Pengaruh Dolar di Pasar Minyak Mulai Hilang: Sinyal Dedolarisasi Makin Kuat?

Pengaruh dolar AS terhadap pasar minyak internasional semakin terkikis, hal ini menandakan semakin besarnya era dedolarisasi. (Foto: Pixabay)

PARBOABOA, Jakarta - Pengaruh dolar AS terhadap pasar minyak internasional semakin terkikis, hal ini menandakan semakin besarnya era dedolarisasi. 

Dedolarisasi adalah proses atau kebijakan yang dilakukan oleh sebuah negara untuk mengurangi atau menghilangkan penggunaan mata uang dolar Amerika Serikat dalam ekonominya. 

Dedolarisasi seringkali merupakan respons terhadap kekhawatiran tentang ketergantungan ekonomi terlalu besar pada mata uang asing tertentu.

Analis di JPMorgan, salah satu bank terkemuka dunia, mengungkapkan peran penting dolar AS sebagai penggerak harga minyak global tampaknya semakin berkurang.

Ini merupakan perkembangan yang signifikan mengingat dolar AS selama ini menjadi pusat perhatian dalam perdagangan minyak global.

Dalam laporannya, Natasha Kaneva, kepala strategi komoditas global di JPMorgan, menyoroti perubahan signifikan dalam hubungan antara dolar AS dan harga minyak mentah internasional.

Meskipun korelasi tradisional menunjukkan bahwa ketika nilai dolar naik, harga minyak turun, hubungan tersebut tampak menjadi lebih mengendur. 

Antara tahun 2005 dan 2013, kenaikan nilai dolar AS sebesar 1% akan menyebabkan harga minyak mentah Brent, yang merupakan patokan internasional, turun sekitar 3%.

Namun, dari tahun 2014 hingga 2022, kenaikan 1% pada dolar AS hanya menyebabkan penurunan harga minyak Brent sebesar 0,2%. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh dolar dalam perdagangan minyak semakin berkurang.

Faktor utama yang mendorong perubahan ini adalah penggunaan mata uang selain dolar dalam perdagangan minyak. 

China, sebagai salah satu pembeli utama energi, telah mulai menggunakan yuan dalam transaksi minyak, bahkan untuk pembelian minyak Rusia.

Selain itu, minyak Rusia yang saat ini dibatasi perdagangan internasionalnya, juga mulai dijual dalam mata uang lokal pembeli atau dalam mata uang negara-negara sahabat Rusia. Ini membantu mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS dalam perdagangan minyak internasional.

Meskipun tren dedolarisasi semakin kuat, perlu dicatat bahwa dolar AS masih tetap mempertahankan dominasinya dalam sistem pembayaran SWIFT dengan lebih dari 40% pangsa pasar umum. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan euro (sekitar 25%) dan yuan (sekitar 3%) pada Juli 2023.

Oleh karena itu, proses dedolarisasi tidak akan terjadi dengan cepat karena dolar masih terlalu kuat dan banyak digunakan dalam ekosistem keuangan global.

Pengaruh dedolarisasi pasar minyak terhadap Indonesia

Indonesia, sebagai salah satu negara dengan perekonomian yang sangat bergantung pada perdagangan internasional dan pengimpor minyak, akan merasakan dampak dedolarisasi dari pasar minyak yang semakin kuat ini.

Pengaruhnya terhadap Indonesia bisa mencakup beberapa aspek penting, di antaranya:

1. Inflasi dan kebijakan moneter

Dedolarisasi pasar minyak dapat mempengaruhi inflasi di Indonesia. Meski harga minyak tidak lagi terikat dengan pergerakan dolar AS. Namun, pergerakan harga minyak dapat dipengaruhi oleh faktor lain. 

Hal ini mungkin memaksa Bank Indonesia (BI) untuk menyesuaikan kebijakan moneternya seperti suku bunga, untuk mengendalikan inflasi dalam negeri.


2. Nilai tukar rupiah dan daya saing ekspor

Dedolarisasi bisa mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. 

Fluktuasi nilai tukar rupiah yang lebih besar dapat mempengaruhi daya saing ekspor Indonesia dan biaya impor. 

Pemerintah harus memantau dengan cermat perubahan ini dan mungkin menerapkan langkah-langkah kebijakan untuk menjaga stabilitas mata uang dan daya saing ekspor.

3. Kebijakan energi dan cadangan devisa

Dedolarisasi dapat menyebabkan perubahan dalam kebijakan energi dan pengelolaan cadangan devisa Indonesia. 

Pemerintah mungkin perlu mengevaluasi cara mereka mengelola cadangan devisa dengan mempertimbangkan potensi fluktuasi nilai tukar yang lebih besar. 

Selain itu, kebijakan energi juga harus beradaptasi dengan perubahan dalam dinamika pasar minyak yang semakin terkait pada mata uang selain dolar.

Ketika pasar minyak semakin terdedolarisasi, Indonesia harus beradaptasi dengan perubahan ini dan memanfaatkannya semaksimal mungkin.

Editor: Wenti Ayu
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS