PARBOABOA, Jakarta - Sejumlah sanksi telah diberikan kepada lima kader muda Nahdlatul Ulama (NU) atau nahdliyin yang bertemu dengan Presiden Israel, Isaac Herzog di Yerusalem.
Salah satu sanksi berupa pemecatan yang diberikan kepada pengurus Lembaga Bahtsul Masail (LBM) NU DKI Jakarta, Zainul Maarif.
Opsi itu dijatuhkan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta kepada Zainul Maarif karena melakukan pertemuan dengan Presiden Israel Isaac Herzog yang akhirnya memunculkan polemik di masyarakat.
Tak hanya Zainul Maarif, PWNU DKI Jakarta juga memberhentikan 3 pengurus LBM NU Jakarta lain yaitu Sapri Saleh, Mukti Ali dan Roland Gunawan yang diduga terlibat dalam organisasi Pusat Studi Warisan Ibrahim untuk Perdamaian (Rahim) dan mempunyai komunikasi dengan Israel.
Selain Zainul Maarif, tokoh muda NU lain, Munawir Aziz yang ikut dalam pertemuan dengan Presiden Israel juga mendapat sanksi.
Ia dinonaktifkan dari jabatan staf khusus bidang strategi dan komunikasi Penjabat (Pj) Bupati Kudus, M. Hasan Chabibie.
Proses dinonaktifkannya Munawir Aziz pun telah melalui klarifikasi kepada yang bersangkutan, sesuai arahan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
"Saya putuskan Munawir nonaktif dari posisi staf khusus di Pemerintah Kabupaten Kudus," kata Hasan, dikutip dari Antara, Jumat (19/7/2024).
Seruan pemberian sanksi soal pertemuan lima nahdliyin dengan Presiden Israel, Isaac Herzog di Yerusalem ini sebelumnya santer digaungkan sejumlah pihak.
Salah satunya dari Ketua Badan Pengembangan Inovasi Strategis (BPIS) di Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Zannuba Ariffah Chafsoh yang meminta agar 5 nahdliyin yang bertemu Presiden Israel segera ditindak tegas agar tidak seenaknya mengatasnamakan organisasi.
Wanita yang akrab disapa Yenny Wahid ini khawatir, jika tidak ada sanksi tegas akan banyak orang yang seenaknya menggunakan, mengatasnamakan atau merasa sudah menjadi anggota NU untuk berkunjung ke Israel.
Putri Presiden RI ke-4 ini juga mengingatkan soal diplomasi kemerdekaan Palestina tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat dengan hanya satu kali pertemuan. Apalagi tidak jelas, apa pesan yang dibawa 5 nahdliyin yang bertemu dengan Presiden Israel itu.
Menurut Direktur Direktur Wahid Foundation, Israel sangat menginginkan kedatangan orang-orang Indonesia untuk berinteraksi sebanyak mungkin dengan mereka, termasuk NU dan tokoh Islamnya.
"Itu menjadi modus Israel untuk membawa dampak legitimasi keberadaan negara tersebut," kata perempuan yang aktif dalam diplomasi perdamaian global ini.
Tak hanya dari Yenny Wahid, opsi pemecatan juga pernah disampaikan Sekretaris Jenderal PBNU, Saifullah Yusuf yang menyatakan jika ditemukan pelanggaran organisasi, bisa saja status kelima orang itu diberhentikan sebagai pengurus lembaga.
Gus Ipul, begitu ia akrab disapa menyebut, kelima nahdliyin ini tidak mendapat mandat dan tidak meminta izin ke PBNU perihal pertemuan dengan Presiden Israel itu.
Sedangkan Ketua Umum PBNU, Yahya Cholil Staquf menyerahkan pemberian sanksi kepada badan otonomi (banom) yang membawahi 5 nahdliyin, yaitu PWNU Jakarta, PWNU Banten, PP Pagar Nusa dan Fatayat NU.
Menurut pria yang akrab disapa Gus Yahya ini, aturan soal sanksi telah tertulis secara jelas dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) PBNU, termasuk hubungan dan perjanjian kerja sama internasional.
Gus Yahya juga menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat atas polemik yang disebabkan kader muda NU ini.
Sebelumnya 5 nahdliyin mengadakan pertemuan dengan Presiden Israel, Isaac Herzog di Yerussalem. Mereka yaitu Zainul Maarif, Munawir Aziz, Nurul Bahrul Ulum, Syukron Makmun dan Izza Annafisah Dania.
Foto pertemuan tersebut lantas dibagikan salah seorang nahdliyin yang ikut bertemu, Zainul Maarif, dalam di akun Instagram pribadinya, @zenmaarif dan menjadi viral. Apalagi dalam foto tersebut juga terlihat pimpinan Yahudi di Sulawesi Utara, Rabbi Yaakov Baruch.
Pertemuan tersebut mendapat kecaman di tengah bombardir Israel ke Palestina yang menewaskan hampir 10 ribu orang tersebut.
Editor: Kurniati