parboaboa

Wanti-wanti soal Kenaikan Inflasi, Pengamat: Bisa Ganggu Perekonomian Simalungun!

Pranoto | Daerah | 11-06-2024

Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan Simalungun, Sumatra Utara. (Foto: Parboaboa/Pranoto)

PARBOABOA, Simalungun - Meningkatnya inflasi di Kabupaten Simalungun, Sumatra Utara, memunculkan kekhawatiran di kalangan pelaku perekonomian.

Meski masih dalam kategori ringan, peningkatan inflasi bisa mengganggu perekonomian, jika tak segera dikendalikan.

Pada Mei 2024, inflasi di Simalungun mencapai 3,99 persen, meningkat 0,07 persen dibanding April 2024 yang mencapai 3,92 persen.

Menurut Pengamat Ekonomi dari Universitas Simalungun, Darwin Damanik, saat ini inflasi di Simalungun lebih tinggi dibanding inflasi nasional.

"Angka inflasi ini (3,99%) cukup tinggi dibandingkan nasional yang hanya 2,84%," katanya saat ditemui PARBOABOA di ruang kerjanya, Selasa (11/06/2024).

Dosen di Fakultas Ekonomi USI ini menilai, kenaikan angka inflasi menandakan harga barang, khususnya bahan makanan dan turunannya belum dapat dikendalikan pemerintah.

Darwin khawatir, masyarakat masih merasakan harga yang mahal untuk beberapa kelompok makanan pokok dalam beberapa bulan ini.

"Seperti harga beras, cabai merah, bawang merah dan daging ayam ras," ungkapnya.

Kepala Kajian Ekonomi Kerakyatan di USI ini meminta Pemkab Simalungun untuk tanggap terhadap kenaikan inflasi.

Misalnya, kata Darwin, dengan berkoordinasi melalui Bank Indonesia dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID).

"Sehingga inflasi dapat dikendalikan," pungkas dia. 

Sementara bagi Pemerintah Kabupaten Simalungun, sektor perdagangan bukanlah satu-satunya penyumbang inflasi. 

Banyak sektor lain yang turut menyumbang kenaikan angka inflasi di Simalungun.

Hal itu disampaikan Staf Bidang Perdagangan di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Simalungun, Fridaningsih.

"Seperti sektor kesehatan ataupun jasa seperti listrik ataupun air," ujarnya kepada PARBOABOA.

Meski begitu Fridaningsih turut mengamini potensi kenaikan harga yang diperkirakan masih terjadi beberapa bulan ke depan.

Ia mengakui masih terjadi kenaikan harga untuk kebutuhan pokok seperti bawang merah dan cabai di kabupaten itu.

Hanya saja, Fridaningsih enggan merinci, berapa persen kenaikan kebutuhan pokok yang dimaksud. 

Berdasarkan berita resmi statistik yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Simalungun, penyumbang inflasi terbesar di Mei 2024 berasal dari kelompok makanan, minuman dan tembakau.

Kelompok tersebut menyumbang inflasi Simalungun sebesar 8,19 persen.

Kelompok kesehatan turut menyumbang laju inflasi sebesar 3,22 persen, kelompok pendidikan 6,0 persen, perawatan pribadi dan jasa lainnya 4,13 persen serta sektor transportasi menyumbang 1,79 persen.

Sedangkan penyumbang inflasi terkecil berasal dari sektor perumahan, air listrik dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,19 persen.

Editor : Kurniati

Tag : #inflasi    #inflasi simalungun    #daerah    #perekonomian simalungun    #kebutuhan pokok   

BACA JUGA

BERITA TERBARU