PARBOABOA, Jakarta - Musik campursari pada awalnya seringkali diidentikkan dengan kalangan orang tua, sehingga terasa sulit bagi generasi muda untuk benar-benar menikmatinya dan merasa bangga.
Akan tetapi, beberapa tahun yang lalu, stigma ini benar-benar tergoyahkan ketika seorang penyanyi campursari terkemuka, Didi Kempot, berhasil memikat hati berbagai kalangan, termasuk para generasi muda, dalam setiap penampilannya.
Kini, penyanyi kenamaan itu telah tiada, sehingga muncul pertanyaan akankan kawula muda tetap menyukai musik campur sari.
Menangkap keresahan tersebut, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) berupaya tetap melestarikan musik campursari.
Salah satu caranya dengan menggelar pentas campursari di beberapa tempat.
Dengan menggandeng Brayat Endah Laras, Kemendikbudristek menggelar pentas campursari bertajuk Endahing Budoyo Larasing Campursari di Gedung Kebudayaan Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, pada Selasa (31/10/2023).
Kementerian juga menggelar kegiatan serupa di Kota Surakarta, Solo, Jawa Tengah, pada akhir Juni lalu.
Pagelaran ini diharapkan dapat mengingatkan kembali tentang campursari yang pernah berjaya dan digemari masyarakat sehingga makin kompetitif pada situasi saat ini.
Direktur Perfilman, Musik, dan Media Kemendikbudristek, Ahmad Mahendra mengatakan, musik campursari dapat diterima seluruh kalangan usia baik muda dan tua.
Tak hanya itu, musik ini juga banyak disukai pula etnik masyarakat lainnya.
Hal tersebutlah yang menurut Mahendra menjadi kekuatan nilai sosial yang menyatukan keberagaman.
Baginya, musik campursari bukan sekadar menghibur, namun juga menanamkan prinsip kebersamaan dalam keberagaman.
Musik Campursari
Secara fisik, campursari merupakan suatu kesenian jawa bentuk musik hasil dari proses akulturasi pada kategori sinkretisme.
Sinkretisme merupakan perpaduan dari beberapa paham (aliran) yang berbeda untuk mencari keserasian dan keseimbangan.
Genre-genre musik ini berakulturasi antara lain langgam keroncong, gamelan (Jawa dan Sunda), serta dangdut.
Instrumen Campursari yang sering dipakai antara lain kendang, demung, saron, gender, gong, keyboard, gitar, bas, drum, ukulele, dan sejenisnya.
Musik Campursari ini bisa disebut unik dan musik yang kreatif, karena mengedepankan kolaborasi instrumen antara tradisional dengan modern yang mempunyai tangga nada yang berbeda.
Editor: Umaya khusniah