Kisah Dedi, Rela Jauh-jauh dari Garut Demi Berjualan Bendera di Pematang Siantar

Dedi (tengah), penjual pernak-pernik HUT Kemerdekaan RI di depan RSUD Kota Pematang Siantar yang berasal dari Garut, Jawa Barat. ( Foto: PARBOABOA/ Patrick Damanik)

PARBOABOA, Pematang Siantar - Penjual Bendera Merah Putih dan pernak-perniknya HUT Kemerdekaan Republik Indonesia masih memenuhi sejumlah trotoar di Kota Pematang Siantar, Sumatra Utara.

Mereka berharap dagangan bendera mereka bisa habis terjual karena puncak perayaan HUT Kemerdekaan Indonesia hanya tersisa tiga hari lagi.

Salah satunya Dedi, pedagang bendera yang sengaja jauh-jauh datang dari Garut, Jawa Barat ke Pematang Siantar hanya untuk berjualan bendera.

"Tiap tahun dari Garut ke Pematang Siantar buat jualan bendera. Dari sana (Garut) berangkat naik Bus ALS (Antar Lintas Sumatera) ekonomi biar murah," ceritanya kepada PARBOABOA, Senin (14/8/2023).

Dedi yang saat ditemui tengah menunggu pembeli bendera di depan RSUD Pematang Siantar itu mengaku telah puluhan tahun berjualan bendera di Pematang Siantar. 

Ia pun tidak sendiri berjualan bendera di Pematang Siantar. Dedi datang ke Pematang Siantar bersama beberapa rekannya dari Garut.

"Bareng teman-teman dari Garut jualan di sini (Kota Pematang Siantar)," ungkap pria berusia 68 tahun itu.

Dedi menjual bermacam bentuk dan ukuran bendera di depan RSUD Kota Pematang Siantar. (Foto: PARBOABOA/Patrick Damanik) 

Pria yang sudah memiliki enam cucu ini mengatakan, menjual bendera dan pernak-pernik HUT Kemerdekaan RI ia lakoni hanya untuk menyambung hidup keluarganya.  

"Adanya kerjaan yang kayak gini, ya dilakuin aja. Kita mah orang kayak gini (miskin) kerjaan apa aja dikerjakan. Nanti setelah balik ke Garut, ada kerjaan mencangkul (buruh tani) ya diambil yang penting keluarga bisa makan," ungkapnya.

Dedi mengaku selalu menjaga kualitas dari bendera dan pernak-pernik kemerdekaan yang ia jual. Selain itu, harga yang ia tawarkan pun masih bisa dijangkau masyarakat.

“Enggak cuma jual bendera. Ini ada namanya backdrop dan umbul-umbul juga. Untuk harga backdrop sekitar Rp250 hingga Rp300 ribu dengan panjang 8 meter. Biasanya yang beli itu (backdrop) instansi-instansi pemerintah. Kalau masyarakat biasanya beli bendera. Bendera harganya sekitar Rp20 ribu, itu masih bisa ditawar. Kalau masih ada untung, ya kita jual," jelasnya dengan logat khas Sunda.

Dedi juga mengaku mendapat bendera dan pernak-pernik kemerdekaan lainnya dari seorang pemasok di Bandung.

"Barangnya dari pemasok yang ada di Bandung. Jadi contoh, harga bendera yang saya jual itu Rp20 ribu hingga Rp25 ribu. Dari pemasok harganya Rp18 ribu. Keuntungannya ya sekitar Rp2 ribu hingga Rp7 ribu lah satu bendera," jelasnya.

Dedi mengaku penjualan Bendera Merah Putih dan pernak-pernik Kemerdekaan menurun drastis tahun ini, jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. 

Penjual bedera merah putih di sepanjang Jalan Sutomo, Kota Pematang Siantar. (Foto: PARBOABOA/Patrick Damanik) 

Meski begitu Dedi menegaskan tidak menyerah dan tetap berharap dagangannya banyak yang laku terjual sebelum ia kembali ke Garut.

“Tahun ini pembelinya sepi. Kalau daerah Jawa seperti Jawa Barat dan Jawa Timur pembelinya juga sepi. Dibanding tahun lalu, lebih bagus tahun kemarin (pendapatannya). Tahun kemarin semuanya (omzet) bisa dapat Rp8 hingga 10 juta. Malah kalau dibanding COVID (pandemi) lebih besar masa pandemi. Tahun ini cuman sebatas makan aja sudah syukur,” ungkapnya.

Dedi menduga penurunan penjualan bendera dan pernak-perniknya karena kondisi ekonomi yang belum pulih sepenuhnya. Ia memperkirakan masyarakat masih banyak yang berjuang memenuhi kebutuhan sehari-hari daripada membeli bendera atau pernak-pernik kemerdekaan.

“Mungkin karena ekonomi belum stabil ya. Ada juga karena masyarakat udah beli (bendera) di tahun sebelumnya,” imbuh dia.

Editor: Kurniati
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS