Lidya Sianipar | Hiburan | 19-10-2023
PARBOABOA – Film dokumenter adalah genre film yang menceritakan suatu kisah secara mendalam yang diwarnai dengan topik ataupun isu, sehingga akan membawa penonton menyelami alur cerita dengan lebih dalam.
Meskipun jumlah penontonnya cenderung lebih sedikit dibandingkan dengan film komersial, ketika ada satu film dokumenter yang menarik, tidak jarang film tersebut bisa meraih perhatian banyak penonton hingga menjadi buah bibir di kalangan movie enthusiast.
Salah satunya yang akhir-akhir ini cukup hangat dibicarakan adalah film yang berjudul “Ice Cold Murder Coffee and Jessica Wongso” yang dirilis Netflix pada 28 September 2023 lalu.
Film ini adalah sebuah karya yang sangat dinanti di Indonesia, menceritakan kasus tragis kopi beracun yang melibatkan perjalanan hukum Jessica Kumala Wongso yang penuh intrik dan menarik perhatian masyarakat pada masanya.
Selain “Ice Cold Murder Coffee and Jessica Wongso” tampaknya ada banyak film dokumenter lain yang mengangkat berbagai kasus kontroversial, pembunuhan, bahkan horor dari berbagai negara. Tentu dengan karakteristik pada tiap film yang berbeda dan unik.
Jika Anda sedang mencari film dokumenter terbaik lainnya, ulasan Parboaboa kali ini akan memberikan rekomendasinya untuk ditonton menemani waktu luangmu.
Berikut adalah beberapa rekomendasi film dokumenter yang dapat Anda nikmati melalui layanan streaming legal di Indonesia.
Film dokumenter Netflix ini mengungkap kasus penipuan melalui aplikasi Tinder yang dilakukan oleh Simon Leviev yang bernama asli Shimon Hayut. Simon memancing korban-korbannya melalui aplikasi kencan yang dinamakan Tinder.
Hingga pada suatu momen, Simon akhirnya meminjam uang dari mereka, yang tidak pernah dikembalikan. Kabarnya, hingga kini Simon Leviev masih bebas dari jeratan hukum.
Film jagal atau yang dikenal dengan The Act of Killing adalah jenis film dokumenter Indonesia dalam menggali cerita pelaku pembunuhan anggota PKI 1965 yang dibunuh dengan jeratan kawat.
Cerita ini berfokus pada Anwar Congo, yang menjadi algojo para korban. Anwar menceritakan metodenya dengan gaya berakting di depan kamera. Film ini dapat disaksikan di Youtube Jagal Senyap
Film dokumenter ini merupakan produksi Taylor Swift sendiri dengan konsep menggabungkan konser dengan wawancara. Film ini menyoroti album studio ke-8 Taylor Swift, "folklore," dan menampilkan 17 lagu ditemani pembicaraan dengan para produsernya.
Film ini menampilkan Taylor Swift, Aaron Dessner dari band The National, dan Jack Antonoff, yang semuanya berperan penting dalam pembuatan album "Folklore." Mereka berkumpul di Long Pond Studio untuk merekam album ini, dan film dokumenter ini memberikan penggemar akses eksklusif ke dalam studio tersebut.
Selama film berlangsung, penonton dapat menyaksikan Swift, Dessner, dan Antonoff memecah lagu-lagu "Folklore" menjadi elemen-elemen musik, membicarakan inspirasi di balik lirik, dan membahas berbagai aspek kreatif dalam proses pembuatan album. Ini adalah momen yang langka di mana penonton dapat melihat bintang musik terbesar di dunia berkolaborasi dan berdiskusi tentang musik mereka.
Namun, yang membuat film ini begitu istimewa adalah kesederhanaannya. Meskipun Taylor Swift adalah bintang global, "Folklore: The Long Pond Studio Sessions" menunjukkan sisi pribadi dan manusiawi dari artis ini. Swift dengan tulus berbicara tentang inspirasi di balik setiap lagu, merinci pengalaman pribadinya, dan bagaimana album ini mencerminkan perasaannya selama periode tertentu dalam hidupnya.
Film ini tersedia di Disney+ Hotstar.
Film dokumenter "Sexy Killers" adalah bagian dari seri "Ekspedisi Biru" yang digarap oleh Watchdoc dan diproduksi oleh Dandhy Dwi Laksono dan Ucok Suparta. Dalam dokumenter ini, mengusung isu mengenai risiko dari kegiatan penambangan batu bara di Kalimantan dan pembangkit listrik yang berdampak tidak hanya pada lingkungan, tetapi juga pada penduduk yang tinggal di sekitar wilayah penambangan tersebut.
Selain itu, "Sexy Killers" juga mengungkap keterlibatan pejabat negara dan purnawirawan dalam masalah ini. Anda bisa menonton film ini di saluran YouTube Watchdoc Image.
Film "Fyre" (2019) menceritakan pengalaman para pengunjung yang dijanjikan sebuah festival mewah di pantai Pulau Bahama, namun kenyataannya, festival tersebut tidak pernah terlaksana. Semua ini berawal dari upaya Billy McFarland yang memimpin festival tersebut dan melakukan promosi besar-besaran untuk acara tersebut. Namun, acara ini hanya berujung sebagai tipuan besar.
Para pengunjung yang datang harus tidur di tenda-tenda sederhana, menerima makanan yang sangat terbatas, seperti sepotong roti, keju, dan sayuran layu, dan bahkan menghadapi hujan deras tanpa perlindungan yang memadai.
Selain itu, pekerja yang banting tulang untuk membantu penyelenggaraan festival ini juga menghadapi situasi sulit karena mereka tidak pernah menerima pembayaran yang dijanjikan.
Anda dapat menonton kehebohan yang terjadi selama Fyre Festival ini dalam dokumenter ini di platform Netflix.
Dalam film "Seaspiracy" (2021), pembahasannya difokuskan pada kerusakan lingkungan dan dampaknya, dengan penekanan khusus pada ekosistem laut. Film ini disutradarai oleh Al Tabrizi dan bertujuan untuk menggambarkan bagaimana perilaku manusia dapat menghancurkan kehidupan di bawah laut.
Dalam film ini, perhatian utama adalah pada aktivitas memancing yang berlebihan dan perburuan ikan yang merusak ekosistem laut. Selain itu, "Seaspiracy" juga membahas masalah sampah plastik yang mencemari lautan. Film ini menyoroti bagaimana praktik-praktik ini berdampak negatif pada keberlanjutan ekosistem laut dan perluasan pemahaman tentang betapa pentingnya menjaga dan melindungi kehidupan laut.
Dalam dokumenter "Banda the Dark Forgotten Trail" (2017), yang diproduksi oleh rumah produksi Indonesia, Lifelike Pictures, film ini menjelajahi sejarah Kepulauan Banda yang kaya akan komoditas rempah, terutama pala, dan bagaimana hal ini membuat Banda menjadi target para penjelajah dan penjajah asing.
Film ini disutradarai oleh Jay Subiakto dan diceritakan dalam dua bahasa, yaitu Indonesia dan Inggris, dengan narasi oleh Reza Rahadian dan Ario Bayu. Film ini dapat ditonton melalui layanan streaming di Netflix.
"The Beatles: Get Back" adalah sebuah dokumenter yang diadaptasi menjadi mini seri dengan tiga episode, dengan setiap episode memiliki durasi sekitar 120 menit. Dokumenter ini mengungkap kisah di balik album "Let It Be" yang dirilis pada Mei 1970. Film ini dibuat berdasarkan lebih dari 50 jam rekaman video yang diambil saat The Beatles mengerjakan materi album tersebut pada bulan Januari 1969.
Selain itu, "The Beatles: Get Back" juga akan memperlihatkan peristiwa pembubaran band legendaris, The Beatles. Anda bisa menikmati dokumenter ini melalui layanan streaming Disney+ Hotstar.
"The Social Dilemma" menggambarkan fenomena yang terjadi dalam dunia maya, dengan fokus utama pada dampak negatif yang muncul akibat penggunaan media sosial. Dampak-dampak tersebut seperti teori konspirasi, dan penurunan interaksi sosial.
Film ini juga menyelidiki isu kesehatan mental yang menjadi salah satu hasil dari kecanduan media sosial. Anda dapat menonton dokumenter "The Social Dilemma" ini melalui layanan streaming Netflix."
Film dokumenter Thailand ini mendapatkan banyak perhatian dari pecinta film pada tahun 2021. 'The Medium' mengusung gaya dokumenter dan mengisahkan tentang seorang dukun di Thailand Utara bernama Nim, yang dipercaya sebagai perantara dengan kekuatan Dewa Bayan.
