PARBOABOA, Jakarta - Ancaman kepunahan reptil asal Merauke, Papua semakin nyata.
Aktivitas penyelundupan merupakan salah satu faktor yang membuat fauna bumi cendrawasih tersebut semakin menipis.
Hewan melata ini bahkan disinyalir diselundupkan ke Jakarta sebagai salah satu daerah pasar reptil terbesar.
Buktinya, dalam dua hari berturut-turut, Jumat hingga Sabtu (19-20/2024), Satuan Pelayanan Bandar Udara Mopah Karantina Papua Selatan menahan ratusan reptil yang hendak dibawa ke Jakarta.
Kepala Karantina Papua Selatan, Cahyono mengatakan, penyelundupan membuktikan pasar reptil semakin besar di Indonesia.
Bila aktivitas ini terus berlanjut, kata dia, dipastikan fauna asal Merauke akan punah.
"Dua hari ini, total 190 reptil kami tahan" ungkap Cahyono dalam rilis yang diterima Parboaboa, Rabu (24/4/2024).
Di hari Jumat, pihak Karantina berhasil menahan reptil setelah mendapatkan informasi dari petugas Avsec, Muhammad Ridwan yang bertugas di Cargo Bandar Udara Mopah.
Muhammad mengetahui keberadaan sejumlah reptil itu saat sedang melaksanakan pengoperasian mesin x-ray.
Dokter Hewan Karantina Ahli Pertama, Anastasia Diva Putri yang bertugas di sana, menerangkan, merasa ada kecurigaan terhadap beberapa barang, dilakukanlah pengecekan.
"Dilakukan pemeriksaan manual dengan disaksikan oleh beberapa orang untuk melihat isinya" ungkap dia.
Pada keterangan kemasan barang kata dia, menyatakan, isinya 'herbal', tetapi untuk memastikan kebenarannya, barang tersebut dibuka dan hasilnya ditemukan ratusan reptil dengan berbagai ukuran.
Ketua Tim Gakum Karantina Papua Selatan, Suwarna Duwipa menyatakan, pada hari itu, total ada 157 reptil terdiri dari 145 ekor kadal soa payung dan 12 ekor biawak coklat yang berhasil diselamatkan.
"Semuanya ditahan Karantina dan akan dimasukkan kedalam kandang penahanan" ungkap Suwarna.
Sehari berselang, di Sabtu pagi, pejabat Karantina yang bertugas di Cargo Bandar Udara kembali menahan puluhan kadal setelah mendapatkan informasi dari jasa pengiriman.
Hal itu terungkap setelah Personil Lion Parcel mendatangi meja pelayanan Karantina yang merasa curiga terhadap isi paket.
Setelah dibuka secara bersama-sama, terdapat 33 ekor kadal soa payung. Pemilik paket sempat mengelabui petugas dengan memberikan keterangan kemasan 'kotak rias' pada bungkusan kemasan reptil tersebut.
Cahyono menjelaskan, saat ini, kadal soa payung dan biawak coklat merupakan satwa endemik Merauke yang statusnya dilindungi.
Ia menyayangkan penyelundupan satwa liar masih terjadi dan berharap agar sama-sama menjaga fauna endemik tersebut.
"Mari kita jaga flora dan fauna endemik Merauke agar tetap ada di alam," cetusnya.
Penyelundupan reptil asal Papua sebenarnya bukan pertama kali terjadi.
Pada tahun 2017, seorang mahasiswa bernama Irwan Kurnia (27) ditetapkan sebagai tersangka karena membawa 279 ekor reptil dari sana.
Dari 279 ekor reptil itu beberapa diantaranya merupakan satwa yang dilindungi seperti ular condro piton sebanyak 20 ekor dan kadal Panama Sulawesi sebanyak 9 ekor.
Irwan saat itu ditangkap di Pelabuhan Tanjung Priok.
Kapolres Pelabuhan Tanjung Priok, yang saat itu dijabat AKBP Roberthus Yohanes De Deo mengatakan, reptil-reptil tersebut tiba dalam kondisi hidup dan diduga akan dipasarkan di antara sesama pecinta reptil di Jakarta.
Waktu itu pelaku disangkakan Pasal 40 ayat 2 juncto Pasal 21 ayat 2 huruf a, b, c UU Nomor 5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Eksistensinya.
Dia juga terancam hukuman pidana penjara maksimal 5 tahun dan denda paling banyak Rp 100 juta.
Editor: Gregorius Agung