parboaboa

Kota Medan Alami Inflasi, Pemerintah Diminta Waspada Lonjakan Konsumsi

Rian | Daerah | 10-11-2023

Pemerintah diminta waspada terhadap inflasi di Kota Medan agar tidak terjadi lonjakan konsumsi. (Foto: pixabay)

PARBOABOA, Medan - Tingginya harga beberapa komoditas pokok di berbagai daerah membuat pertumbuhan ekonomi bergerak lambat.

Kota Medan, Ibu Kota Provinsi Sumatra Utara (Sumut) saat ini sedang mencapai titik inflasi yang dipicu oleh berbagai faktor.

Pengamat Ekonomi dari Universitas Sumatra Utara (USU), Benyamin Gunawan, membaca fenomena ini dari dua perspektif.

Pertama, ketersediaan barang/jasa dan kestabilan harga di tempat lain, terutama di Pulau Jawa.

Benyamin mengambil contoh soal tingginya harga cabai merah di Kota Medan saat ini yang menembus angka 50 ribu per kilo gram (kg).

Ia mengatakan, melejitnya harga barang-barang komoditas ini merupakan imbas dari ketidakstabilan harga di Pulau Jawa.

"Mahalnya harga cabai di luar wilayah Sumut seperti di Pulau Jawa menjadi pemicu memburuknya kinerja harga cabai di wilayah ini," kata Benyamin kepada PARBAOBAO, Jumat (10/11/2023).

Berdasarkan hasil pemantauan Badan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), harga cabai merah di Kota Medan ditransaksikan rata-rata 55.250 per kg. 

Harga paling mahal ada di wilayah Gunung Sitoli yang mencapai 67.500 per kg.

Sementara itu cabai rawit di Kota Medan dijual rata rata 58 ribu per kg, dan paling mahal masih Kota Gunung Sitoli yang mencapai 75 ribu per kg.

Kedua, kebijakan  proteksi negara eksportir dan melemahnya nilai tukar. Ini terdeteksi dari naiknya komoditas lain di Kota Medan seperti gula pasir. 

Masih mengacu kepada PIHPS, harga gula pasir lokal rata-rata di Kota Medan dijual 16.200 per kg. 

Sementara di Kota Padang Sidempuan, dalam 5 hari terakhir harga gula pasir melompat 1000 per kg menjadi 17 ribu per kg.

"Kenaikan harga gula pasir tidak terlepas dari kebijakan proteksi yang dilakukan negara eksportir gula. Ditambah lagi belakangan ada pelemahan mata uang rupiah," tegas Benyamin.

Harga bawang merah juga mengalami kenaikan. Rata-rata di Kota Medan dijual 27.700 per kg dari posisi sepekan sebelumnya sebesar 22.700 per kg. Harga paling mahal ada di Kota Sibolga yang mencapai 32 ribu per kg.

Menurut Benyamin, kenaikan harga barang merah masih tergolong wajar karena sesuai dengan kondisi pasar saat ini.

"Kenaikan harga bawang merah masih terbilang wajar seiring dengan pasokan bawang merah yang mulai menurun di pasar. Dan harga bawang merah yang di pasar masih mencerminkan harga keekonomiannya," tukasnya.

Demikian pun dengan harga daging ayam yang sepekan terakhir naik 900 per kg menjadi 27.900 per kg. Di pasaran masih ditemukan harga daging murah dengan harga 25 ribu per kg.

Selebihnya untuk harga pangan lain terpantau stabil, seperti beras, minyak goreng, daging sapi, telur ayam dan bawang putih.

Namun demikian, Benyamin mengingatkan pemerintah agar tetap waspada mengingat adanya lonjakan konsumsi di akhir tahun. 

"Jelang akhir tahun ini pemerintah harus mewaspadai lompatan konsumsi. Walaupun di sisi lain, sejumlah peternak mulai melakukan penyesuaian stok, tetapi stok bahan pangan di level petani juga masih terganggu dengan gangguan el nino", tutupnya.

Ketidakstabilan harga sejumlah komoditas pokok di Kota Medan dan wilayah Sumut saat ini membutuhkan penanganan segera dari pemerintah dan unsur terkait lainnya.

Selain untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang sehat, juga untuk memastikan masyarakat pra sejahtera tidak terbebani dengan harga kebutuhan pokok yang melambung tinggi.

Data Kemiskinan di Kota Medan

Data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Medan menunjukkan, jumlah orang miskin yang tinggal di Ibu Kota Provinsi Sumatra Utara itu terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Pada tahun 2020, jumlah penduduk miskin di Kota Medan berjumlah 183,54 ribu jiwa dan mengalami kenaikan menjadi 193,03 ribu jiwa pada tahun 2021.

Pada tahun 2022 memang ada tren penurunan tetapi tidak terlampau signifikan, yakni menyentuh angka 187,74 ribu jiwa.

Masih menurut data BPS, Kota Medan menjadi daerah dengan jumlah penduduk miskin terbanyak di wilayah Sumatra Selatan. 

Setelah Medan, jumlah penduduk miskin terbanyak kedua berada di daerah Langkat lalu menyusul Deli Serdang.

Jumlah penduduk miskin di Langkat sebanyak 101,87 ribu jiwa (2020), 106,59 ribu jiwa (2021) dan 100,45 ribu jiwa (2022).

Kemudian di daerah Deli Serdang terdapat 86,26 ribu jiwa (2020), 92,52 ribu jiwa (2022) dan 85,28 ribu jiwa (2022).

Selain daerah-daerah di atas, kemiskinan juga berpusat pada di daerah Simalungun, Asahan, Labuhan Batu dan di tempat-tempat lain.

Editor : Rian

Tag : #inflasi    #lonjakan konsumsi    #daerah    #kota medan   

BACA JUGA

BERITA TERBARU