PARBOABOA, Medan - Penjualan oleh-oleh khas Arab Saudi di Kota Medan, Sumatra Utara meningkat hingga 80 persen menjelang kepulangan jemaah haji musim haji 1444 Hijriah.
Seperti yang dialami Deny, pemilik toko Al Madinah yang menjual perlengkapan haji dan oleh-oleh khas Arab Saudi di Jalan Kereta Api atau Pasar Ikan lama, Kecamatan Medan Baru, Kota Medan.
Menurutnya, tokonya kebanjiran pembeli karena banyak jemaah haji tidak bisa membawa semua oleh-oleh mereka pulang ke Tanah Air karena pembatasan barang bawaan dari pemerintah.
"Itu keluarganya pada belanja semua, sebelum pulang mereka belanja, karena dari sana tidak terbawa semua, jadi dari sinilah mereka beli," katanya kepada PARBOABOA, Jumat (30/6/2023).
Deny mengungkapkan, beragam varian yang biasanya dibeli oleh konsumen di tokonya, namun yang paling banyak adalah makanan khas Arab Saudi seperti kurma dan air zam-zam.
"Mereka ini paling banyak beli makanan bang, kayak kacang arab, kurma, kismis, air Zamzam, coklat Arab, ceret (teko) Arab dan lainnya,” ucapnya.
Ia melanjutkan, harga yang ditawarkan tokonya juga cukup bervariatif.
Deny mencontohkan, untuk harga kacang dibandrol mulai dari Rp100 hingga Rp300 ribuan per kilogram.
Kurma mulai dari Rp40 ribu hingga Rp250 ribu per kilogram, kacang almond Rp200 ribu hingga Rp300 ribu per kilogram, kismis sekitar Rp90 ribu hingga Rp150 ribu, coklat Rp100 ribu hingga Rp300 ribu perkilogram.
Kemudian air Zamzam Rp100 ribu per liter, teko dijual satuan mulai Rp45 ribu hingga Rp135 ribu dan lainnya.
Deny menambahkan, tokonya juga menjual perlengkapan keberangkatan haji dan umrah.
"Kalau hari biasa ya cukuplah bang bayar sewa gaji karyawan dan kebutuhan pokok lainnya kira-kira Rp5 jutaan. Kalau musim haji ini kisarannya di atas Rp10 juta bang. Tak enak saya sebutkan pastinya, tapi yang jelas meningkat 70 hingga 80 persen bang," jelasnya.
Deny yang sudah berjualan di Pasar Ikan Lama selama selama 10 tahun ini mengungkapkan, jika dibandingkan tahun lalu, penjualan tahun ini pun lebih tinggi.
"Kalau tahun lalu itu sekitar 40 hingga 50 persenlah bang. Tahun ini kan jumlah jemaah juga bertambah, jadi penjualan juga meningkat," kata dia.
Deny mengaku pembeli di tokonya tidak hanya datang dari Kota Medan, tapi juga dari penjuru Sumatra Utara hingga Aceh.
"Macam daerah bang yang beli di sini, ada yang dari Tanjung Balai, Tapanuli Selatan, bahkan Aceh ada juga dan daerah lainnya," kata dia.
Ia juga melayani penjualan via daring untuk memfasilitasi dan mempermudah pembeli.
"Karena banyak daerah yang pesan, kita juga melayani via online bang, nanti kita kirim via jasa pengiriman tergantung permintaan pembeli, tapi biasa gini yang langganan," imbuh Deny.
Sementara itu, salah seorang pembeli, Rizal mengaku telah berbelanja sebanyak tiga kali di toko Al Madinah.
Pria asal Aceh ini beralasan, selain harganya yang murah dan bisa ditawar, barang yang dijual di toko ini pun masih segar sehingga tidak jauh berbeda ketika beli di Arab Saudi.
"Langganan saya tempat ini bang, harga bisa nego kalau, terus makanannya juga masih segar jadi sama aja kalau kita beli di sana (Arab Saudi)," jelasnya.
Rizal mengaku dirinya membeli oleh-oleh khas Arab Saudi ini karena barang keluarganya yang berangkat haji tahun ini kelebihan muatan, sehingga ia menyarankan untuk membeli oleh-oleh itu di Medan.
"Kemarin itu saya dapat kabar bagasi keluarga saya penuh, jadi karena saya sering belanja di sini, ya udah saya saranin untuk belanja di sini, sekalian saya juga mau belanja yang lain," kata dia.
Rizal hanya menyayangkan kondisi toko yang sempit, sehingga harus berdesakan dengan pembeli lain.
"Tempatnya ini aja bang yang kecil kalau besarkan enak tidak desak-desakan, apalagi ini pusat pembelanjaan oleh-oleh haji di Sumatra Utara," keluhnya.
Semoga pemilik toko dapat merenovasi tempat tersebut agar pembeli tidak berdesak-desakan, imbuh Rizal.
Sebelumnya, pemerintah Indonesia dan Pemerintah Provinsi Sumut membatasi barang bawaan jemaah haji maksimal 32 kilogram per orang.
Editor: Kurnia