Kathleen | Selera Nusantara | 31-08-2023
PARBOABOA - Makanan khas suatu daerah tidak hanya menggugah selera, tetapi juga mengungkapkan warisan budaya yang kaya. Salah satunya makanan khas adat Karo yang dikenal sebagai Trites atau juga dikenal dengan nama Pagit-Pagit.
Jika orang Sunda memiliki soto Betawi, maka suku Karo memiliki hidangan soto yang memiliki ciri khas berwarna coklat, dan dibuat dari bahan dasar rumput yang berasal dari usus besar sapi.
Mendengar ungkapan "makanan berasal dari usus besar sapi," mungkin seketika itu juga memunculkan asosiasi dengan bahan yang tidak lazim. Tetapi tahukah kamu, pandangan tersebut tidak sepenuhnya benar.
Orang Karo telah lama terbiasa dengan persepsi seperti itu. Namun, penting untuk dicatat bahwa rumput yang digunakan dalam hidangan ini sebenarnya belum dicerna oleh sapi, sehingga tidak termasuk dalam kotoran sapi.
Nah, bagaimana sebenarnya rupa dan cita rasanya? Parboaboa akan mengeksplorasi lebih dalam tentang Pagit-pagit, makanan khas Karo yang menarik ini. Yuk, kita simak penjelasannya berikut ini.
Dilansir dari jurnal Institut Stiami, trites adalah makanan khas yang berasal dari suku Karo, terbuat dari bahan yang tidak lazim digunakan dalam masakan pada umumnya. Bahan tersebut adalah rumput yang diambil dari lambung (rumen) sapi.
Trites, juga dikenal dengan nama pagit-pagit yang mengartikan 'pahit-pahit', merujuk pada rasa yang khas dari hidangan ini. Bagi mereka di luar suku Karo, Trites mungkin terdengar aneh.
Sapi, sebagai hewan memamah biak (ruminansia) yang merupakan pemakan tumbuhan, mencerna makanan dalam dua tahap.
Pertama, makanan dikunyah di dalam mulut dan masuk ke dalam rumen, tempat makanan ditampung sementara.
Kedua, makanan yang sudah mengalami pencernaan awal dikeluarkan kembali ke mulut, dikunyah lagi, baru kemudian masuk ke dalam pencernaan.
Nutrisi makanan dalam rumen masih belum sepenuhnya berubah karena di dalamnya hanya terjadi proses penguraian selulase.
Penyerapan nutrisi sebenarnya terjadi pada usus halus, dan kotoran yang dikeluarkan sebenarnya berasal dari usus besar. Fakta ini membuktikan bahwa anggapan bahwa Trites adalah kotoran sapi tidak memiliki dasar.
Secara biologis, makanan yang ada dalam rumen masih mengandung banyak nutrisi dan enzim. Oleh karena itu, masyarakat Karo percaya bahwa Trites memiliki manfaat bagi kesehatan, meskipun keyakinan ini belum terbukti secara medis.
Mereka meyakini bahwa Trites bisa mengatasi berbagai penyakit seperti maag, masuk angin, serta meningkatkan nafsu makan.
Selain berfungsi sebagai hidangan kesehatan, Terites juga memiliki makna budaya yang dalam bagi masyarakat Karo, sebagai bagian dari warisan tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Sayangnya, makanan khas Karo ini tidaklah mudah ditemui untuk dikonsumsi sehari-hari, karena biasanya hanya disajikan pada saat-saat perayaan upacara adat. Hidangan ini menjadi bagian penting dalam pesta adat yang meriah, seperti "merdang merdem" yang merupakan perayaan tahunan ketika keluarga yang berjauhan berkumpul untuk merayakan panen, dan "kerja erdemu bayu" yang melibatkan keluarga besar pengantin dari kedua belah pihak dalam suatu pesta adat yang bersemangat.
Terdapat beberapa manfaat mengonsumsi trites Karo, di antaranya:
Penelitian menunjukkan bahwa campuran makanan ini, seperti air perasan kulit batang cingkam (Bischofia javanica), memiliki kandungan tanin yang cukup tinggi.
Ini mengindikasikan bahwa terdapat kemungkinan bahwa terjadi reaksi antara Trites dan tanin yang membentuk senyawa yang jenisnya masih belum diketahui.
Senyawa ini diyakini akan bereaksi dengan epitel lambung, mampu memperbaiki dan memulihkan jaringan epitel yang rusak akibat reaksi dengan asam lambung.
Selain itu, adanya reaksi dengan kikil juga dianggap sebagai faktor yang mungkin berperan dalam menjelaskan mengapa Pagit-Pagit diyakini memiliki efek penyembuhan pada sakit maag.
Terhadap klaim Trites makanan karo sebagai penambah energi, logika ini masuk akal. Namun, penting diingat bahwa sumber energi dari makanan orang Karo ini mungkin berbeda dengan makanan lainnya. Hewan pemakan tumbuhan seperti sapi memanfaatkan selulosa sebagai sumber energi, diuraikan oleh enzim selulase.
Pada makanan biasa, proses penguraian energi lebih efisien melalui amilase yang mengubah amilum menjadi glukosa. Jadi, pagit-pagit berasal dari selulosa sementara makanan lainnya dari amilum atau tepung.
Suku Karo di dataran tinggi Tanah Karo harus beradaptasi dengan cuaca dingin pada ketinggian sekitar 1500 meter di atas permukaan laut.
Tubuh membutuhkan lemak sebagai sumber energi untuk mengatasi dingin, ini sebabnya sup daging, yang mengandung lemak hewani, umum di daerah dingin.
Trites, yang mengandung lemak hewani dari daging, juga menjadi sumber energi. Namun, cara interaksi trites dengan daging masih perlu penelitian lebih lanjut. Hidangan khas Batak Karo yang populer adalah hidangan pedas, membedakannya dari hidangan lain.
Bahan:
Cara membuat:
Dibuat dari rumput dalam lambung sapi yang belum dicerna, hidangan ini mencerminkan adaptasi masyarakat Karo terhadap lingkungan sekitarnya. Dengan rasa yang khas dan nilai nutrisi yang diakui, trites memiliki tempat istimewa dalam tradisi kuliner Karo.
Editor : Sari
Tag : #trites karo #trites makanan khas karo #selera nusantara #trites makanan karo #resep trites karo