙŽÙَرْتÙÙ… بَعْدَ Ø¥ÙيمَانÙÙƒÙمْ Ø¥ÙÙ† نَّعْÙ٠عَن طَائÙÙَة٠مّÙنكÙمْ Ù†ÙعَذّÙبْ طَائÙÙÙŽØ©ÙŒ بÙأَنَّهÙمْ كَانÙوا Ù…ÙجْرÙÙ…Ùينَ
Artinya: Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab, "Sesungguhnya Kami hanyalah bersenda-gurau dan bermain-main saja." Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?" Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa. (QS. at-Taubah: 65-66)
5. Menyukai dan Mengikuti Ajaran Ilmu Sihir
Orang-orang yang menyukai ilmu sihir termasuk orang yang Allah benci, ini dapat menjadi pembatal syahadat dan dapat merusak iman umat Muslim.
6. Bersekutu dengan Kafir dan Memusuhi Agama Allah
Bersahabat dengan orang-orang kafir untuk memusuhi agama Allah SWT adalah salah satu dari 10 pembatal syahadat.
يَتَأَيّÙهَا الَّذÙينَ ءَامَنÙوا لَا تَتَّخÙØ°Ùواْ الْيَهÙودَ وَالنَّصَرَى أَوْلÙيَاءَ ج بَعْضÙÙ‡Ùمْ أَوْلÙيَاء٠بَعْض٠وَمَن يَتَوَلَّهÙÙ… مّÙنكÙمْ ÙÙŽØ¥Ùنَّه٠مÙنْهÙمْ Ø¥Ùنَّ اللَّهَ لَا يَهْدÙÙŠ الْقَوْمَ الظَّلÙÙ…Ùينَ
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim." (QS. al-Maidaah: 51)
7. Tidak Berprinsip dalam Beragama
Orang yang berkeyakinan bahwa sebagian orang dapat keluar dari ajaran Nabi Muhammad SAW dan meninggalkan ajaran tersebut. Salah satu dari 10 pembatal syahadat ini yang adalah pembatal yang paling tidak disadari orang banyak.
8. Berpaling dari Agama Allah SWT
وَمَنْ أَظْلَم٠مÙمَّن Ø°ÙÙƒÙرَ بÙشَايَات٠رَبّÙÙ‡ÙØŒ Ø«Ùمَّ أَعْرَضَ عَنْهَا Ø¥Ùنَّا Ù…ÙÙ†ÙŽ الْمÙجْرÙÙ…Ùينَ Ù…ÙنتَقÙÙ…Ùونَ
Artinya: "Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling daripadanya? Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa." (QS. as-Sajdah: 22)
9. Mengabaikan Hukum Allah
Umat Islam harus menjadikan hukum Allah sebagai acuan hidup. Orang yang tidak rela bersandar pada hukum Allah dikategorikan sebagai kafir. Sebagaimana yang Allah sampaikan dalam surat Al-Baqarah ayat 44 tentang pembatal syahadat yang artinya:
"...Barangsiapa tidak memutuskan dengan apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang kafir." (Qs. Al-Baqarah: 44)
10. Berpaling dari Tali Agama Allah
Perbuatan yang dapat membatalkan syahadat adalah berpaling dari tali agama Allah. Orang yang tidak lagi mengikuti aturan Allah dan melaksanakan kewajibannya, maka ia dinyatakan keluar dari keimanannya.
Allah berfirman: "Katakanlah (Muhammad), 'taatilah Allah dan Rasul. Jika kamu berpaling, ketahuilah bahwa Allah tidak menyukai orang-orang kafir'." (Qs. Al-Imran: 32)
Melansir buku Buku Pintar Muslim dan Muslimah oleh Rina Ulfatul Hasanah (2015), dalam sebuah kutipan yang diambil dari perkataan syaikh Muhammad at-Tamimy diterangkan bahwasannya:
"Tidak ada bedanya dalam hal yang membatalkan syahadat ini antara orang-orang yang bercanda, bersungguh-sungguh maupun yang takut, kecuali orang yang dipaksa. Dan semuanya adalah bahaya yang paling besar dan paling sering terjadi. Maka setiap muslim wajib berhati-hati dan mengkhawatirkan dirinya serta memohon perlindungan kepada Allah dari hal-hal yang membuat murka Allah dan azab yang pedih."
Melansir buku Rukun Islam oleh Slamet Mulyono (2012), dengan mengucapkan kalimat syahadat, berarti Anda bersaksi dan mengakui dengan sepenuh hati, bahwa tiada Tuhan selain Allah.
Oleh karena itu, janganlah ada keraguan sedikitpun pada diri yang berkaitan dengan pembatal syahadat. Selalu memohon ampunan dan perlindungan kepada Allah, agar diri Anda diberi kepandaian, cita-citanya tercapai, dan diberi keselamatan baik di dunia maupun di akhirat.
Jika diri kalian telah yakin kepada Allah, maka Anda juga harus menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala larangannya termasuk 10 pembatal syahadat yang telah dijelaskan.
Menjalankan perintah Allah, contohnya shalat lima kali dalam sehari semalam yaitu shalat Subuh, shalat Zuhur, shalat Asar, shalat Magrib dan shalat Isya.
Meninggalkan larangan Allah seperti menyontek ketika ulangan, mengambil uang jajan teman, berkata tidak baik kepada teman, dan berkata tidak baik terhadap guru.
Semua perbuatan yang dilarang termasuk pembatal syahadat harus Anda tinggalkan karena telah dilarang oleh Allah SWT dan Rasul-Nya.
Editor: Sari