PARBOABOA, Pematangsiantar - Maraknya geng motor di Pematangsiantar menjadi perhatian serius masyarakat.
Berdasarkan informasi yang beredar, diketahui ada sepuluh geng motor yang aktif di kota ini, dan sebagian besar anggotanya adalah pelajar.
Fenomena ini memantik perbincangan tentang penyebab partisipasi pelajar dalam geng motor tersebut.
Menurut seorang pekerja kreatif, Siparjalang, penyebabnya adalah kurangnya ruang bagi anak muda di Pematangsiantar untuk mengekspresikan kreativitas mereka.
Minimnya fasilitas ini, menurutnya, dapat mendorong remaja untuk mencari identitas diri dan pengakuan dalam komunitas yang kurang positif.
Ia berpendapat, pembangunan ruang-ruang kreatif dapat menjadi solusi efektif untuk menyalurkan kreativitas anak-anak muda.
"Dari sudut pandang pribadi saya, ruang kreativitas di kota ini sangatlah terbatas, meski potensi kreativitas masyarakat sangatlah besar, terutama dalam bidang musik dan seni rupa," ujarnya pada PARBOABOA, Rabu (29/5/2024).
Menurutnya, kota Pematangsiantar memiliki sumber daya manusia yang melimpah, namun kekurangan sarana yang memadai untuk menyalurkan kreativitas mereka.
"Membangun lebih banyak ruang kreativitas dapat menjadi solusi untuk mencegah anak-anak terlibat dalam geng motor," katanya.
Namun, baginya, pembangunan ruang kreativitas hanyalah langkah awal. Lebih penting, sambungnya, adalah bagaimana mengelola ruang tersebut agar benar-benar produktif.
Para pelaku seni dan kreativitas juga harus mampu menghasilkan pendapatan dari karya-karya mereka, sehingga mereka tetap termotivasi dan bersemangat untuk menghasilkan beragam karya.
Selama ini, ungkapnya, lapangan Pariwisata telah menjadi tempat utama bagi masyarakat Pematangsiantar untuk menggelar berbagai pertunjukan.
"Sayangnya, pengelolaannya masih kurang efektif sehingga potensi lapangan tersebut tidak terlalu terwujud dengan baik," tambahnya.
Oleh karena itu, perlu dibangun ruang atau gedung kreatif yang dilengkapi dengan manajemen pengelolaan yang layak. Harus dirancang untuk menghasilkan manfaat jangka panjang.
"Maraknya aktivitas geng motor menjadi perhatian bersama, yang tidak dapat dianggap sebatas tanggung jawab kepolisian semata," jelasnya.
Baginya, langkah reaktif yang ditempuh polisi pasca kejadian bukanlah solusi yang optimal. Semestinya harus mengambil kebijakan preventif sebagai kunci dalam menangani masalah ini.
Misalnya dengan merangkul anak-anak muda untuk lebih produktif dan terlibat dalam aktivitas bermanfaat bagi diri mereka sendiri serta masyarakat.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Pematangsiantar, Hamam Sholeh, mengamini usulan tersebut. Dia mengakui perihal terbatasnya ruang kreativitas berkontribusi terhadap keikutsertaan anak-anak muda dalam geng motor.
Menurutnya, kemampuan anak muda untuk berkreasi sebenarnya tidak terbatas, hanya saja mereka kesulitan menemukan tempat atau dukungan yang cocok di Pematangsiantar.
Artinya, meski anak muda memiliki potensi kreatif, mereka mungkin mengalami kesulitan menemukan tempat yang tepat atau dukungan yang diperlukan untuk mengembangkan dan mengekspresikan kreativitas.
Di sisi lain, Hamam mengingatkan bahwa perkembangan teknologi dan kecepatan informasi juga telah mengubah perilaku anak muda secara signifikan.
Dalam konteks ini, Hamam menyoroti bahwa banyak generasi Z memilih untuk tidak mengejar pekerjaan formal, seperti yang didukung oleh temuan terbaru.
Menurut dia, mayoritas dari mereka lebih memilih untuk terlibat dalam aktivitas online daripada mencari pekerjaan offline.
Dampaknya, kondisi ini dapat memengaruhi sebagian anak muda untuk terlibat dalam aktivitas negatif seperti bergabung dengan geng motor.
Mereka mungkin merasa tertarik mencari pengakuan atau identitas di luar dunia digital karena kurangnya keterlibatan dalam aktivitas yang konstruktif.
Hamam mengakui, dibanding kota lain, Pematangsiantar masih tertinggal dalam hal penyediaan ruang kreatif dan fasilitas bagi remaja. Namun, upaya sedang dilakukan untuk mengatasi hal ini.
"Saya sendiri sadar akan kebutuhan ruang kreatif dan kesempatan bagi anak muda untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka di Pematangsiantar," katanya pada PARBOABOA, Jumat (31/5/2024).
Pemerintah kota Pematangsiantar, melalui Dinas Pariwisata, juga telah merencanakan sejumlah kegiatan untuk memberikan wadah bagi anak-anak muda untuk berkreasi. Salah satunya adalah ‘Siantar Cultural Show’, yang dijadwalkan pada tanggal 5-6 Juli mendatang.
Selain panggung untuk pertunjukan, event ini juga akan menyediakan tempat bagi anak-anak untuk berkreasi secara gratis.
“Selain itu, tanggal 22 Juni mendatang, juga akan diluncurkan kegiatan seni yang nantinya akan diselenggarakan setiap malam minggu di depan perpustakaan, dengan format seperti pertunjukan musik,” jelasnya.
Tujuannya adalah untuk mendorong anak muda agar lebih produktif dan terlibat dalam aktivitas yang positif.
Meskipun demikian, Hamam mengatakan, langkah-langkah ini mungkin tidak secara langsung mencegah anak-anak muda untuk terlibat dalam geng motor.
"Sebab ada variabel lain yang perlu diperhatikan, seperti pendidikan dan pembangunan karakter, yang juga memengaruhi fenomena maraknya geng motor," katanya.
Menurut Haman, perlu adanya pendekatan yang komprehensif dan berkelanjutan untuk mengatasi masalah ini.
Termasuk rencana untuk membangun gedung kreatif di Jalan Vihara yang menggunakan rumah bekas bangunan Belanda.
“Meski pembangunan tidak akan dimulai tahun ini, rencananya diharapkan terealisasi tahun depan,” tandasnya.
Editor: Norben Syukur