PARBOABOA, Simalungun - Air tenang Danau Toba berubah berisik saat kayuh sampan membelah perairan untuk melaju. Ada belasan perahu kayu Solu Bolon dikomandoi ratusan pendayung berbaju putih mengapung di bawah cerahnya langit kawasan Balige, Provinsi Sumatra Utara.
Belasan pendayung tersebut sedang mengikuti pagelaran Perahu Solu Bolon dalam rangkaian grand final Powerboat F1 Championship 2023. Tim Parboaboa yang tertarik kemudian ikut terjun menyaksikan persiapan acara tradisional suku Batak yang mendiami perairan Danau Toba.
Koordinator Sanggar Dayung Perahu Solu Balige, Roit Simangunsong mengatakan, jumlah pendayung perahu yang berpartisipasi sebanyak 109 orang, bagian dari rangkaian memeriahkan penyelenggaraan ajang Powerboat F1H2O dengan mengantarkan piala kejuaraan Grand Prix Indonesia.
"Merasa senang saat kami warga Balige ikut andil dalam penyelenggaraan," katanya kepada Parboaboa, Sabtu (04/03/2023).
Roit melanjutkan, perahu yang digunakan jenis Solu berjumlah 11, yakni bermuatan sembilan orang ada enam buah dan bermuatan 11 orang sebanyak lima buah.
"Kami ditunjuk pada tanggal 18 Februari 2023 bulan lalu. Jadi persiapan sudah matang kami lakukan," tuturnya.
Ia menjelaskan perahu Solu Bolon merupakan sampan berciri khas dan keberadaannya sudah jarang terlihat karena tergerus perkembangan zaman. Alat transportasi di Danau Toba ini dahulu hanya digunakan raja-raja (kepala kampung) Batak di awal abad ke 13, kalangan masyarakat biasa tidak ada yang memiliki.
Penggunaannya, kata Roit, biasa sebagai alat transportasi antar huta (kampung) satu dengan lainnya. Para kepala kampung harus menyediakan perahu Solu Bolon karena luasan Danau Toba mencapai 100 x 30 kilometer.
"Kini semakin perkembangan zaman, perahu ini kerap digunakan masyarakat dalam mencari ikan di sekitaran perairan Danau Toba," ungkapnya.
Pemuda kelahiran 1995 ini menuturkan, perahu Solu juga ada yang dipergunakan untuk pemujaan, bentuknya terdapat ukiran di bagian depan dan belakang. Perahu akan didorong oleh pendayung yang duduk berpasangan di kursi melintang. Dayung yang digunakan berbentuk bilah oval dan gagang melintang.
Lanjutnya, perahu dapat dibedakan dari ornamennya, yakni bentuk hiasan buritan disebut giarogia di pudi, yang terdiri dari tiga batang dengan jumbai dari bulu kuda. Ada juga sederet batang lebih pendek yang disebut rame rame dengan yang lebih besar di tengah berbentuk lingga. Tidak ada tradisi yang muncul untuk menjelaskan ornamen tunggal ini.
Ia menambahkan ornamen pada haluan berupa ukiran dan lukisan yang melambangkan kepala kerbau, dengan rame rame lainnya dirangkai di depan dengan lingga sentral tunggal.
"Semacam sisir dengan bulu kuda di sisinya dan rambut manusia di ujungnya, di atasnya berdiri tiang berukiran tegak, yang disebut torgiok," tuturnya.
Cara Pengerjaan Solu
Roit menjelaskan, cara pengerjaan perahu Solu Bolon menggunakan kayu pohon yang cocok dan sesuai dengan persyaratan adat yang berasal dari kampung masing-masing. Sampan ini dibuat dari kayu utuh tanpa ada paku sebagai penahannya dan mampu menampung muatan antara 9-15 orang.
"Solu Bolon biasanya dibuat dari kayu Jior atau Ilung dengan panjang 6-8 meter. Bahkan bisa saja sepanjang 25 meter. Ini tergantung Perahu Solu-nya buat apa," ucapnya lagi.
Ia memaparkan ketika perahu selesai dibuat, selanjutnya dibawa ke Pakpak Dolok (puncak gunung) untuk dipersembahkan kepada Debata Mulajadi Nabolon (Tuhan), di mana jaraknya cukup jauh dari lokasi pembuatan perahu yang sering dikerjakan di sekitar kaki lembah. Akan ada ratusan orang memikul yang sebelumnya sudah ditentukan tetua adat.
Perahu yang selesai dipersembahkan, akan segara dibawa ke dalam air. "Selain perkembangan zaman, proses pembuatan kapal ini juga cukup memakan waktu yang lama. Selain itu, biaya yang dibutuhkan cukup besar," terangnya..
Ia menambahkan ketika mengangkat perahu tersebut orang-orang biasanya akan mendapat kekuatan dari seluruh manusia di penjuru dunia. Di samping itu, sebagai persyaratan perahu tidak boleh sampai menyentuh tanah.
"Ketika meletakkan perahu tersebut di bawahnya di alaskan balok-balok kayu, sehingga tidak sampai menyentuh tanah," pungkasnya.
Kampung Aktif Gunakan Perahu Solu Bolon
Roit menjelaskan saat ini tinggal tiga desa yang masih memiliki pendayung Solu Bolon dan melestarikan pembuatan perahu tersebut hingga kini, terletak di Desa Lumban Bul-Bul, Lumban Silintong, dan Lumban Gaol.
Ia menuturkan keahlian pembuatan perahu masyarakat di tiga desa tersebut dipercaya secara turun-temurun dengan menjaga keasliannya, sebagai ciri khas masyarakat Balige dalam menjaga menjaga kelestarian perahu Solu Bolon. Dimana pembuatan perahu memiliki sejarah dan nilai tersendiri bagi komunitas pembuatnya di Balige.
"Perahu ini bukan saja memiliki nilai dan sejarah yang berarti bagi masyarakat Balige, di Parapat juga masyarakat ada komunitas di sana. Tapi kalau masalah banyak masih di Balige sendiri," tuturnya.
Ia menambahkan pengrajin perahu Solu Bolon adalah warga setempat. Harapannya Sopu Bolon bisa mendapat perhatian lebih dari pemerintah pusat dan daerah, dengan saling berkolaborasi agar dikenal hingga pasar mancanegara.
“Masih sebatas pengenalan, tapi seharusnya tidak terlepas dari kebudayaan dan spirit dari masyarakat dalam pembuatnya. Perahu ini merupakan artefak sejarah dan representasi budaya maritim yang memberikan gambaran terhadap suatu masyarakat yang memiliki gagasan, motivasi, prinsip dan visi atas air para leluhur, sehingga jika ada perhatian pemerintah pasti ini akan menjadi mata pencaharian yang cocok bagi masyarakat Balige sendiri," tutupnya.
Editor: RW