Namun, ketika berbagai kejadian aneh mulai terjadi, Nim mulai meragukan kepercayaannya pada Dewa Bayan. Ini menciptakan suasana yang semakin mencekam dalam film tersebut. Jika Anda lebih suka suasana horor yang penuh ketegangan daripada banyak jumpscare, 'The Medium' adalah pilihan yang tepat.
In The Name of God’s: A Holy Betrayal yang dirilis pada 3 Maret 2023 telah menjadi topik hangat sejak perilisannya. Film ini mengangkat kisah nyata yang sangat mengerikan tentang empat pemimpin aliran atau sekte di Korea Selatan yang mengklaim diri mereka sebagai nabi dan mengungkapkan sisi gelap dari kepercayaan buta yang mereka anut.
Dalam film ini, tidak hanya dibahas mengenai kepercayaan yang menyimpang, tetapi juga berfokus pada penipuan, kekerasan, penganiayaan, perbudakan, dan bahkan pembunuhan yang melibatkan langsung para pemimpin sekte tersebut.
'The Rain Coat Killer: Chasing a Predator' mengangkat kisah serangkaian pembunuhan berantai yang terjadi di Korea Selatan pada tahun 2003-2004. Dokumenter ini, yang dirilis pada tanggal 22 Oktober 2021, menggambarkan kengerian dan kegilaan seorang pembunuh kejam yang dikenal dengan nama Yoo Young Chul, serta rentetan kasus yang melibatkannya.
Dalam film dokumenter korea ini, disajikan kesaksian dari berbagai pihak yang terlibat dalam penyelidikan dan penangkapan atas serangkaian pembunuhan yang menargetkan para lansia dari keluarga kaya dan wanita di Seoul selama tahun 2003-2004. Kisah ini diulas secara mendalam dalam dokumenter ini, memberikan wawasan lengkap mengenai kasus yang mengerikan ini."
Salah satu film dokumenter Indonesia yang menarik adalah 'Keramat,' yang dibintangi oleh Poppy Sovia. Film ini mengusung pendekatan ala dokumenter untuk menciptakan suasana horor yang tegang dan mengerikan.
'Keramat' menceritakan kisah sekelompok kru film yang sedang dalam proses syuting di daerah Yogyakarta. Namun, situasi berubah menjadi mencekam ketika salah satu anggota kru mengalami kesurupan oleh arwah sang leluhur. Film ini memadukan unsur horor dengan gaya dokumenter untuk memberikan pengalaman menegangkan kepada penontonnya."
Film dokumenter horor Taiwan yang menarik adalah 'Incantation.' Film ini mengusung elemen dokumenter untuk menciptakan suasana tegang dan mencekam.
'Incantation' mengisahkan kisah seorang wanita yang mengalami kutukan setelah mengunjungi terowongan terlarang. Ia sekarang dihadapkan dengan tugas untuk menghapus kutukan ini karena mulai mempengaruhi putri kecilnya. Film 'Incantation' telah mencuri perhatian banyak penonton dan meraih kesuksesan setelah dirilis di Netflix pada pertengahan tahun 2022.
Film berjudul "Fahrenheit 9/11," yang dirilis pada tahun 2018, dianggap sebagai salah satu film dokumenter terbaik sepanjang masa. Film ini merupakan adaptasi dari buku karya Ray Bradbury yang berjudul "Fahrenheit 451," yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1953.
"Fahrenheit 9/11" menggambarkan situasi Amerika Serikat dalam dunia distopia setelah insiden terorisme pada tanggal 11 September 2001 dan berkaitan dengan pemilihan presiden Amerika Serikat pada tahun 2016.
Film ini ditulis, disutradarai, dan diproduseri oleh pengamat politik terkenal, Michael Moore. Film ini memiliki genre yang kontroversial dan mencampurkan unsur konspirasi.
"The Cove," sebuah dokumenter yang dirilis pada tahun 2009 dan disutradarai oleh Louie Psihoyos, berfokus pada perburuan lumba-lumba di Jepang. Film ini mengisahkan perjalanan seorang mantan pelatih lumba-lumba sirkus yang memutuskan untuk menjadi seorang aktivis. Melalui dokumenter ini, penonton dapat melihat seberapa kejamnya praktik pelatihan dan pembantaian lumba-lumba yang tersembunyi di balik layar.
Film memperoleh banyak pengakuan dan memenangkan Academy Award untuk kategori Film Dokumenter Terbaik pada tahun 2010.
Dari semua rekomendasi diatas, mana yang belum kamu tonton?
Editor : Sari
Tag : #film #film dokumenter #hiburan #film dokumenter indonesia #film dokumenter thailand