Tari Mossak Bunga: Persembahan Lincah Kenzi Pasaribu di Aquabike Jetski World Championship 2023

Kenzi Devan Pasaribu, penari berusia 6 tahun yang dengan lincah mempersembahkan tari Mossak Bunga di Aquabike Jetski World Championship 2023. (Foto: PARBOABOA/Rizal Tanjung)

PARBOABOA, Toba - Sanggar Seni dan Budaya Tolu Sadalan berhasil mencuri perhatian dalam pesta olahraga air terbesar, Aquabike Jetski World Championship 2023, di Pelabuhan Mulia Raja Balige, Kabupaten Toba.

Salah satu yang menjadi sorotan adalah Kenzi Devan Pasaribu, penari berusia 6 tahun yang dengan lincah mempersembahkan tari Mossak Bunga bersama timnya.

Meski masih muda, Kenzi mengaku memiliki keinginan untuk terus menari dan berencana belajar seni bela diri. Selain menari, dia juga menunjukkan minat dalam berbagai bentuk seni, termasuk menyanyi dan melukis.

"Dari kecil aku sudah suka menari. Sejak usia empat tahun," ujarnya kepada PARBOABOA, Jumat (23/11/2023).

Penampilan Tarian Mossak Bunga di Aquabike Jetski World Championship 2023 di Balige. (Foto: PARBOABOA/Rizal Tanjung)

Di sisi lain, Ernita Hutagaol (38) yang merupakan ibunda Kenzi sekaligus pendiri Sanggar Seni Budaya Tolu Sadalan, bercerita singkat soal perjalanan menakjubkan anak bungsunya yang tertarik dengan dunia tari.

"Awalnya, Kenzi hanya melihat-lihat saja, namun kemudian tertarik untuk mencoba. Begitu mencoba, dia langsung ingin belajar tari lebih mendalam. Dia langsung tertarik dengan tarian mossak," tuturnya.

Meskipun hidup tanpa peran ayah karena meninggal sejak Kenzi masih dalam kandungan, kekurangan ini tidak menghalangi Kenzi untuk terus bermimpi dan mengembangkan bakatnya.

Dan dalam acara ini, Kenzi berhasil membawakan tarian mossak bunga, sebuah paduan seni tari dan seni bela diri tradisional Batak.

Tarian yang tak hanya membutuhkan keindahan gerakan, tetapi juga keberanian dan ketangguhan, mampu dihadirkan Kenzi dengan sangat baik.

"Tarian yang ditampilkan Kenzi itu berasal dari tuntutan dirinya sendiri, merupakan hasil kreasi dirinya sendiri, yang lepas begitu saja, tanpa latihan," ungkapnya.

Sanggar Seni dan Budaya Tolu Sadalan

Penampilan Tarian Mossak Bunga di Aquabike Jetski World Championship 2023 di Balige. (Foto: PARBOABOA/Rizal Tanjung)

Dua tahun lalu, tepatnya di 2021 menjadi tonggak sejarah bagi sanggar ini. Ernita yang saat itu baru pulang dari Jakarta menuju Balige, merasa prihatin dengan kedua anaknya yang sama sekali tabu dengan budaya Batak.

Untuk mengubah hal ini, ia memutuskan untuk mengajarkan mereka tarian tradisional Batak. Hanya bertiga, Ernita dan kedua anaknya, dari situlah muncul nama sanggar, 'Tolu Sadalan,' yang bermakna tiga bersama.

Dengan hubungan baik yang dimilikinya bersama guru-guru tari dari komunitas seni, Ernita mampu berkembang menjadi guru tari yang berdedikasi bagi anak-anaknya dan anggota sanggar.

"Saat ini, kami memiliki 15 orang penari dari Balige, Laguboti bahkan Porsea," ucapnya.

Ia menjelaskan bahwa latihan diadakan tiga kali seminggu di Jalan Sosor Silintong Napitupulu, Kecamatan Balige.

Para murid diberi kebebasan untuk memilih jenis tarian Batak tradisional sesuai dengan minat mereka.

Selain fokus pada tarian, Sanggar Seni Budaya Tolu Sadalan juga mencakup kegiatan seni lainnya seperti bernyanyi dan melukis.

Menariknya, sanggar seni ini telah mengembangkan diri dengan tampil di berbagai acara, termasuk undangan spesial pada Aquabike Jetski World Championship 2023 oleh Bupati.

Namun, Ernita berharap agar prestasi ini tidak hanya menjadi kebanggaan, tetapi juga sebagai pengingat kepada anak-anak untuk tidak melupakan warisan budaya mereka

"Meskipun gadget itu penting, namun jangan sampai melupakan kekayaan budaya yang kita miliki," tutupnya.

Keberadaan Tari Mossak

Sebagai bentuk seni bela diri, Mossak tidak hanya mencakup keterampilan bertarung, tetapi juga memasukkan aspek kebatinan dan pengetahuan tentang obat-obatan.

Keanekaragaman 'ilmu' yang diajarkan dalam Mossak membuatnya menjadi pelajaran yang tidak semua orang mampu dan berhak untuk mempelajarinya.

Menurut RM Sirait, seorang budayawan dan praktisi pengobatan alternatif, Mossak awalnya diajarkan secara selektif untuk mencegah penyalahgunaan ilmu tersebut.

Penerima pembelajaran Mossak dipilih berdasarkan kepribadian dan sifat mereka, bukan untuk membatasi, melainkan untuk menjaga integritas ilmu tersebut.

Pada dasarnya, Mossak mengajarkan seseorang untuk menyatukan diri dengan Tuhan melalui hubungan dengan alam.

Manusia dipandang sebagai bagian kecil dari zat yang ada di alam semesta, seperti udara, air, api, tanah, dan makhluk hidup lainnya.

Mossak memberi berkah kepada manusia untuk dapat mengintegrasikan zat-zat tersebut ke dalam diri mereka, dengan tujuan yang beragam seperti kekuatan, penyembuhan, dan wawasan masa depan.

Gerakan dasar Mossak dimulai dengan posisi kuda-kuda, di mana seseorang berjongkok dengan kedua kaki bergantian diangkat sesuai dengan titik berat tubuh.

Kemudian diikuti dengan menggosokkan tangan ke punggung sebagai persiapan untuk menyerang, bertahan, atau menangkis.

Konon, gerakan ini terinspirasi dari pengalaman seseorang yang membakar api unggun di tengah hutan pada malam yang dingin dan gelap.

Lalu berkembang dari adegan di mana seseorang jongkok di bawah pohon, mengarahkan kedua tangannya ke arah api, dan menggosokkannya ke punggung saat tangannya mulai panas.

Saat sebuah ranting jatuh, refleksnya menangkisnya, dan gerakan inilah yang kemudian diadopsi sebagai gerakan dasar Mossak.

Sayangnya, Mossak sekarang hampir punah. Menurut Sirait, hanya Soringamangaraja Sitanggang yang masih menjaga tradisi ini.

Faktor penyebab kepunahan Mossak antara lain adalah ketakutan penerus Mossak untuk mentransfer ilmu tersebut kepada generasi berikutnya.

Ketidakmampuan dalam pengetahuan dan kebatinan dapat mempengaruhi keyakinan mereka terhadap Maha Pencipta.

Editor: Yohana
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS