PARBOABOA, Jakarta – Jumlah korban tewas akibat gempa bermagnitudo 7,8 di Turki dan Suriah pada Senin (6/2/2023) lalu dilaporkan hampir mendekati 24 ribu jiwa per Sabtu (11/2/2023).
“Update situasi terbaru Turki dan Suriah yang dilanda gempa: total korban tewas telah mendekati 24.000 orang,” demikian keterangan di akun Twitter resminya @AFP, Sabtu.
Perwakilan Suriah dari Komisaris Tinggi Persatuan Bangsa Bangsa (PBB), Sivanka Dhanapala melaporkan, setidaknya 870.000 orang di seluruh Turki dan Suriah sangat membutuhkan makanan.
Di Suriah saja, Sivanka menyebut bahwa hingga 5,3 juta orang kemungkinan telah kehilangan tempat tinggal.
"Itu adalah jumlah yang sangat besar. Populasi di sana sudah mengalami pemindahan massal," tutur Sivanka.
Meningkatnya korban gempa ini menimbulkan banyak kemarahan dari masyarakat. Presiden Turki Tayyip Erdogan disebut lamban dalam menangani situasi gempa sehingga korban tewas meningkat pesat.
Menanggapi hal itu, Erdogan pun marah karena menurutnya saat ini bukan waktunya mengkritik pemerintah. Dia menegaskan, warga mestinya bersatu dan bahu-membahu mengatasi dampak gempa bersama, alih-alih mengurus hal bernuansa politis.
"Ini adalah waktu untuk bersatu, untuk solid. Di waktu seperti ini, saya tidak akan membiarkan orang melakukan kampanye negatif demi kepentingan politik," kata Erdogan saat berkunjung ke lokasi gempa di Provinsi Hatay, Kamis (9/2/2023).
Hingga 100 jam sejak gempa, banyak kisah ajaib dari korban yang berhasil diselamatkan. Kantor berita Turki Anadolu melaporkan, seorang wanita hamil bernama Zahide Kaya berhasil ditarik keluar dari reruntuhan hidup-hidup setelah 115 jam tertimbun puing di distrik Nurdagi provinsi Gaziantep, tenggara Turki.
Putrinya yang berusia enam tahun bernama Kubra juga telah diselamatkan dari reruntuhan satu jam sebelumnya. Sang ibu terluka dan dibawa ke rumah sakit, tetapi hingga kini tidak ada kabar tentang anak yang dikandungnya.
Tim penyelamat termasuk tim dari puluhan negara, bekerja keras siang dan malam di reruntuhan bangunan yang rusak untuk menemukan korban selamat yang terkubur. Dalam suhu yang sangat dingin, mereka memanggil para korban untuk menemukan kehidupan dari gundukan beton yang hancur.
Di distrik Samandag Turki, penyelamat berjongkok di bawah lempengan beton untuk menyelamatkan bayi yang masih berusia 10 hari. Dengan mata terbuka lebar, bayi Yagiz Ulas dibungkus dengan selimut termal dan dibawa ke rumah sakit lapangan bersama sang ibu dengan kondisi linglung serta pucat.
Di seberang perbatasan di Suriah, penyelamat dari kelompok White Helmet menggunakan tangan untuk menggali melalui plester dan semen. Mereka akhirnya berhasil menemukan kaki telanjang milik seorang gadis muda yang masih mengenakan piyama merah muda. Ia ditemukan dalam keadaan kotor tapi hidup.
Di kota Jandaris, Suriah, Naser al-Wakaa terisak saat dia duduk di atas tumpukan puing dan logam bengkok yang menjadi rumah keluarganya. Ia membenamkan wajahnya di pakaian bayi milik anaknya yang telah meninggal.
Editor: Sondang